13. Pain

102 9 0
                                    

Hallo gaurr
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Makasih ya kak udah ngajarin Noa tadi, Noa jadi paham gimana cara ngerjain nya. " ucap Noa

"Sama-sama, sana gih masuk. Udah malem, maaf ya. Kakak janjinya pulang agak sore, malah kelewat sore. " ucap jino , sungguh ia merasa tidak enak hati karena tidak menepati janji

"Gak papa, Noa ngerti. " senyum Noa membuat jino merasa lega, heli tidak salah dalam menilai Noa.

"Itu papa kamu ya?. " tanya jino kala ia melihat seorang pria paruh baya tengah berdiri bersidakep dada di teras rumah

"I-iiya kak, ya udah kakak langsung pulang sana. Daah, Noa masuk dulu. " Noa langsung berlari masuk ke dalam rumah, meninggalkan jino yang masih terdiam di atas motor nya

"Pah." panggil Noa membuat tatapan tajam itu semakin menajam

"Darimana hah!? Sudah merasa dewasa berani pulang malam?. "

Nada bicara sang ayah terdengar begitu tajam, Lagi-lagi Noa harus menghadapi situasi yang sama.

"Bukan gitu pah, Noa habis belajar tadi."

"Alasan saja terus, belajar tidak bisa menjadi alasan untuk menutupi kesalahan mu. Belajar bisa di rumah, masuk kamar. Jangan pernah coba-coba untuk melawan papa untuk kali ini, jika kamu tidak ingin papa melukai mu. "

Noa mengangguk lantas beranjak ke kamar nya, sebelum akhirnya tangan nya di cekal kuat sang ayah membuat Noa meringis kesakitan.

"Berapa banyak teman mu hah!? Bukan kah papa pernah mengatakan jangan pernah berteman dengan banyak orang. Apa kamu tidak mengerti juga? Apa papa kurang jelas mengatakan nya?!!. "

"Noa tidak memiliki banyak teman pah, mereka hanya beberapa saja. Di sekolah pun Noa hanya memiliki 3 teman  , itu pun tak setiap saat aku bersama mereka. " jawab Noa

"Alasan saja!! Kamu sudah berani berbohong pada papa hah!!. "

"Noa berani sumpah, Noa gak bohong. "

"Bisa saja kamu ini berbohong. Anak pembawa sial dan tidak berguna seperti mu mana mungkin tidak bisa berbohong, seharusnya kamu ini bersyukur karena papa masih mau merawat mu dan menampung mu di rumah ini. "

"Apa sebegitu benci nya papa pada ku sehingga papa berani mengatakan aku anak pembawa sial dan tidak berguna? Apa salah ku pah? Apa yang aku lakukan sehingga papa begitu benci pada ku?. " tanya Noa, mata nya menyiratkan rasa sakit yang luar biasa

"Kamu bertanya apa alasan papa membenci mu? Jawabannya adalah tidak ada alasan untuk tidak membenci mu. Kamu membawa kesialan ke keluarga ini, tanpa kamu sadari hadir mu hanya membawa luka yang begitu dalam!!. " teriak papa

"Kenapa pah? Kenapa?. "

"Jangan tanya kan kenapa? Papa masih belum terima atas kepergian kakak mu itu, papa masih belum bisa melepaskan nya. Itu sebab nya papa membenci mu, itu adalah alasan nya. "

"Kenapa harus aku? Kenapa aku yang di benci pah?. " Noa di ambang kesabaran

"Karena kamu pembawa sial, kamu yang menyebabkan putra ku tiada!!. " teriak sang ayah lalu pergi meninggalkan putra bungsu nya yang tengah menahan tangis

Tubuh Noa meluruh, ia terduduk lemas di atas lantai dingin itu. Air mata nya mengalir deras, ia sangat membutuhkan Ibu nya. Tp sang ibu sedang berada di kantor, belum pulang.

"Hikss hikss hikss. " isakan mulai terdengar, Noa menunduk merasakan denyutan menyakitkan dari hatinya. Ayahnya sendiri menyalahkan nya atas kematian sang kakak yang sudah bertahun-tahun lamanya.

Only About Me || NI-KI HEESEUNG ENHYPEN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang