08

44 4 0
                                    

Dalam kemungkinan satu per dua puluh lima juta
Itulah fase-fase mimpi yang terus mengikutinya
Rasanya aku tak bisa hidup jika tanpamu di hari esok
Tunjukkanlah jalan kepadaku



“Hei, berita tentang Mirāju itu sungguhan, kah?”

“Mirāju? Apa itu?”

Setelah selesai rapat, Sou mengajak Eve untuk menghabiskan sisa jam istirahat di atap untuk berkumpul bersama yang lain. Dengan kantong jajanan penuh, mereka langsung bergabung dengan Naruse dan Tomohisa yang berkumpul bersama beberapa anak baru yang Eve kenali bernama Sakata, Shima, dan Gero.

“Eve-san mungkin tahu?” Tanya Sou.

Eve yang menyeruput jus melirik, mengernyit bingung. “Aku bahkan baru dengar kata Mirāju itu sekarang.”

“Lho?” Semua orang menatap Eve bingung, yang membuat Eve semakin kaget. “Apa maksudnya?”

Gero yang duduk di samping Eve merapat. “Maaf, ya, bukan maksud menyinggung. Tapi bukannya ada berita soal beberapa anggota partai Zingai ada yang meninggal?”

Aah, Eve sungguhan lupa perkara itu. Mulai memahami arah pembicaraan, Eve memelankan suaranya. “Lalu, apa hubungannya dengan Mirāju ini?”

Shima menjelaskan, “Awalnya, kan, berita-berita lalu menyebut kasus mereka hanya sebagai kecelakaan saja. baru-baru ini sepertinya polisi menemukan petunjuk lain dan semua petunjuk ini adalah sobekan kertas yang bertuliskan kata Mirāju.”

“Sebentar! Mirāju itu yang di tulis pakai katakana itu kan ya?” Tanyanya sambil menuliskan bentuk kata di udara. “Mi-rā-ju.”

“Iya, yang itu.”

Eve yang mulai tertarik dengan berita ini kembali bertanya. “Jadi, Mirāju ini apa?”

“Masih di selidiki katanya, sih. Tapi gila banget, kan, ya? Kasus para menteri yang meninggal itu setahun lalu. Sampai ada tuh judulnya, Tragedi Zingai."

“Iya juga, ya.” Sakata menyubit roti melon di tangan dan memakan sesuap. “Dulu beritanya heboh banget. Pas udah lama ga di bahas, muncul kasus baru.”

“Eh, bentar, ini gak apa-apa kita bahas ini?” Sela Sou.

Eve tertawa tipis. “Memangnya kenapa?”

“Kamu gak apa-apa memangnya?”

“Kalau ayahku yang dengar mungkin beda cerita. Tapi aku sama sekali gak terlibat disana.” Eve menyeruput jusnya. “Aku hanya fokus membantu di bidang usaha.”

“Berarti Baginda selamat dong, ya! Iih~ serem banget emang urusan politik begitu!" Naruse bergidik ngeri.

“Mau tau yang lebih gokil, gak? Tadi pagi, kan, aku juga lihat berita tentang Mirāju. Terus berita selanjutnya yang muncul tentang Perdana Menteri yang baru-baru ini hobi main golf," papar Tomohisa.

Gero langsung tertawa lepas. “Gila! apa-apaan itu!”

“Perdana Menteri sekarang, mah, slay banget. Padahal sekarang lagi musimnya partai sibuk jual janji, beliau malah santai main golf," komentar Shima.

Eve mengulum senyum tipis. Sosok Perdana Menteri yang ia tahu pun juga adalah sosok yang amat visioner dan selalu teguh pendiriannya. Sewaktu musimnya pemilihan pun, ia tidak banyak janji. Namun ada beberapa kemajuan yang terjadi setelah beliau naik jabatan. Bukankah harusnya sosok seperti itu tidak memiliki musuh? Tapi mengapa ayahnya berambisi untuk bersaing dengannya, ya?.

Outsider || SouEveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang