September Rain #15

28 2 0
                                    

Ketiga orang yang tadi naik podium kini berdiri didepan gerbang dan terlihat sedang menunggu sesuatu, disaat Nadinda masih mesam-mesem gak jelas dan tidak berhenti terus melambaikan tangannya. Aku terpaksa menghampiri mereka karena harus berkumpul dengan Kinanti di sana, namun kelihatannya aku akan terlibat percakapan dengan mereka. Desti juga seperti terlihat sedang menunggu, begitu pula dengan Nurul yang ikut berdiri di sana, entah apa yang mereka tunggu, namun yang pasti aku memiliki firasat yang tidak bagus akan hal ini.

"Oy Kak, sombong amat dipanggil gak nyahut dari tadi."

"Berisik ah, orang pada ngeliatin tuh." Jawabku ketus pada Nadinda.

"Lagian kamu kak, muka nya ngantuk gitu, bahagia kek walau sehari."

"Dasar, maaf aja emang muka ku selalu begini."

"Hihi"

//"Kak Yan, Selamat yah"// Desti, Nurul dan Nadinda kompak mengucapkan selamat padaku, membuatku kaget dan merasa sedikit terharu dan juga malu.

"Kompak amat kaya paduan suara, tapi, itu.. Makasih, selamat juga buat kalian yah." Jawabku malu-malu.

"Nahh, gitu dong senyum, awas hujan lagi hihi." Nadinda kembali mengejekku.

"Berisik.."

Desti yang sedari tadi cuman memperhatikan kini mendekatiku dan memberikan sebuah kantung plastik yang warna nya seperti tidak asing.

"Apa ini Des?" tanyaku keheranan.

"Itu, punyamu yang ketinggalan kemarin di kafe kak." Jawab nya.

Setelah mendengar itu aku langsung teringat pada kerupuk pemberian abah Ipin, ternyata kemarin memang tertinggal di kafe. Karena mendapatkan serangan asma yang mendadak membuatku sedikit panik dan melupakannya, karena saat kesulitan bernafas tak tahu kenapa aku merasa panik dan yang kupikirkan saat itu adalah bagaimana caranya bernafas dengan baik. Saat asma kambuh akan membuatku kesulitan mengeluarkan udara yang telah ku hirup, karena saluran pernafasan di paru-paru yang menyempit dan mengeluarkan lendir. Sehingga selain susah bernafas, kepala terasa pusing juga membuatku panik dan tak jarang membuatku lupa akan sesuatu seperti ini. Dan aku kira ada hal lain yang ku lupakan selain kerupuk ini kemarin, namun aku belum bisa mengingatnya sejak pagi. Aku membuka kantong keresek itu untuk memastikan dan benar itu adalah kerupuk kemarin, kini mereka penasaran dengan apa isi kantung plastik ini sebenarnya.

"Apaan tuh Yan, kaya yang kemarin, terus mereka siapa? kalo Desti aku udah ketemu kemarin hehe." Kalista yang dari tadi diam juga ikut bersuara, dengan bawelnya dia langsung bertanya.

"Kaya nya kamu emang Ratu Kepo Kal!" tukas ku sedikit kesal

"Ihhh, jutek amat hihi. Ayo dong kenalin." Kalista memaksa

"Ish, yaudah ingetin aku buat nulis ini di buku rekor."

Mereka berempat nampak keheranan mendengarkan kalimatku barusan, maksud ku adalah ini rekor perbincangan ku dengan orang lain dalam satu hari. Kapan semua ini akan berakhir, akku salut pada mereka yang punya banyak energi untuk berbicara banyak seperti ini setiap harinya. Tak lama kemudian Kinanti pun akhirnya tiba dan dia nampak kaget dengan kerumunan di sekitarku, ku yakin dia juga merasakan sedikit tidak nyaman dengan keramaian seperti ini. meskipun baru hari ini aku berbicara dengannya, namun aku bisa menebak kalau dia juga sama sepertiku. Memiliki jarak antara dirinya dengan murid lain disini, dan memilih untuk tidak repot berbicara atau pun mendengarkan orang lain. Tapi sepertinya dia tidak memasang wajah jutek seperti halnya yang ia tampakkan pada orang lain sebelumnya.

"A.. aku udah siap." Suara Kinanti pelan.

"Langsung berangkat aja yah, hayu Kal." Ajak ku pada Kalista.

"Ehh, bentar Yan, mereka gimana." Kalista nampak kebingungan.

"Gimana apanya Kal?"

"Ihh, itu kan mereka nungguin kamu, masa kamu tinggal begitu aja."

"Haah, maksud kamu?"

"Yaan Yaan... kamu emang gak peka."

"kenapa sih?"

"Ehh, Desti sama kalian berdua, lagi kosong gak, mau ikut sama kami?" Kalista dengan entengnya malah mengajak mereka bertiga, kini semua orang kecuali Kalista begitu kebingungan.

"Emangnya kalian mau kemana kak?" sahut Nadinda yang nampak antusias.

"Kami mau belanja kebutuhan buat liburan nanti, gimana, kalian mau ikut. Ikut aja yah." Kalista semakin menjadi dan kini membujuk dan memaksa mereka agar ikut.

"Yang bener aja Kal, malah makin rame." Aku berusaha menolak namun.

"Yaa, kan itu tujuannya, yah yah, boleh kan Yan, Kinan, mereka juga kayanya mau kok."

"Aku, sih, gak keberatan." Diluar dugaan, Kinanti malah setuju.

"Haaah, kamu serius Kinanti?!?" aku sangat kaget dan masih tidak percaya.

"Asyik, tuh Kinan juga udah mau Yan, gimana kalian bertiga.?" Kalista kegirangan

"Aku sih mau-mau aja kak." Nadinda yang malu-mau namun kelihatan sangat mau.

"Aku juga pengen sih sekalian refreshing." Sahut Desty.

"Aku belum pernah sih keluar bareng-bareng gini, kalau gak ngerepotin aku mau juga." Nurul yang dari tadi paling diam juga ikut mengiyakan, ah ada apa dengan mereka.

"Gak mungkin gak mungkin, kalian becanda kan!" aku yang masih berusaha menolak.

"Ayo Yan, aku tidak keberatan kok sesekali rame-rame gini." Ucap Kinanti berusaha meyakinkanku, masalahnya bukan dirinya yang aku khawatirkan akan keberatan, tapi diriku sendiri yang sangat keberatan. Kenapa mereka seenaknya seperti ini, ah aku tidak mengerti dengan jalan pikiran para perempuan ini. maksudku kenapa mereka sangat ingin pergi besama padahal baru sekarang saling mengenal, lagi pula kenapa harus memaksa ku untuk ikut Toh sekarang mereka berlima semuanya adalah perempuan, apa mereka tidak keberatan ada seorang lelaki yang bersama mereka saat sedang jalan-jalan, sepertinya ada yang salah dengan mereka. Oh kasur ku yang kurang empuk namun nyaman, aku sangat merindukanmu saat ini. Kini mereka memasang wajah memelas memaksa aku untuk ikut, mereka mengancam kalau aku tidak ikut maka mereka juga tidak akan jadi untuk pergi bersama. Sekarang malah menempatkan ku pada situasi yang sulit, mereka membuat seolah-olah jikalau acara kali ini gagal semuanya adalah salahku, sungguh menyebalkan.

Waktu semakin sempit dan berat, kini makin banyak orang yang lalu lalang di gerbang dan banyak yang melihati kami yang terlihat seperti sedang melakukan rapat. Dengan berat aku pun mengiyakan keinginan mereka, aku tak ingin membuang banyak waktuku lagi. Karena jika ku tolak mungkin mereka akan merasa kecewa, meskipun sebenarnya itu bukan tanggung jawabku. Namun aku merasa pertemuan mereka berlima ini ada sangkut pautnya denganku, dan firasat ku mengatakan kalau aku membuat mereka kecewa sekarang, kedepannya akan membuat situasi antara aku dan mereka sedikit merepotkan nantinya.

"Yaudah deh, apa boleh buat." Jawabku sembari menghela nafas. Sudah bisa ditebak reaksi mereka akan bagaimana, selain Kalista yang terlihat sangat heboh, kinanti yang malu-malu dan memasang senyum yang begitu lebar. Nadinda yang dari tadi malu-malu tapi sebenarnya sangat ingin ini terjadi, Desty yang nampak senang dan berekspresi berbeda dari biasanya, meskipun dia bisa dibilang mudah untuk diajak bicara. Namun kali ini seolah menemukan sesuatu yang baru dan membuatnya sangat antusias, kemudian Nurul yang sehari-hari sibuk dengan kegiatan ekskul dan juga kegiatan rohisnya kini nampak juga bersemangat. Sebenarnya aku sedikit khawatir dengan Nurul, meskipun dia sangat aktif di kegiatannya, tapi dia juga jarang berinteraksi dengan orang-orang selain yang ia kenal. Namun kali ini dia yang dengan percaya diri ingin pergi bersama kami, entah itu ada dorongan dan rayuan dari Kalista ataupun atas kemauan nya sendiri, terlihat sangat abu-abu. Namun yang jelas, ini pertama kalinya aku berpergian bersama teman sekolahku, dan untuk pertama kalinya juga aku pergi bersama para gadis sebayaku. Aku harus mencatat ini juga di buku rekor kehidupanku selain perbincangan yang melelahkan ini, semoga saja hari ini tidak turun hujan seperti kemarin.

September RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang