20. Nasihat Varon

68 12 0
                                    

Di perjalanan menuju makam, Renata bertengkar dengan dirinya sendiri karena sudah bertindak bodoh. Seharusnya Renata tidak bersama dengan Varon sekarang, tidak bersama ketakutannya akan cowok tak mengenal hati nurani itu.

Mata Varon yang semula fokus melihat ke depan, kini beralih pada jemari Renata yang tampak bergerak gelisah. Cowok itu segera menyentuhnya, mengejutkan Renata yang perhatiannya terpusat ke arah jendela.

Renata refleks menarik tangannya, memasang wajah kaget ke arah cowok itu.

"Sorry, gue buat lo kaget, ya? Sumpah, gue nggak ada maksud apa-apa, Ren. Gue cuma khawatir lo kenapa-napa, lo sakit? Mau mampir ke klinik dulu?"

Gelengan pelan Renata berikan sebagai jawaban, napasnya sedikit memburu. "Gue baik-baik aja, kok. Kita langsung ke makam aja, Var," ucapnya diakhiri dengan senyum tipis yang dipaksakan.

"Lo udah putus belum sama Dewa? Hubungan kalian masih berjalan baik, kan?"

"Kenapa lo bisa tau gue sama Dewa udah putus?"

Saat Varon kembali fokus menyetir, cowok itu bertanya hal yang seharusnya tidak laki-laki itu ketahui. Pasalnya, berita tentang berakhirnya hubungan Dewa dan Renata baru sampai pada telinga teman-temannya dan Dewa. Lalu bagaimana Varon bisa tahu?

Tatapan Renata berubah heran sekaligus curiga, cowok itu mengakhiri kontak matanya dengan Renata segera seolah menyembunyikan sesuatu.

"Oh, beneran udah putus?" tanya cowok itu agak kaget. "Gue cuma nebak aja, sih. Soalnya pas kita ketemu di toko bunga, lo nggak sama Dewa. Jadi gue pikir kalian udah putus sejak saat itu."

Sudut bibir Renata tertarik pasrah. "Iya, udah," jawabnya singkat.

"Gue enggak perlu khawatir dong, ya, diamuk Dewa. Soalnya kalian udah bubar, Dewa nggak punya hak untuk marah saat lo dekat sama cowok lain."

Varon tertawa dalam candaannya, Renata hanya tersenyum karena hatinya tidak bisa berbohong kalau ia lebih memilih Dewa ketimbang pria di sebelahnya sekarang.

***

"Kenapa, sih, lo telepon-telepon gue mulu? Gue lagi ada misi penting, nih, ganggu banget lo!"

Saat Meta membuka suara kesalnya setelah mengangkat panggilan masuk di ponsel, tatapan Kayla dan Wulan langsung tertuju pada cewek itu. Menajamkan pendengaran agar mengetahui isi percakapan Meta.

"Renata udah ketemu belum? Jangan biarin Renata punya waktu berdua sama Varon!" Aksel bertanya dari seberang.

Meta melirik teman-temannya dimana posisinya saat itu ia berada di kursi depan tepat di sebelah Kayla yang sedang menyetir.

"Iya, gue juga tau kalaupun lo nggak ngasih tau. Tapi lo jangan khawatir, gue yakin Renata bakalan aman. Varon nggak akan langsung nyentuh targetnya kali ini."

"Yakin lo? Lecet sedikit aja si Renata, bakal abis kita semua!"

Meta berdecak, Wulan mendekat ke kursi yang disandarkan Meta. "Berisik lo kayak emak-emak! Udah gue bilang, Renata akan aman. Sekarang gue udah di belakang mobil Varon, gue, Wulan sama Kayla ngikutin mereka. Sejauh ini tujuan mereka memang ke makam, nggak aneh-aneh. Kasih tau itu bos lo!"

"Oke! Gue percaya sama ayang gue yang paling jago dari ayam jago ini."

"Lo gila, bye!"

Segera, Meta menekan tombol berwarna merah untuk mengakhiri panggilan dengan kekasihnya yang lebay itu. Hal itu mengundang gelak tawa dari Kayla dan Wulan.

"Tabah banget Aksel ngeladenin dedemit kayak lo, Ta, kasihan gue. Lo kasih dia makan apa sampai segitu sabarnya pacaran sama lo?" Kayla bertanya untuk meledek sahabatnya yang terkenal tomboi itu.

Niskala Dewa (Renata 2) 2023Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang