Happy reading!
_ _ _
Terus memperhatikan Alfa yang sedari tadi membela seorang gadis membuat Alil diam-diam tersenyum dan merasa bangga untuk apa yang dilakukan gadis itu. Bagaimana mungkin rasa ini dihilangkan jika akhlak gadis itu membawanya untuk mencintai lebih dalam.
Alil sadar ini adalah ujian iman dan juga ujian hidup, segera ia beristighfar guna menghilangkan halusinasi yang terlintas dipikirannya.
"Lu kenapa bang? sesekali senyum trus geleng-geleng, lagi ada masalah?," tanya Alfi.
"Kagak, lagi laper aja," tidak mungkin ia mengatakan keadaan sebenarnya.
"Tapi pesanan lu udah habis dua piring, ayok pulang, kasian orang rumah nungguin," ucap Alfi.
Mereka pun memutuskan untuk pulang.
Sesampainya dirumah, suasana yang tadinya riuh mendadak sepi, kemana semua orang pergi?
Alfi segera menghubungi ibunya namun hanya suara operator yang menjawab. Alil juga menghubungi adiknya tapi tidak ada jawaban apapun.
Keduanya saling tatap, dan kembali ke halaman depan. Tidak ada mobil di garasi, apa mungkin mereka semua pergi tiba-tiba? Kemana dan mengapa tidak ada yang mengabari Alfi ataupun Alil?
"Kita ditinggal nih?," ujar Alfi dengan tatapan kosong.
"Tenang dulu, mungkin aja ada hal mendesak, mending kita selesain bakar bebeknya," Alil mencoba berpikir positif lalu merangkul Alfi, mengajak lelaki itu kembali ke dalam rumah.
###
Setelah berpamitan dengan Dilla, Alfa kembali kerumah tepat pukul sepuluh, ayahnya sudah berdiri di depan pintu sambil berkacak pinggang.
"Telat dua menit dek," ujar Farhan.
"Abi curang, kan masuk gerbangnya jam sepuluh pas, trus jalan ke pintu dua menit, Alfa ada sesuatu nih buat Abi, kalo mau sih," Alfa menaik turunkan alisnya sambil memperlihatkan satu bungkus martabak coklat kacang kesukaan ayahnya.
"Abi becanda doang dek, dah ayo masuk."
Didalam ada Kerin yang sedang berkutat dengan alat dapur, terhitung sudah dua tahun lamanya ia tidak pernah memasak, semenjak anak pertamanya meninggal, ia jadi trauma ke dapur, karena banyak kenangan bersama si sulung disini.
Namun malam ini, ia berjanji akan berubah, ia mulai berdamai dengan kejadian dua tahun yang lalu.
Alfa hendak ke dapur, tapi melihat sang ibu yang juga didapur, ia mengurungkan niatnya, tidak ingin mengacaukan suasana hati sang ibu, ia pun memutuskan untuk ke kamar.
Sudah seminggu lamanya ia tidak masuk kuliah, entah bagaimana kehidupannya kedepan.
"Apa gue berhenti kuliah aja?" terkadang pemikiran seperti itu sering terlintas di benaknya. Namun lagi-lagi ia di ingatkan oleh tujuan awal ia kuliah bukan untuk bersenang-senang ataupun sekedar mendapat gelar, ia ingin membuat keluarganya bangga memiliki anak yang sukses, banyak sudah rencana yang sudah ia susun tetapi harus ia tunda karena beberapa hal.
Ia meraih ponsel yang ada di nakas, lalu membuka aplikasi instagram yang sudah sejak lama tidak ia gunakan, ia teringat jika akun instagramnya dan Alda satu paket, lebih sering Alda yang memposting aktivitasnya ataupun kata-kata mutiara kutipan dari tokoh-tokoh terkenal.
"Gue rindu sama lu kak, banyak hal yang membuat gue pengen nyusul lu," batinnya kemudian mematikan ponsel dan berjalan ke arah jendela.
"Bunuh diri itu jalan pintas menemui ajal, tapi ada dua kemungkinan, selamat atau sekarat, dan hal terburuknya lu masuk ke golongan orang yang su'ul khatimah," kata-kata yang sering ia dengar ketika sedang difase ingin menyerah dengan hidup.
![](https://img.wattpad.com/cover/330787103-288-k558136.jpg)