Dewa sudah bersiap-siap sejak setengah jam yang lalu atas permintaan Della. Entah ke mana kedua orang tuanya itu akan membawa Dewa pergi, namun yang jelas laki-laki itu tidak ingin peduli, asalkan ia masih tetap bersandar pada kota yang mengepung kekasihnya dengan bermacam bahaya. Dewa tak ingin menjauh dari kota ini, ia ingin di sini sembari mengumpulkan kepingan jati dirinya yang terpisah.
Kini Dewa sedang duduk di sofa ruang tamu, mengikat tali sepatunya sambil menatap grup chat Destroyer yang ramai mengatakan kalau Dilan sedang berada di SMA Nebula. Seketika suasana hatinya memburuk, terbayang akan hari-hari yang akan dijalaninya jika ia berada di antara Vios.
”Neraka apalagi ini, Tuhan?”
“Sumpah, males banget gue masuk sana anjir!”
“Maaa, kenapa harus di Nebula, sih, kayak nggak ada sekolah lain aja?!” teriak Dewa sambil membanting ponselnya ke sofa. “Mama mau Dewa kelahi sama anak-anak Vios di sana, Ma?”
Tak lama setelah Dewa selesai mengikat tali sepatunya, Della datang menghampirinya bersama seorang gadis yang matanya tampak bengkak seperti habis menangis. Dewa bangkit, terkejut melihat kedatangan cewek yang ia pikir tidak selamat malam itu.
“Kamu nggak usah protes, nggak ada sekolah yang mau menerima kamu!” Della mengamuk, memelototi anaknya yang masih kesal di tempat.
“SMA Pertiwi kemaren gimana?”
“Kamu nggak diterima di sana. Seharusnya kamu bersyukur masih ada sekolah yang mau menerima siswa, yang latar belakangnya gelap banget seperti kamu ini. Yang mau mengupayakan kamu bisa melanjutkan sekolah dan waktu dua tahun kamu nggak terbuang sia-sia gitu aja, Dewa. Bersyukur, bukan mengeluh!”
Sadar pandangan Dewa tertuju pada siapa, Della melirik ke samping, dimana gadis yang tadi di depan rumahnya masih terpaku di tempat. Mungkin sedikit kaget melihat sikap Dewa jika sedang bersama ibunya, berbanding terbalik kalau sedang berada di luar rumah memang. Sampai akhirnya gadis itu tersenyum mengatakan ‘hai’ pada Dewa.
“Ha-hai juga, Sar.” Dewa balas tersenyum, canggung. “Sama siapa ke sini?”
“Sendiri. Gue senang lo masih dikasih kesempatan untuk melanjutkan sekolah, tanpa perlu ngulang dari kelas sepuluh.”
Dewa mengangguk samar, “Iya. Walau bukan itu yang gue harapkan, sih.”
“Ma, sakit! Kejam banget sama anak sendiri, heran,” protes Dewa ketika Della menjitak kepalanya di depan Sarah, cewek itu sampai tertawa melihatnya.
“Mama tau kamu nggak suka sekolah di sana. Tapi mau bagaimana lagi, risiko harus ditanggung sendiri sama yang punya masalah. Mulai sekarang, nggak usah terlibat geng-gengan. Lebih baik fokus belajar buat masa depan.”
“Iya, aman. Dewa masih milik Destroyer, Ma.”
“Udah, Mama mau telepon papa kamu dulu. Sar, silahkan duduk. Kalau Dewa ngapa-ngapain kamu teriak aja, Tante di atas.”
“Iya, terimakasih, Tante.”
“Buruk sangka aja terus, Ma.”
Sarah menundukkan kepalanya sedikit pada Della, lalu mereka ditinggalkan berdua di ruangan ini. Bersama hening yang menarik sarah untuk kembali pada ingatan paling sakit yang ia punya.
“Gue pikir luka lo parah banget.”
“Jangan berpikir kalau gue lemah,” sombong Dewa. “Dewa yang lo kenal nggak selemah itu, Sar.”
Sarah tertawa. “Iya, gue tau. Lo nggak akan selemah gue sama Varon,” katanya.
“Jangan bilang kayak gitu. Lo aman, kan?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Niskala Dewa (Renata 2) 2023
Teen FictionBaik buruknya seseorang biasa dinilai lewat penampilan, dengan siapa bergaul, bahkan sampai dengan siapa memiliki hubungan. Lantas jika Dewa dan Renata satu dari sekian pasangan yang bertemu lewat benci, satu dari sepasang hal yang bertolak belakang...