34. Panggilan

38 8 0
                                    

Malam ini Wisnu tidak punya acara ataupun janji temu dengan siapa-siapa, ia fokus mengurus tugas-tugas sekolah dan belajar bagaimana menghadapi hidup dengan mandiri. Sejauh ini pun sebenarnya Wisnu sudah sangat mandiri, ia tidak mengharapkan bantuan Helena dalam segala hal lagi termasuk mengurus kebutuhan pribadi. Hal itu bermula sejak Wisnu tahu ibunya bekerja keras demi memenuhi kebutuhan hidup mereka.

Karena Wisnu melihat Helena kelelahan tiap malam, mengeluh sakit tapi besoknya sudah tampak sehat dan semangat untuk bekerja. Maka dari itu ia memutuskan untuk berusaha keras menjadi orang sukses dengan prestasi, ilmu, juga kemampuan dalam bidang yang saat ini digeluti Helena. Wisnu ingin secepatnya menggantikan Helena agar wanita itu segera istirahat dan menikmati masa-masa tuanya di rumah bersama keluarga.

Tekadnya itu mengantarkan Wisnu pada gerbang awal, tempat ia akan masuk dan mulai mempelajari segala hal di sana. Yakni dunia perkuliahan, yang sebentar lagi akan menghampirinya.

“Mama belum istirahat?” Wisnu melihat ibunya yang tampak gelisah.

“Mama lagi cari Renata, dia belum pulang juga?”

“Memangnya Renata pergi ke mana, Ma?”

Perasaan Helena berubah tidak enak. “Mama nggak tau, tadi cuma pamit lewat telepon. Sekarang hapenya nggak bisa dihubungi,” cerita wanita itu yang masih berdiri di pintu  kamar Wisnu.

Bola mata Wisnu bergerak melihat jam digital di atas meja belajarnya. “Mama ke kamar dulu, Wisnu sama Rega akan cari Renata. Jangan khawatir, Mama harus banyak-banyak istirahat.”

“Tapi kamu cari Renata sampai ketemu, ya?”
Wisnu mengangguk, wanita itu memerhatikan anak orang lain lebih dari anak kandungnya sendiri. “Wisnu janji. Tapi Mama harus istirahat di kamar, Renata aman, kok.”

***

Karena ia pulang terlambat hari ini, Wisnu pikir Renata sudah ada di kamarnya semenjak pulang sekolah seperti biasa. Siapa sangka cewek itu ternyata sedang di luar bersama dengan entah siapa, dan berpamitan hanya lewat panggilan tanpa Helena tahu pergi dengan temannya yang mana.

“Ga! Lo tau, nggak, Renata pergi ke mana?”

“Bukannya lagi belajar di kamarnya?”

Rega yang sedang duduk termenung di teras rumah ikut kebingungan sekaligus kaget mendengar teriakan Wisnu dari dalam rumah. Cowok itu terlihat sangat panik sekarang dengan ponsel yang terus digunakan untuk menghubungi adiknya.

“Gimana, sih, tadi kan lo pulang lebih awal. Lo nggak ngecek ke kamarnya emang?”

“Gue nggak ngecek karena tadi gue sama mama lo buru-buru ke rumah sakit.”

Mendengar jawaban Rega, Wisnu lebih kaget lagi. “Ngapain ke rumah sakit? Lo sakit?” tanyanya beruntun.

“Sakit kepala gue kambuh, makanya dipaksa ke rumah sakit sama mama lo,” ungkap Rega. Lalu mereka tidak ingat lagi soal Renata.

“Terus sekarang gimana, apa kata dokter?”

“Nggak usah dibahas sekarang. Adek gue gimana, siapa yang harus kita tanyain?”

“Temen-temennya lah, lo ada nomernya, kan?” Wisnu menjawab setelah berpikir agak lama.

“Gue nggak ada. Daripada temennya, mendingan telepon Dewa, siapa tau dia yang bawa adek gue.”

“Salah sangka mulu lo sama Dewa,” ucap Wisnu.
Rega melirik, “Udah, cepetan lo telepon dia.”

“Gue, nih, bukan lo aja?”

“Males gue ngomong sama dia.”

“Gue juga ogah, lo aja, Ga. Buruan, kita nggak ada waktu lagi.” Wisnu memberikan ponselnya kepada Rega yang sekarang wajahnya semakin kalut. Matahari sudah terbenam sejak tadi, waktu maghrib sudah lama sekali berlalu, namun adiknya tak kunjung sampai ke rumah dan ponselnya tidak dapat dihubungi. Sebenarnya ke mana Renata pergi?

Niskala Dewa (Renata 2) 2023Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang