Apa makna dari mata yang kelelahan itu?
Aku berjalan sambil menyembunyikan luka
Entah kenapa bayangan bagaikan tersebar
Aku ingin seseorang menyadarinyaTok! Tok!
Ketukan dari luar pintu, entah yang ke berapa kali sudah di acuhkan oleh Eve. Sejak malam penggeledahan itu, Eve memutuskan untuk benar-benar mengurung diri dan tidak membiarkan siapapun memasuki kamarnya. Ia hanya membuka pintu di waktu jam makan. Sisanya? Takkan ia bukakan bahkan jika itu ayahnya sendiri.
Eve benar-benar tidak ingin di ajak bicara.
Ayahnya memang membelikan handphone baru. Baik, terima kasih! Tapi bagaimana dengan isinya? Handphone baru itu kosong! Apa yang bisa dia lakukan dengan handphone baru dan masih bersih itu? tidak ada yang bisa ia hubungi. Tidak ada nomor kontak yang bisa ia kirimkan pesan kabar. Dan lagi ia masih belum diizinkan untuk pergi keluar kamarnya karena paranoid ayahnya yang semakin parah.
Sungguh, Eve tidak tahu harus apa di situasi ini sekarang.
Biasanya, ia akan dengan santai bisa menganggap semua akan selesai begitu saja dan menghabiskan waktu dengan mengerjakan semua dokumen atau proyek dengan santai. Sama sekali akan mengacuhkan suasana suram dan mencekam di rumah ini. namun, sejak ia mulai nyaman dan beradaptasi dengan lingkungan baru yang membuatnya mulai bisa ‘terbuka’, sisi sensitifnya mulai muncul. Sisi kepeduliannya mulai tumbuh. Setelah ia terbiasa mengacuhkan banyak hal, begitu memedulikan satu hal lain ia kehilangan cara untuk kembali ke saat dimana ia belum mengenal semua itu.
Satu hal yang Eve pahami saat ini, ia ingin kembali ke sekolah. Ke tempat yang dulu ia anggap tak ada bedanya dengan di rumah. Harus bersikap sebagaimana “Eve” yang diinginkan semua orang.
Di kelas barunya, ia hanya di pandang sebagai wakil ketua kelas. Di kelas barunya, ia hanya di pandang sebagai anak yang pendiam. Dan yang lebih penting lagi, di kelas barunya itu ia telah bertemu dengan orang-orang yang bisa melihat dirinya tanpa memedulikan kasta apapun.
Juga, ada seseorang disana...
Menatap layar laptop sendu, Eve yang tidak tahu harus melakukan apa iseng membuka website Harapeco Store pusat yang ia kelola langsung. Mengecek beberapa email masuk yang mengirimkan berbagai “permintaan”, Eve menemukan satu email tak bernama dan tampaknya adalah email pribadi, bukan perusahaan. Apa ini permintaan langsung?
Membuka email paling atas itu, Eve membaca email yang hanya mengirim satu baris kalimat, Bisakah saya bicara dengan Kurowa Eve?
Email ini jelas mengundang tanya dan rasa penasaran Eve. Membalas cepat, Eve tak menduga bahwa email juga akan di balas cepat. Namun, belum selesai keterkejutannya akan fast respon si pengirim email, isi dalam email itu juga seketika membelalakkan matanya.
Eve-san! Apa kabar? Kenapa kamu sulit dihubungi akhir-akhir ini? apa kau baik-baik saja?
Seluruh jemarinya gemetar. Bertaruh jika si pengirim email adalah Sou, ia tak peduli jika jadinya berbalas pesan pribadi di website Store yang harusnya hanya menjawab email pesanan atau meminta pasokan barang. Buru-buru meraih handphone barunya, Eve menyalakan handphone yang semula ia pikir tidak berguna itu dan mencari kontak barunya disana. Usai membalas email dengan memberi alamat kontaknya, 5 menit Eve menatap handphonenya gugup dan akhirnya sebuah notifikasi pertama muncul di layar handphone barunya.
Itu adalah telepon masuk.
Langsung mengangkat telepon, suara Sou yang riang dan penuh semangat menyapa telinganya setelah 5 harinya hampa di dalam kamar gelap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Outsider || SouEve
Short Story⛓️ Utaite Fanfiction ⛓️ mungkin ia hanya lelah. atau mungkin ia bosan saja dengan kesehariannya. dirinya sendiri bahkan tak tahu bagaimana cara untuk menjabarkan apa yang saat ini ia rasakan. padahal, ia sudah berhasil menerima keadaan hidupnya. ia...