14

149 6 3
                                    

Diriku yang sesungguhnya itu tak ada
Bahkan 'diriku yang biasanya' juga tak ada
Kalian semua selalu berpikir bahwa aku seperti ini dan itu
Tapi itu hanya pemikiran masing-masing, kan?



Begitu membuka mata, Eve menatap cukup lama atap bangunan yang agak kotor dan sedikit retak di beberapa tempat. Menelisik seluruh ruangan, ia memahami bahwa saat ini ia di kurung di sebuah tempat yang sudah ditinggalkan. Jika boleh berkomentar, ikatan tali yang melilit tubuhnya ini terlalu kencang dan kursinya juga tidak nyaman. Namun daripada protes karena ketidaknyamanannya, mengetahui siapa dalang penculikannya adalah prioritas.

Tidak hanya mobil yang tiba-tiba muncul menabraknya, saat ia melompat keluar mobil sudah ada dua orang yang bersiap menangkap dan membawanya kabur seolah sudah memprediksi dirinya akan menyelamatkan diri. jika memang begitu teknik penculikannya, harus Eve katakan bahwa itu adalah cara paling tidak masuk akal, memiliki presentase keberhasilan yang rendah, bahkan sangat ugal-ugalan. Tapi, melihat pelaku berhasil mendapatkan dirinya seperti ini nampaknya ia punya keberuntungan yang bagus.

Inginnya ia mencari tahu dimana posisinya sekarang, tapi yang bisa ia lihat dari satu-satunya jendela yang berada di ruangan ini hanyalah langit malam dan siluet bangunan yang tidak terlalu jelas karena gelapnya malam.

“Apa dia belum sadar juga!?”

“Harusnya sudah, tapi ... ”

“Kau yakin dia tidak terbentur, kan!? Kalau sampai dia terluka aku akan membunuh kalian semua!!”

Perdebatan yang tiba-tiba terdengar dari luar pintu mengejutkan Eve. Dan ia lebih terkejut lagi saat mengenali salah satu suara yang baru saja membentak dan mengancam orang lain. Begitu pintu di banting kuat, si penculik masuk dengan dua orang berjalan mengikuti di belakangnya. Si penculik yang masih murka menjadi lebih murka lagi begitu melihat Eve.

“Dia ... masih belum sadar!?”

Sepersekian detik sebelum pintu terbuka, Eve langsung menutup matanya rapat. Jika membicarakan sandiwara, Eve sudah cukup terlatih. Jadi berpura-pura belum siuman seperti ini adalah hal yang mudah. Apalagi wajar jika dia masih belum bangun karena baru saja mengalami kecelakaan, biarlah asumsi sisanya seperti terbentur dan sebagainya di serahkan ke si penculik agar dia semakin panik.

“SIALAN! KALAU BEGINI AKU TAKKAN BISA MEMILIKINYA! KALAU DIA MATI BAGAIMANA!?” Teriak si penculik panik.

Eve hanya bisa membatin dan berharap kalau orang ini bisa lebih pintar lagi untuk menculiknya. Meski ia kini sudah tahu identitas si penculik, namun ia tak ingin membuka matanya hanya untuk melihat orang yang sedang mengamuk dan memukuli anak buahnya sendiri di dekatnya. Dari bunyi kerasnya pukulan, bisa ia pastikan anak buahnya itu akan memiliki luka dan lebam yang cukup parah.

“Padahal aku berhasil mendapatkannya! Aku berhasil membawanya ke sisiku!! Sial! SIAL!!” Membanting pemukul di tangannya, ia berbalik seraya mengatur napasnya yang bergemuruh.

Sraak! Sraak!

“?” Alis Eve berkedut saat mendengar langkah terseok yang mendekatinya. Awalnya ia masih berniat untuk tetap terpejam, namun seluruh tubuhnya langsung merinding hebat saat merasakan tangan si penculik dengan lancangnya meraba pahanya.

“Benar juga ... selagi belum bangun aku bisa mengklaim tubuhnya dulu kan? Haha ... kenapa aku tidak kepikiran?”

Sekujur tubuh Eve panas dingin. Tubuhnya meremang oleh emosi dan terhina oleh tangan di pahanya semakin lancang meraba ke bagian dalam. Ia sangat ingin menendang si penculik ini hingga terjungkal, tapi menemukan kesempatan karna ikatan talinya sedang di lepas.

Outsider || SouEveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang