03

79 7 2
                                    

Ada rahasia yang tak kukatakan ke siapa pun. Ada bayangan di balik senyumanku. Bukan berarti aku ingin menemukan diriku yang tak kuketahui.

Bukan seperti itu.


"Hee~ jadi gedung kelas unggulan beneran lagi renovasi, ya?"

"Tapi hoki gak, sih, kelas kita dapat Tuan Muda Kurowa?"

"Jadi ingin pamer, ya."

Jam istirahat, Eve memilih untuk tetap di kelas dan mengerjakan PR-nya, mengacuhkan berbagai gossip yang saat ini sedang di bincangkan sekelasnya. Mengingat tugasnya di rumah bakal lebih banyak, akan lebih bagus jika ia langsung menyelesaikan tugas sekolah hari ini. Sedang fokus-fokusnya menulis, sebuah kotak bekal tiba-tuba mendarat di sisi mejanya.

"Eve-san, kok, rajin banget, sih?"

Sou dengan santai menarik kursinya mendekat. Membuat si pemilik meja bingung termasuk beberapa anak yang masih ada di dalam kelas. Namun sepertinya, mereka tidak lagi berkomentar karena Sou yang memulai duluan mendekati Eve.

"Eve-san gak makan?" tanya Sou lagi, tidak menunggu pertanyaan sebelumnya dijawab.

Eve menggeleng sopan. Dia tidak pernah butuh makanan saat istirahat. Ia sudah biasa begitu, jadi tidak ada makanan atau snack pun sudah biasa. Mengunyah lauk bento-nya, Sou melirik PR di buku Eve dan sedikit terbelalak.

"Hm? Eve-san kejebak tuh." Sou menunjuk soal dengan sumpitnya.

"Eh?"

"Itu soalnya '23, 33, 45, 59...' kan? Dari 23 ke 33 bertambah 10. Terus 33 ke 45 bertambah 12. Coba hitung lagi, deh."

Eve yang masih setengah kaget jawabannya salah mencoba menghitung lagi dan baru menyadari kesalahannya. Buru-buru menghapus jawaban, Eve menulis angka '75' sebagai jawaban. Terperangah, Eve menoleh. "Makasih, Sou."

"Gak masalah. Tapi sekarang, Eve-san sadar kenapa bisa salah jawab?" Tanya Sou. Eve mengangguk polos. Bukan jawaban yang diberi, sumpit yang menjepit potongan tamagoyaki lah yang menyusup masuk ke mulut Eve.

"!?"

"Utu karena kamu kurang makan, Eve-san!" Tertawa kecil, Sou membuka bagian bawah bento yang juga penuh. "Kayaknya orang di rumahku salah bawa bekal, deh. Ini bukan porsiku. Ayo bantuin."

Eve termangu menatap deretan onigiri, nugget, tamagoyaki, dan tempura yang memenuhi kotak. Sumpit kayu yang masih baru di sodorkan Sou dan di terima Eve canggung. Masih mengunyah, Eve menatap Sou yang kini asyik menggulir layar handphone-nya.

"Dih, parah. Aku udah di masukin ke grup ketua kelas sekolah sama OSIS. Naruse pengkhianat nih, pasti," dumel Sou.

Beralih kembali ke isian bento, Eve bingung antara harus menerima tawaran ini atau menunggu Sou yang kini fokus pada handphone-nya. Di tengah kelabilan itu, sebuah bariton suara menyapanya dari belakang.

"Apa ini? tidak biasanya kau langsung akrab dengan orang asing?"

Suasana hati Eve seketika gelap. Terutama karena mengenali siapa yang berbicara di belakangnya. Sedikit menoleh, Eve menatap tajam pemuda yang tersenyum datar padanya. Dua orang di belakangnya berdiri di sisi kiri dan kanan, sudah pasti bodyguard yang disekolahkan olehnya. Sama sepertinya, orang ini juga memiliki hubungan bisnis dengan ayahnya terutama di dalam ruang lingkup politik yang saat ini lumayan memanas.

"Apa yang membawamu kemari, Natsushiro-san?" Tanya Eve dingin.

"Hm?" Sou yang baru sadar dari handphonenya menoleh. "Ada apa?"

Outsider || SouEveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang