Seorang gadis cantik dengan tinggi 175 cm berjalan dengan kaki jenjangnya menuju sebuah bangunan tinggi menjulang. Ini adalah awal dari lembaran kisah barunya.
Memasuki dunia perkuliahan bukankah impian dan cita-cita kebanyakan orang, begitupun dengan gadis ini.
Terus berjalan menyusuri gedung demi gedung dihadapannya ini, mencari letak fakultasnya.
Alkhanafa Ghada Alfath
Nama dari gadis pemilik wajah datar dan sikap yang dingin, tidak pernah tersenyum sejak kejadian beberapa tahun yang lalu. Banyak yang mengatakan ia sombong, angkuh dan temperamen, namun ia hanya mengganggap itu semua angin lalu. Apa hak dia melarang orang untuk berpendapat selagi itu tidak mengganggu hidupnya, ia tidak akan peduli.Hari ini masa orientasi siswa atau di kampus ini dikenal dengan pakarmaru, yang mana acara ini dilangsungkan selama tiga hari berturut-turut dari pagi hingga sore.
Gadis dengan balutan jilbab lebar berwarna hitam itu berhenti disebuah lapangan yang sudah ramai oleh mahasiswa baru.
Semua mahasiswa baru diwajibkan memakai baju putih, bawahan hitam dan almamater, bagi wanita memakai jilbab hitam.
Raut wajah tak bersahabat membuat gadis itu tidak memiliki teman, atau lebih tepatnya tidak ada yang ingin mendekatinya untuk sekedar menyapa baik itu lelaki ataupun perempuan.
Tidak masalah baginya, ada atau tidak teman, ia akan tetap melanjutkan hidup, benar kan?
Wajah yang hanya dihiasi bedak bayi dan lipbalm itu terlihat pucat, dengan keringat membasahi keningnya, sudah 2 jam kegiatan ini dilakukan di lapangan dengan terik matahari yang tidak bisa dikatakan normal. Kapan ini akan berakhir? Begitulah hal yang terpikirkan dibenak para maba.
"Lu pucat banget, sakit?" tanya seorang laki-laki berpenampilan sedikit kusut, dengan rambut tak terurus, dan baju yang dikeluarkan. Dari tadi ia terus memperhatikan perempuan disampingnya, entah magnet apa yang menarik matanya dan mengalihkan fokusnya hanya kepada perempuan itu. "Lu mirip banget amma kalo dari belakang," batinnya.
"Saya gapapa," hanya dua kata itu yang menjadi jawaban dari pertanyaan si lelaki.
"Buset ni cewe, irit amat ngomong," batinnya sambil terkekeh.Tiba lah saatnya istirahat untuk shalat, semua maba diarahkan ke masjid terdekat, bagi yang haid disiapkan ruangan khusus untuk menunggu.
Alfa adalah panggilan dari gadis anggun itu, wajahnya yang natural tanpa make up, membuatnya terlihat sangat cantik, namun tidak ramah, bintang satu.
Gadis itu kebetulan sedang haid sehingga ia hanya duduk saja sambil menunggu yang lainnya selesai shalat.
Tidak sengaja ia melihat seseorang yang beberapa tahun yang lalu pernah...
Ah sudahla setiap akan mengingat masa lalu, kepalanya pasti akan sakit.
Setelah shalat, semua maba diberikan waktu lima belas menit untuk makan siang bersama dengan duduk lesehan, sungguh momen paling bersejarah untuk mereka, kapan lagi kan bisa berkumpul dan makan bersama teman satu jurusan dan beberapa ada yang dari leting atas. Sambil cuci mata liatin kating sih tepatnya.
Setelah makan siang selesai, semua maba kembali diarahkan ke dalam aula untuk melanjutkan kegiatan yang sebelumnya tertunda. Mereka hanya mendengarkan dan kemudian menulis resume untuk dikumpulkan ketika akan pulang nanti. Tujuannya agar para maba menyimak apa yang disampaikan oleh pemateri.
Alfa yang tadinya memang terlihat tidak baik-baik saja mulai mengeluarkan keringat dingin lagi, disamping tempat duduknya ada seorang lelaki yang tadi pagi bertanya tentang keadaannya, apakah ini sebuah kebetulan yang terencana?