06. Akar Masalah

80 13 0
                                    

안녕하세요!

Absen dulu di sini, ya.

Contoh pengambilan absen :
Jingga (nama kamu), pada 28 Juli 2022 telah membaca bab ke lima dari cerita Niskala Dewa karya terbaru hytrrahmi.

Contoh pengambilan absen :Jingga (nama kamu), pada 28 Juli 2022 telah membaca bab ke lima dari cerita Niskala Dewa karya terbaru hytrrahmi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

06. AKAR MASALAH

Makan malam di rumah Dewa berjalan membosankan seperti biasanya, sejak tadi tidak ada yang membuka suara dan hanya fokus pada makanan yang tersaji di hadapan mereka masing-masing. Tetapi melihat raut wajah kedua orang tuanya, Dewa sepertinya mengetahui apa yang akan terjadi selanjutnya. Mengingat hal spektakuler apa yang ia lakukan di sekolah hari ini.

Dewa melihat gerak-gerik Dilan, ayahnya itu terlihat sangat buru-buru meraih gelas dan meminum airnya. Della mengikuti sementara Dewi masih menikmati makanannya. Sekarang tatapan Dilan tertuju pada Dewa, bahunya tegap, garis wajahnya tertarik memperlihatkan kemarahan yang sulit sekali disembunyikan.

Kali ini masalah apa lagi, keluh Dewa dalam hati. Menunduk menyembunyikan kekesalannya. Sedangkan ayahnya sudah menghela napas panjang, siap berbicara.

"Nggak ada yang mau kamu bicarakan sama Papa atau mama mengenai keributan yang kamu buat hari ini?" tanya Dilan, alisnya naik sebelah menatap anaknya yang tidak berhenti berulah. "Saya bukannya lelah menghadapi sikap-sikap berandal kamu, saya cuma bingung bagaimana mengajarkan kamu tentang sebuah penyesalan. Membuat kamu mengerti tentang apa yang akan hilang dan berganti, tentang waktu yang tidak akan memberi kesempatan meski kamu memohon beribu-ribu kali."

Dewi menggigit bibirnya, menyudahi makan malamnya dengan menyeruput segelas air putih. Nasi yang tertelan terasa tidak enak mendengar ucapan ayahnya itu. Kalau Dilan sudah pakai kata saya dan berada di meja makan, itu artinya dia sedang marah. Makan Dilan merubah meja makan menjadi tempat persidangan. Sebab waktu yang ayahnya punya sangatlah terbatas, jarang sekali marah tetapi sekalinya marah malah kebangetan.

Senyuman tipis terbit, Dewa menaruh sendok serta garpunya dan menatap Dilan baik-baik. "Nggak ada yang perlu dibicarakan, semuanya udah jelas. Tinggal kasih sanksi, Pa," jawab Dewa dengan santai.

Dilan mengulum senyum. "Kita cari akar permasalahannya sama-sama."

"Nggak perlu! Aku bisa cari sendiri tanpa bantuan siapa pun."

"Kalau begitu lakukan apa yang menurut kamu benar, saya akan lakukan apa yang menurut saya benar. Kamu buat masalah, saya dan Della yang akan menyelesaikannya. Kamu tenang saja."

Membahas masalah ini terus-menerus membuat Dewa merasa muak, yang salah tetaplah dirinya. Ujung-ujungnya harus Dewa yang diminta mengalah, berhenti membuat ulah dan menuruti kemauan orang tuanya. Dewa ingin menyudahi apa yang sudah ia mulai, tetapi desakan Dilan membuat semuanya tambah rumit.

Dewa mendesah lelah, bahunya turun dan pandangannya dilempar ke samping.

"Keputusan aku adalah ketetapan buat aku, Pa. Aku mau bertanggung jawab atas apa yang udah aku lakukan. Jangan buat aku semakin tertekan atas kemauan Papa dan mama, yang kalian tau nggak akan mungkin aku turuti!"

Niskala Dewa (Renata 2) 2023Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang