Dua belas: Hidayah

5 1 0
                                    

Happy reading!

Batu yang terus ditetesi air akan berlubang, adapun manusia yang terus diberi nasihat kebaikan pun bisa berubah dari pengaruh yang tidak baik menjadi lebih baik lagi bahkan melebihi ekspektasinya sendiri. Ternyata Allah memang sebaik itu. Hanya saja hambanya tidak pandai bersyukur.

_Ukhty kutub_

Suasana malam ini sangat menyenangkan, dengan angin malam yang tidak terlalu dingin, ditambah cuaca yang mendukung, hamparan bintang nan indah di angkasa semakin menambah keindahan malam ini.

Alfi dan Rafa sedang menyiapkan kayu bakar, mereka akan memanggang bebek, sesuai permintaan Mei, si bungsu yang paling banyak mau.

Alil juga ada disini, sepertinya ia memiliki keluarga baru sekarang, lihat saja, ibunya Alfi baru-baru ini membelikan sepatu untuk kedua putranya tak lupa untuk dirinya juga, ia benar-benar beruntung karena dapat bergabung dengan keluarga yang sangat baik dan ramah ini.

Shila dan Mei sedang mengolesi bumbu ke bebek yang sebelumnya sudah di ungkep. Keduanya terlihat sangat kompak dan sesekali tertawa ketika bumbu yang dipegang Mei mengenai wajah Shila.

Sementara itu, Alil dan Alfi bagian menghidupkan api, sepertinya bara yang akan digunakan kurang.

"Ammaa... kayaknya ga cukup deh ini bara nya, kalo kami cari tempurung kelapa buat tambahannya gimana Ma?," tanya Alfi kepada ibunya.

"Iya boleh, sekalian beli kecap sama jeruk nipis ya, hati-hati dijalan, jangan ngebut," ujar Karina lalu memberi beberapa lembar uang berwarna kuning.

"Siap Ammaa...," ucap keduanya bersamaan.

Alfi dan Alil segera menaiki motor mereka masing-masing.

"Sama gua aja bang," ucap Alfi agar mereka cukup menggunakan satu motor saja.

Alil nurut saja, iya juga sebenarnya sedang malas bawa motor.

Sesampainya mereka di warung, Alfi segera turun dan mencari apa yang ingin ia beli sedangkan Alil mengumpulkan tempurung kelapa yang berada dibagian belakang warung.

Setelah dirasa cukup, Alil kemudian menunjukkannya kepada pemilik warung, "Kalo segini berapa Kak?," tanyanya.

"Bawa aja dek, tempurung kelapa ga dijual disini," jawab pemilik warung.

"Makasih banyak kak," ucap Alil sambil tersenyum lalu segera menyusul Alfi dimotornya yang sejak tadi sudah duduk enteng.

"Bukannya bantuin gua, lu malah asik duduk disini Pi," ujar Alil menatap Alfi jengah.

"Ahaha maaf bang, gua mager aja mau ke belakang warung, lagian lu kan cowo pasti kuat ngangkat itu sendiri," ucap Alfi lalu tertawa garing.

Keduanya kemudian memutuskan untuk berhenti sebentar disebuah warung sate padang, Alil yang memintanya.

"Dua ya Pak," itu suara seorang gadis yang sampai saat ini masih memenuhi pikiran Alil, entah bagaimana bisa ia jatuh cinta pada pandangan pertama dengan gadis itu.

"Bungkus atau makan disini neng?"

"Makan disini Pak, deket pohon itu ya," ucap gadis itu sambil menunjuk dimana ia akan duduk. Pedagang itu menggangguk sambil mengacungkan jari jempolnya.

UKHTY KUTUBTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang