Hari libur tidak akan Alfa sia-sia kan, ia mengajak kakak sepupunya-Elisa. Tujuan mereka yaitu ke puncak.
Di puncak yang tenang, udara segar membelai wajah dua sosok, seorang kakak dan adik yang duduk berdampingan, menghadap ke arah yang sama-ke lembah yang terbentang luas dan langit yang terbuka.
Angin sepoi-sepoi membawa hembusan kesejukan yang menggantikan kepenatan mereka dengan ketenangan.
Rerumputan hijau di bawah mereka menjadi alas yang empuk, seolah mengundang mereka untuk lebih lama melupakan hiruk-pikuk dunia di bawah sana.
Sekitar mereka, hutan pinus berdiri tegak, melindungi dan memberi privasi dari kebisingan dunia luar. Sesekali, suara burung berkicau menambah harmoni alam, serasa musik alam yang mendayu, menenangkan hati dan pikiran.
Kakak dan adik itu kadang berbicara, namun lebih sering terdiam, masing-masing tenggelam dalam pemikiran sendiri, menyerap keindahan dan kedamaian yang hanya bisa ditemukan di tempat setinggi itu.
Mereka membawa bekal kesederhanaan-secangkir teh hangat dan beberapa potong roti-yang sesekali mereka nikmati sambil terus mengagumi pemandangan.
Matahari perlahan mulai tenggelam, menorehkan warna jingga dan merah ke langit biru, menciptakan lukisan alam yang spektakuler. Waktu seakan berhenti bagi mereka, segala masalah dan kekhawatiran yang biasa mengganggu pikiran seolah terkunci jauh di bawah sana, di tempat mereka datang.
Hari semakin larut, dan mereka tahu ini adalah momen yang akan selalu dikenang, saat dua hati yang lelah menemukan kedamaian di puncak dunia, bersama-sama, sebagai saudara.
"Cepet banget ya waktu berlalu," keduanya saat ini sedang berada di masjid dekat puncak untuk melaksanakan ibadah maghrib.
Setelah shalat keduanya berlajan beriringan menuju penginapan. Mereka memutuskan untuk menghabiskan akhir pekan di puncak, mencoba melupakan masalah masing-masing.
"Dek, kalo kakak nikah kamu bakal tinggal sama kakak juga atau mau pulang?"
Lambat laun pertanyaan itu pasti muncul, bisakah jangan sekarang?
Alfa tidak sanggup menjawabnya. Hanya gelengan yang ia berikan, Elisa paham lalu memeluk Alfa dari samping, menyalurkan kekuatan yang ia punya."Kemarin om Farhan nanyain kamu, udah tau juga kalo kamu sama kakak, mungkin ga kalo om Farhan kesini dek?"
Mengapa terlalu tiba-tiba?
Alfa menghela nafas sebentar lalu menariknya kembali, mengeluarkan dengan kasar "Aku belum siap ketemu Abi, nanti kalo abi nanyain bilang aku baik dan titip sama ke umi ya kak," Alfa bangkit dari duduknya mencoba mecari udara segar dan menenangkan hatinya.
***
Arina berkunjung ke rumah Karina, membawa bayi dan keponaannya. Mereka berencana pergi piknik ke puncak, cuaca yang cocok untuk berpergian. Shila duduk di depan tv bersama Mei, Alfi, Rafa dan si bayi-Syifa. Syifa sangat nyaman berada di pangkuan Alfi, saking nyamannya ia sampai tertidur."Bang Alfi kuliah ya?" pertanyaan itu meluncur mulus dari Shila. Sepertinya ia penasaran dengan sosok tampan dihadapannya kini. Shila memang gadis polos dan lucu tapi ia pecinta cowo ganteng. Tidak berlebihan, hanya ngefans katanya.
"Iya kuliah baru semester satu sih," jawabnya.
Shila ingin terus berbicara banyak hal tapi ia bingung mau bahas apa. Jadinya ia fokus kembali menonton tv.
Ditempat lain
"Saya sudah lakukan apa yang anda minta, tolong jangan ganggu keluarga saya lagi," ucapnya dan diangguki pria dihadapannya.***
Menu makanan untuk piknik kali ini sayur bening, sambal terasi, ikan bakar dan tempe goreng, walaupun sederhana tapi cita rasanya ga murahan, dijamin bikin nagih.
![](https://img.wattpad.com/cover/330787103-288-k558136.jpg)