11

73 5 4
                                    

Ketika mata kita saling bertemu, betapa anehnya
Senyuman yang dipaksakan bahkan dapat kau ketahui
Penuh dengan debu pun tak masalah, selama aku dapat bersamamu


Eve memang berkata ingin mengunjungi panti asuhan tempat Sou tinggal. Tapi ia tak berpikir akan langsung mendatangi tempat ini tanpa sempat bersiap-siap.

“Eve-san, ngapain diam disana? Ayo naik!” Seru Sou.

Menelan ludah gugup, Eve melangkah menaiki 3 anak tangga dan akhirnya menginjakkan kaki di halaman rumah yang beralaskan kayu tebal. Pagar hitam bermotif memanjang mengurung beranda luar dan ada beberapa baris pot tanaman. Serta beberapa tanaman hias tergantung di bawah kanopi seakan memayungi seluruh beranda. Seluruh tanaman hias ini terlihat hijau, tanda bahwa mereka di rawat dengan sangat baik.


Sou tidak perlu mengetuk pintu ataupun memencet bel. Ia masuk begitu saja dan berseru “Aku pulang!” hingga bergema memenuhi sudut rumah. Eve menyusul di belakangnya dan di kejutkan dengan suara derap langkah kaki yang bersahut-sahutan menuju pintu depan.

“Wah, itu Sou-chan!”

“Sou-chan pulang!”

“Sou-chan! Ayo langsung main game lagi!”

“Bibi! Sou-chan udah pulang!!”

Eve tertegun melihat kerumunan anak-anak yang mengerubungi Sou dan menarik-narik tangannya. Tidak terlihat sedikitpun di wajah Sou bahwa ia kewalahan menghadapi anak-anak dan menjawab riang. “Awas, ih! Aku baru pulang tau!”


“Eh, Sou-chan. Siapa itu?” Salah seorang anak bertanya dan menunjuk Eve.


Eve agak terkejut begitu di notice, dan langsung gelagapan begitu semua anak-anak itu langsung menoleh menatapnya. Sou menarik tangannya lembut dan mengajaknya masuk. “Kakak ini namanya, Eve. Ayo, sapa yang benar!”


Anak-anak terdiam. Satu dua anak menatap Eve dengan mulut terbuka. Tak lama kemudian, salah satu anak di paling belakang lalu menyusul yang lain berbalik dan berlari sambil berteriak. “BIBIIIII!!! SOU-CHAN BAWA PACAR CANTIK!!!”


“BIBI~!! SOU-CHAN BAWA PACAR KERUMAH!!”

“BIDADARI! ADA BIDADARI KE PANTIIII!!”

“WOI! BALIK SINI KALIAN!!” Teriak Sou.


Setelah teriakan sahut menyahut 'Sou-chan bawa pacar' itu bergema, derap langkah kaki baru datang dan seorang wanita dengan panci di tangan muncul dengan wajah sumringah. “APA?! PACAR?! SOU, KAMU AKHIRNYA PUNYA GANDENGAN?!”

“DENGERIN DULU!!”

Eve di belakang sudah merapat di belakang Sou, bersembunyi karena kaget sejak teriakan pertama. Lagi-lagi dadanya langsung sesak dan berdebar hingga wajahnya terasa panas. Hanya saja, kali ini tidak terasa sakit. Namun tidak ada salahnya untuknya nanti berkonsultasi ke dokter keluarganya.

Setelah kesalahpahaman berhasil di luruskan, Eve di bawa ke ruang makan yang besarnya seperti ruang tamu. Mungkin karena ini panti asuhan, jadi tempat ini menyediakan meja panjang agar semua anak bisa makan semeja bersama. Selagi duduk disana, Sou menceritakan sejarah singkat panti asuhan yang bernama “Sakura Breeze” ini. Tidak seperti panti asuhan pada umumnya, bibi Sekai selaku pendiri panti mendirikan tempat ini dengan tabungannya dan menarik semua anak di jalan yang ia temui untuk di bawa pulang. Lambat laun, anak-anak yang di rawat itu tumbuh dewasa dan bekerja untuk kemudian menjadi donatur utama panti asuhan hingga hari ini.


Bibi Sekai sendiri tampaknya memang ringan tangan. Ketemu anak kecil di jalan, langsung ia bawa untuk di rawat. Ketemu lagi, ia pungut lagi. Wanita berusia 30 tahun ini sama sekali tidak ragu untuk membawa anak-anak yang luntang-lantung di jalan tak peduli seperti apa kondisinya, termasuk Sou. Bibi Sekai juga tidak terlalu memerhatikan soal akan ada atau tidaknya orang yang tertarik mengangkat anak. Karena prinsipnya, begitu seorang anak telah menginjakkan kaki di rumahnya, maka mereka telah menjadi anaknya.


Outsider || SouEveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang