12

45 5 0
                                    

Mulai sekarang aku ingin terus berada di sisimu
Menghabiskan hari-hari yang biasa saja bersamamu
Maukah kau menumbuhkan kebahagiaan sederhana itu bersamaku?



Setelah melewati acara makan malam yang dimeriahkan oleh obrolan anak-anak panti, Sou membawa Eve naik ke lantai dua dan masuk ke sebuah kamar yang diisi dengan perabotan sederhana. Begitu sampai disana, Eve memerhatikan seluk beluk kamar yang kurang lebih dipenuhi oleh ranjang, meja belajar, lemari pakaian, rak buku, dan meja nakas di bawah jendela.

“Duduk saja dimanapun kau mau, Eve-san.” Sou meletakkan tasnya di atas meja belajar. “Astaga, padahal cuma makan tapi rasanya lelah sekali.”

Eve yang semula masih asyik melihat-lihat kamar mengulum senyum. “Itu makan malam yang mengasyikkan, kok.”

“Begitukah?” Sou terkekeh pelan. “Lalu kau bisa makan malam disini kapanpun, Eve-san.”

“Sungguh?”

“ ... "

Pertanyaan itu sungguh polos, namun terlihat jelas dari wajah Eve bahwa ia begitu senang dengan makan malam hari ini. Terdiam agak lama, Sou agak ragu untuk bertanya. "Apa ayahmu orang yang sibuk?”

Eve menundukkan pandangannya dan mendudukkan diri di sisi ranjang Sou. “... lumayan.”

Menyusul duduk, Sou menatap Eve di sampingnya dan mencoba menghibur. “Aku tidak mengerti, sih, soal orang tua. Tapi kupikir jika ia masih bekerja itu berarti dia masih berusaha untuk membahagiakanmu.”

Eve tahu kalimat Sou semata-mata untuk menghiburnya, hanya saja ia tersenyum miris karena kenyataannya sangat berbanding terbalik dengan ekspetasi Sou barusan. Saking tidak sanggupnya menanggapi, Eve hanya membalas dengan, “Mhm.”

“Eve-san udah hubungi orang rumah?”

Eve sedikit tersentak. Tangannya perlahan naik dan meraba saku di dada kirinya. “Sejak sore ... tidak ada jawaban. Tampaknya orang di rumah juga sibuk membantu pekerjaan ayahku. Jadi, mungkin ... jika tidak merepotkan.”

“Ooh, tentu saja boleh! Mau sekalian mandi juga?” Tawar Sou.

Eve menggeleng. Ia tidak terlalu kotor hari ini, jadi tak perlu. Beberapa menit kemudian, dua seragam sekolah tergantung di dinding kamar. Eve mematut dirinya dan berputar menelisik hoodie biru keabuan yang sedikit kebesaran di tubuhnya.

Sou yang juga sudah berganti pakaian dengan kaos biasa dan celana hitam selutut tertawa canggung. “Maaf, ya, Eve-san. Sepertinya baju lamaku yang lebih kecil sudah di oper ke anak-anak di lantai bawah.”

“Tidak masalah. Aku suka, kok.”

Eve sama sekali tidak bohong, ia benar-benar puas dengan pakaian kebesaran ini. Terutama aroma permen karet yang menyegarkan langsung memenuhi indera pembaunya, terasa sangat menyenangkan.

Drrt! Drrt!

“Oh, milikku.” Meraih handphone di atas meja, Sou menatap layar sejenak dan berseru. “Dari Reol! Eve-san, naskahnya sudah selesai. Barusan di kirim ke grup kelas.”

Eve ikut menarik handphone-nya dan mendownload. File berjudul “naskah drama” tersebut. Kamar seketika hening karena keduanya langsung tenggelam membaca naskah dengan serius. Setelah beberapa menit berlalu, hela napas berat datang dari Sou.

“Ada beberapa dialog yang di improvisasi, tapi ini ...” Sou menyibak poninya ke belakang, tampak tertekan setelah membaca naskah drama. “... Ini beneran berat banget."

Outsider || SouEveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang