4. . _ .

155 10 0
                                    

Mohon maaf jika ada typo, manusia adalah gudang nya kesalahan. Harap memaklumi, tp jika kelewatan maka biasa saja.

Ok lanjut, happy Reading

                 •••••••••••••••••••••••••

Heli rasa sudah cukup berbagi cerita nya, ia mulai khawatir jika noa jadi sedih dan kepikiran atas apa yang ia sampaikan.

Heli berdiri, menarik nafas dalam-dalam lalu ia hembus kan begitu saja. Melihat heli sudah berdiri membuat noa ikut berdiri juga, noa baru menyadari jika ternyata pemuda di samping nya ini sangat tinggi.

"Yuk abang antar pulang, udah magrib. " ucap heli ketika mendengar suara adzan berkumandang. Walaupun ia dan noa bukan orang muslim tapi mereka tahu adat ibadah orang muslim, selain faktor negara mayoritas muslim juga karena mereka sering berinteraksi dengan penganut nya langsung.

Selama perjalanan tak ada yang saling buka suara, baik noa maupun heli sama-sama memilih bungkam. Tak terasa akhirnya mereka sudah sampai juga di depan rumah noa, rumah itu lumayan besar namun terlihat begitu sepi dan tak berwarna.

"Makasih sekali lagi ya bang udah nganterin noa dan udah ngenalin keluarga abang ke noa, besok jangan lupa jemput noa lagi ya, bang. "

"Iya, istirahat. Jangan begadang, abang jemput kaya tadi pagi. "

Noa mengangguk semangat lantas ia tersenyum memperlihatkan lekukan kebahagiaan itu pada heli, heli rasa noa adalah anak yang ceria namun karena sesuatu hal membuat nya menjadi sesosok remaja yang pendiam.

Noa berjalan masuk ke pekarangan rumah nya, awalnya ia tersenyum mengingat kenangan tadi bersama dengan keluarga baru nya namun seketika itu semua sirna ketika melihat sang ayah sedang berdiri di depan pintu dengan bersidakep dada.

"Darimana saja baru pulang?! Sudah lupa jalan pulang sampai di antar orang lain segala?! Tidak tahu malu banget ya, nyusahin tahu tidak!. " ucap ayah dengan nada nyalang

"Tadi ada urusan sebentar terus tadi bukan orang lain, dia temen ku. " jawab noa

"Lebih penting urusan kamu apa pulang? Jawab papa, kalau papa lagi ngomong itu tatap mata papa. "

Noa memberanikan diri untuk menatap wajah sang ayah, terlihat begitu sangar dan menakutkan. Seketika nyali noa menciut, bulu kuduk nya merinding.

"Jawab pertanyaan papa, noa!!. " bentak papa

"P-pulang pa. "

"Masuk!! Papa tidak mau tahu. Besok ulangan harian kamu di bagi kan? Kamu harus mendapatkan nilai sempurna. Minimal dapat 87,jika kurang kamu tahu akibatnya sendiri. "

"Iya pa. "

Noa berlari cepat ke kamar nya, sang ibu yang melihat itu hanya bisa diam. Ia tak mampu menolong anak nya, ia juga  takut pada sang suami karena sifat egois dan arogan nya sudah mendarah daging.

Brakkk prang

Noa membanting cermin yang terpajang di dinding kamar nya, ia melihat dirinya dalam versi cermin itu. Hancur, ia sangat hancur. Dan tak mungkin bisa kembali utuh seperti semula, hati nya terlanjur sakit.

"Kak, kenapa kakak ninggalin noa? Rasanya ingin sekali membenci mu kak tp noa tidak bisa, rasa sayang noa ke kakak lebih besar daripada rasa benci noa ke kakak. Jika saja waktu itu kakak tidak ke bali, pasti hari itu tidak akan terjadi. " gumam noa

Penyesalan datang pada noa sejak meninggal nya sang kakak yang seharusnya tak noa rasakan, namun merasa bahwa dirinya lah penyebab kematian sang kakak.

Only About Me || NI-KI HEESEUNG ENHYPEN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang