September Rain #16

34 2 0
                                    

Sebuah pusat perbelanjaan yang belum lama ini selesai di bangun dan mulai beroperasi di kota tempat tinggal ku, sebuah mall yang menjadikannya satu-satunya bangunan yang cukup luas dan ramai dikunjungi warga sekitar sini ataupun kota tetangga yang belum mempunyai bangunan serupa. Meskipun belum banyak toko dan stan yang buka di sana, namun orang-orang tetap antusias untuk datang karena rasa penasaran mereka yang tinggi akan suatu hal baru yang muncul di kota mereka dan tentunya menjadi alternatif lain bagi orang sekitar sini untuk berbelanja, bahkan kedepannya bisa saja menjadi pusat perbelanjaan yang sangat hidup seperti di kota-kota lain yang sudah lebih dulu memiliki mall. Kota ini memang merupakan kota pemekaran dari kota sebelumnya yang merupakan Ibukota provinsi, namun dari segi infrastruktur disini masih terbilang belum banyak memiliki bangunan-bangunan tinggi yang dipakai sebagai pusat perkantoran ataupun pusat perbelanjaan. yang ada hanya bangunan dengan arsitektur tua yang memiliki nilai sejarah semasa jaman peperangan dulu. Dan juga berdiri banyak pabrik hingga akhirnya dikenal sebagai salah satu kota industri, sehingga banyak juga pendatang dari luar kota bahkan luar pulau yang mengadukan nasibnya disini.

Berdiri pada tanah yang sangat luas yang mana dulunya adalah sentra pasar tradisional yang sudah ada sejak lama dan terpaksa pindah dengan pembangunan mall ini, sebuah jalan protokol yang cukup terkenal sampai keluar kota karena di jalan pedestrian nya ini juga merupakan destinasi untuk berbelanja karena di sepanjang jalan ini juga berdiri banyak toko yang menyediakan berbagai macam kebutuhan sehari-hari. Maka dari itu para gadis ini memintaku untuk menemani mereka untuk berbelanja ke sini, selain harga nya yang terbilang cukup murah namun memiliki kualitas yang sangat baik dibandingkan ditempat lain. Kini sinar matahari sudah mulai menyengat sebagian anggota tubuh yang tidak tertutup oleh kain, ku rasakan ada cucuran keringan yang mengalir pelan di bagian punggungku. Tak terasa kami sudah berjalan cukup lama dan sudah banyak melewati berbagai toko namun belum menemukan apa yang para gadis ini perlukan. Suasana tidak terlalu ramai karena memang ini hari senin dan bisa dibilang masih terlalu pagi, karena biasanya saat sore dan malam lah jalanan ini akan terasa sangat hidup apalagi diakhir pekan. Sepanjang jalan aku hanya merasa keheranan, padahal mereka bisa saja kesini bersama keluarga atau dengan kerabat mereka, lagi pula liburan kami masih cukup lama. Bisa saja mereka pergi sore atau besok harinya, Kepalaku terus berputar-putar pada pertanyaan yang sama bahkan sejak dari awal kami naik angkot, dan lagi mereka sangat berisik tak berhenti berbincang sedetikpun, apakah mereka berpura-pura baru mengenal satu sama lain. Karena kelihatan sekali mereka membicarakan sebuah topik dengan begitu antusias satu sama lain, dari topik ke topik selalu saja menjadi obrolan yang sangat panjang. Mereka tertawa dan berbincang dengan puas, sampai-sampai aku hanya dijadikan obat nyamuk. Tapi syukurlah, tadinya aku mengira kalau perjalanan ini akan menjadi sunyi dan sepi, garing tanpa ada yang berbicara sama sekali mengingat mereka bahkan ada yang baru saja berkenalan hari ini.

Berjalan bersama seperti sekarang baru pertama kali bagiku, apalagi dengan lawan jenis seperti mereka. Ada perasaan campur aduk saat melihat mereka berjalan bersama seolah sudah menjadi sahabat karib sejak lama.. Apalagi orang-orang yang selama ini terbilang cukup pendiam, kini seolah menjadi orang lain dalam artian yang lebih baik. Terdengar dari topik yang mereka bicarakan kini mengarah pada hal yang sering mereka lakukan saat senggang, seperti hobi dan apa saja yang dilakukan saat berada di rumah. Mereka mengungkapkannya tanpa ragu seperti tak ada jarak dan batas yang harus mereka tutupi, apakah ini yang namanya sebuah pertemanan, namun kurasa ini terlalu singkat untuk mendapatkan obrolan yang sehangat ini. Kami berjalan kaki pada jalan pedestrian yang cukup luas dan sangat panjang, dan disepanjang rute yang akan kami lewati inilah banyak berdiri toko-toko yang sudah berdiri sejak lama. Suara musik yang diputar lewat DVD player milik para pemilik toko menjadi magnet yang mengambil atensi para pejalan kaki yang kebetulan lewat atau yang memang sengaja kemari seperti kami sekarang untuk berbelanja. Dan diantara deretan toko ini ada beberapa toko yang masih menjual kaset radio yang berisi macam-macam genre lagu lawas, pagelaran wayang dan juga drama-drama yang sering diputar di siaran radio saat dulu.

Setelah berjalan cukup lama Nadinda mengajak kami untuk mampir ke toko yang menjual alas kaki, dia bilang kami perlu sendal untuk nantinya kami bermain pasir di pantai. Tanpa berpikir panjang yang lain juga sangat menyetujuinya dan langsung masuk ke toko yang Nadinda maksud, suasana klasik yang begitu kental sangat terasa begitu kami masuk, dan kami juga disambut oleh pengharum ruangan beraroma jeruk yang sengaja ditempatkan pada kipas angin sehingga bau nya menyebar ke setiap sudut ruangan. Kemudian para gadis ini cukup kagum dengan deretan sepatu dan sendal yang berjejer begitu banyak bahkan sampai atap dari bangunan ini penuh semua oleh sendal dan juga sepatu, mungkin saja toko ini memiliki banyak sekali koleksi dan lumayan komplit padahal ukuran toko ini tidak terlalu besar. Namun ada yang begitu menarik perhatianku dan juga lainnya, yaitu deretan sepatu yang berada di rak bagian paling atas. Model dari sepatu yang dipajang di atas itu terlihat sangat berbeda karena modelnya bisa dibilang sangat lah jadul, mungkin pada saat ini sudah sangat jarang sekali orang memakainya. Aku teringat bahwa mendiang kakek ku memiliki dan memakai sepatu yang seperti itu, tandanya sepatu ini mungkin sangat populer di zaman saat mendiang kakek ku masih muda dulu.

Setelah asyik melihat-lihat berbagai macam sendal tiba-tiba saja Kalista histeris sendiri dan mengajak semua orang untuk melihat sesuatu yang sangat menarik perhatiannya, sebuah sendal yang terbuat dari tali yang dirajut sedemikian rupa. Kemudian ditengahnya dan di bagian atas dari bagian penyangga ibu jari terdapat ornamen bunga matahari.
"Coba lihat ini deh, lucu banget...." Ucap Kalista yang begitu kegirangan, alhasil semuanya ikut penasaran dan respon mereka juga mirip seperti Kalista yang begitu histeris.
"Iyah kak, bener lucu banget ini mah."Desti dan Nadinda mengucapkan hal yang sama.
"Simpel tapi elegan, aku juga suka."Ucap Kinanti
"Yaudah kita beli samaan aja yuk, gimana?" Ajak Nadinda pada semuanya.

Ada dua orang yang berada di toko ini, seorang kakek dan juga seorang wanita muda yang bertugas sebagai pelayan yang dari tadi menawarkan bermacam-macam koleksi dagangannya pada kami. Sedangkan sang Kakek duduk di meja kasir dan terlihat sedang sibuk mencatat sesuatu. Kakak wanita ini sangat ramah pada kami dan dengan sabar melayani terlebih Kalista yang selalu saja bertanya padanya tentang model sendal dan sepatu yang saat ini sedang ngehits, sepeti sedang mewawancarai untuk tugas sekolah, dasar bawel. Akhirnya para gadis ini yakin untuk membeli sendal tali itu dan sama percis, namun ukurannya saja yang berbeda menyesuaikan kaki milik mereka. Dengan kompak mereka mengeluarkan amplop hadiah yang mereka dapat tadi sebagai juara kelas, dan langsung membayarkannya ke meja kasir dan disambut oleh si kakek yang langsung menyudahi aktifitasnya terlebih dahulu.
"Yan, kok kamu gak beli apa-apa." Tanya Kalista padaku.
"Gak ah, aku masih ada sendal dirumah."
"Yeh, beda dong, ini kan untuk liburan Yan, yang di rumah mah buat sehari-hari." Kalista masih saja terus membujukku untuk membeli sendal yang ada disini untuk dipakai saat liburan nanti. Sejenak aku berpikir untuk lebih berhemat dan menyimpan saja uang hadiah yang kudapatkan hari ini, namun apa yang Kalista bilang ada benarnya juga. Sebenarnya ada beberapa sendal yang memang menarik perhatianku dan aku ingin membelinya, namun dari tadi yang kupikirkan hanyalah aku bisa membeli beberapa kebutuhan dapur yang memang sudah menipis dan sangat wajib untuk ku beli. Tapi mungkin tidak ada salahnya untuk memanjakan diri sendiri dengan membeli sesuatu dari hasil kerja keras yang sudah ku raih, toh uang hadiah ini memang cukup banyak dan bisa dibilang ini adalah uang bonus. Aku masih bisa mendapatkan uang dari gaji ku bekerja di café untuk belanja kebutuhan sehari-hari, akhirnya setelah dibujuk terus oleh Kalista aku pun luluh dan akhirnya kembali ke tempat sendal yang cukup menarik bagiku tadi dan membeli sendal yang sudah menarik perhatianku dari tadi.

September RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang