10

87 6 3
                                    

Jika dari depan, terlihat kanan dan kiri
Tapi bagi diriku, terlihat kiri dan kanan
Meski pergi ke sana, meski pergi ke sini
Musuh dari keadilan tetaplah keadilan

Sudah satu minggu berlalu, Isubokuro tidak datang ke kelas lagi. Entah apa yang terjadi, tapi sepertinya pihak sekolah sudah kehabisan kesabaran untuk menindaklanjuti Isubokuro. Padahal baru masuk sekolah setelah di skors, ia malah langsung mencari masalah baru. Dan tidak tanggung-tanggung yang di celakai adalah anak reguler yang notabene berasal dari kalangan bawah. Tidak seperti kasus sebelumnya, kejadian ini tidak bisa di negosiasikan lagi karena pihak yang melukai dan dilukai tidak seimbang.

Eve sedikit lega melihat kelasnya kini kembali ceria seperti sebelumnya. Tidak ada yang membuat was-was apalagi membuat yang lain tak nyaman. Saat ini, mereka sedang rapat untuk membicarakan drama yang akan di pentaskan untuk acara sekolah bulan depan. Tema yang akan di ambil adalah Romeo dan Juliet. Namun, karena kisah ini sudah pasaran maka Naruse selaku sutradara – entah siapa yang memilih – mengganti judulnya menjadi “Romeo dan Julio”.

“WOY! KENAPA CERITA SHAKESPEARE JADI FULL PELANGI GINI!?” Teriak Satomi dari belakang.

Lon yang duduk di paling depan membalas Satomi. “HEY, KAU! KALO GAK TAU INDAHNYA KISAH CINTA PUTERA MENDING DIAM AJA!”

“BACOT, FUJO!!”

Lon dan Naruse saling bertukar tos. Rupanya mereka yang sudah mengedit cerita Romeo dan Juliet. Duduk di kursi guru menggantikan Shoose-sensei, Sou menggaruk kepalanya. “Pas setor ini ke OSIS juga aku kaget mereka langsung setuju. Kayaknya akhir-akhir ini cerita BL emang lagi laris manis di kalangan kita.”

“kita? Kamu aja kali!” Celetuk yang lain.

“Siapa juga yang ngajak situ? Iya dah, si paling lurus!” Balas yang lain.

Mengesampingkan genre BL-nya, Eve sedikit tertarik saat membayangkan Juliet yang menjadi Julio. Apalagi kisah ini tidak meniru kisah yang di edit, namun langsung meniru kisah novelnya yang berakhir menyedihkan. Dibanding memandang cerita ini sebagai BL, jatuhnya malah seperti kisah persahabatan antara dua pangeran yang terpisahkan oleh konflik masing-masing negara. Bisa jadi pihak sekolah melihatnya seperti itu. Namun untuk Naruse dan Lon, entah apa yang mereka lihat dari parodi Romeo dan Juliet ini.

“Ck, okelah! Biar gak keliatan sus banget, scene Romeo dan Juliet yang ciuman ini kuganti sama pegangan tangan dan natap bulan bareng," gerutu Naruse yang setengah tidak rela mencoret catatannya.

“HUH?! KAU BERNIAT PERTAHANKAN SCENE MACEM ITU TADINYA?!” Pekik yang lain shock.

Setelah alur drama rampung, tibalah saatnya memilih para pemain. Naruse tidak lagi bertanya dan langsung menulis di papan tulis. “Yang jadi Romeo itu Sou, terus Julionya itu Baginda.”

Sou di kursinya langsung bangkit. “WOI!!”

“Yang nentang bakal jadi penanggung jawab kostum dan make up.”

“ ... ”

Sou kembali duduk. Sepenuhnya bungkam dengan ancaman Naruse yang satu-satunya paling paham fashion apalagi make up. Pemeran sisanya, Naruse menunjuk beberapa orang dan memberi ancaman yang sama untuk siapapun yang menolak. Tinggal sisanya, di bagi menjadi pengurus properti, pencahayaan, sound effect dan backsound, lalu yang terakhir dan paling penting adalah make up artist.

Sebenarnya, Eve sempat menawarkan untuk menyewa make up artist Harapeco untuk membantu saat drama. Tapi Naruse menolak dan berkata kalau memakai jasa orang lain untuk menyukseskan acara sendiri itu tidak akan seru dan menyenangkan. Jadi Eve menurut dan tidak lagi memaksa karena ikut penasaran seperti apa rasanya nanti.

Outsider || SouEveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang