Malam harinya Alfa tidak bisa tidur, karena sepulang sekolah tadi ia kembali di siksa oleh sang ibu, tidak diberi makan, dan parahnya ia harus tidur di gudang yang kotor, penuh dengan sarang laba-laba tentu saja gelap. Beruntungnya Alfa tidak takut gelap dan tahan dalam situasi apapun.
Alfa sudah memaafkan semua perlakuan ibunya, tidak seharusnya Alfa membenci ibu yang telah melahirkan dan merawatnya, ini hanya masalah kecil. "aku bisa, aku pasti akan bisa buktiin ke umi kalo bukan aku yang salah," batinnya kemudian mencoba menjelajah alam mimpi.
***
"kenapa baru sekarang kamu muncul?"
"sengaja saya lakukan itu, supaya istri kamu gila, menyiksa anaknya sendiri yang tidak bersalah"
"permainan macam apa ini! cihh"
Dua orang pria dewasa terus beradu mulut, yang satu mencoba mungulik kembali kisah beberapa tahun yang lalu, sementara satunya lagi membiarkan semuanya terungkap karena tujuannya sudah tercapai.
"saya tidak akan memberikan ini secara cuma-cuma, lakukan suatu hal untuk saya," ucap pria berkumis tebal dengan perut buncit.
"saya tidak mungkin melakukan itu, kenapa harus saya, kenapa harus keluarga saya?" jawab pria dengan uban yang sudah memenuhi kepalanya.
"karena perempuan yang sekarang menjadi istri saya? kamu melakukan ini karena cintamu ditolak oleh istri saya?" tanyanya lagi.
"cukup, jangan bertele-tele, aku berjanji tidak akan mengganggu keluargamu lagi, jika permintaanku ini kamu penuhi,".
***
"Makan malam dulu nak, abang tuh udah kurus, nanti tambah kurus lagi, jelek tau," ucap seorang gadis kecil dengan kuncir kuda dikepalanya. Ia diminta oleh amma kekamar abangnya, dengan mulut yang terus mengunyah camilan membuat Alfi yang sedang fokus dengan berkas-berkas kuliahnyapun gemas.
"makan tuh sambil duduk, nanti mau camilannya jatuh ke kaki?" ucap Alfi sambil menoel pipi tembem sang adik.
"jangan cubit pipi mei, huaa ammaaa...abang jahat..." ucapnya sambil merengek mengadu kepada sang ibu.
Alfi bergegas menyusul sang adik ke ruang makan guna menghindari amukan dari sang ibu. "kenapa lagi sih bang? ga habis-habis ngusilin adiknya," ucap sang ibu setelah melihat putrinya yang menangis.
"Lagian mei tuh gemesin loh amma, abang kan ga tahan mau unyel-unyel pipi bakpaonya," jawab Alfi lalu tertawa kembali.
Tangis si bungsu kembali terdengar, tapi tidak bertahan lama setelah sang ibu mencubit pinggang sang abang.
Dari arah pintu terdengar ketukan, sepertinya malam ini kedatangan tamu.
"Assalamu'alaikum," ucap seorang wanita sambil menggendong bayi berusia satu tahun.
"Wa'alaikumussalam mari masuk, duduk dulu," ucap Karina ibunya Alfi.
Setelah menutup pintu kembali, Karina menyiapkan minuman dan makanan untuk tamu spesialnya, adik kandungnya Arina, sudah enam bulan lamanya kakak beradik ini tidak bertemu karena kesibukan mereka masing-masing. Arina datang bersama sang suami dan Shila, keponaannya dari pihak suami, yang saat ini dan seterusnya akan tinggal bersamanya dikarenakan orang tuanya sudah tiada.
Shila merupakan seorang gadis remaja yang duduk di bangku SMA, ia anak yang manis dan cerewet. Namun Shila sangat penakut untuk semua hal baru, termasuk bertemu orang yang tidak dikenalnya.
Alfi yang sudah tidak terlihat keberadaannya mengundang tanda tanya di ruang keluarga itu. "Coba mei panggil abang lagi, bilangin ada onty Arina, sama om Arlan", perintah sang ibu segera dilaksanakan dibungsu.