Sesuai ucapan gadis itu, ia membatalkan niat untuk pulang, alhasil ia berada diruangan gadis itu, tidak hanya berdua namun satu rombongan. Bagaimana jadinya jika ruangan yang seharusnya hanya berisi 2, 3 atau 4 orang malah di isi dengan 10 orang dengan kerandoman yang tidak terpikirkan.
Siapa suruh gadis itu tidak membiarkannya pulang, terpaksa ia harus mengajar disini. Ada sepuluh orang murid yang harus ia ajari mengaji, sudah menjadi kebiasaannya, tadi ia mengabari orang tua dari muridnya agar mereka diantar ke rumah sakit, awalnya orang tua mereka tidak setuju, takut anaknya kenapa-napa, namun mendengar penjelasan gadis yang saat ini bersama guru ngaji anaknya, barulah mereka mengizinkan, entah apa yang gadis itu katakan.
Gadis itu merasa ia memang membutuhkan teman disini, biarkan untuk sekali ini ia egois, ia juga merasa lelaki ini ada kaitannya dengan masa lalunya namun ia tidak bisa mengingatnya.
Lelaki itu telah selesai mengajari anak-anak mengaji sejak satu jam yang lalu dan kini tersisa mereka berdua, keadaan semacam ini tidak dibenarkan, tapi mau bagaimana lagi, gadis itu tidak membiarkan ia meminta keluarganya berkunjung.
"Keluarga kamu pasti khawatir, mau aku susulin ke rumah kamu atau aku telpon orang tua kamu biar mereka ke sini?" pertanyaan itu kerap kali keluar dari laki-laki yang saat ini sedang melantunkan kalam Allah dengan sangat indah. Namun gadis itu selalu menolak "ga punya rumah," ucapnya seolah tidak punya beban apapun.
اِنَّ هٰذَا لَهُوَ حَقُّ الْيَـقِيْنِ
inna haazaa lahuwa haqqul-yaqiin
Sungguh, inilah keyakinan yang benarفَسَبِّحْ بِا سْمِ رَبِّكَ الْعَظِيْمِ
fa sabbih bismi robbikal-'azhiim
Maka bertasbihlah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Maha BesarBersamaan dengan ayat terakhir yang dibacanya, gadis itu tertidur dengan pulas.
"Ya Allah... Berilah kesembuhan kepada gadis ini, kuatkan pundaknya ya Allah...," ia sangat ingin meminta gadis ini kepada sang pencipta tapi lagi-lagi ia disadarkan oleh kenyataan. "Aku bukan lelaki kaya, pekerjaan juga kadang ada kadang ngga, mana mungkin bisa diterima dikeluarga dia, tapi setidaknya aku senang bisa menjaganya."***
Keadaan rumah saat ini sudah lebih baik, angin segar berhembus dengan sopan meneliti tiap inci kulit wajah, hempasan ombak membuat gadis itu tersenyum sejenak. Inikah bahagianya?Setelah keluar dari rumah sakit, lebih tepatnya ia melakukan adegan di film, dirasa cukup aman, ia pun melarikan diri. Bahkan tidak berpamitan kepada lelaki yang susah ia repotkan, ia hanya meninggalkan ucapan terimakasih.
Disinilah ia sekarang, disebuah rumah yang ada ditepian pantai, rumah yang memiliki kehangatan didalamnya, rumah penuh dengan cinta dan tawa.
"Udah dek jangan kelamaan diluar, masuk angin loh," ucap seorang wanita berkepala dua, ia adalah kakak sepupu gadis ini, tempat dimana ia bisa menceritakan segala hal. Biarlah untuk sementara ia berlindung di tempat ini, fisiknya lelah, terlebih hatinya.
"Aku suka pemandangannya kak, nyaman ya," pandangannya tertuju pada pulau diujung lautan sana.
"Pulau itu memang terpisah ya kak?" tanyanya penasaran.
"Iya dek, kakak lupa pulau apa, seringnya disebut pulau adam hawa," ucapnya kemudian tertawa karena ucapannya sendiri.
"Terkadang kita memang harus berpisah dari beberapa hal yang membuat kita terhenti untuk bertumbuh, mencari jalan dimana kita bisa diterima dengan baik, walaupun awalnya menyakitkan tapi hasilnya tidak pernah mengecewakan," ucapan kakaknya melampaui batas alusi, ia paham apa yang disampaikan oleh kakaknya itu.
Jadi ia akan membuktikan, ia pergi bukan untuk menghindar tapi ia pergi untuk melanjutkan hal yang membuat ia bisa bangkit dan kembali seperti sedia kala.
***
"Maaf kami tidak bisa menemukan orang yang anda maksud, melalui cctv juga tidak bisa dipastikan ia ada dimana sekarang," ucapan suster itu semakin membuat ia kacau tak karuan, gadis yang kemarin belum sempat ia tanyakan nama, alamat, umur, dan nomor hp mendadak menghilang dari pandangannya.
Setelah semalam ia tidur di mushala, lalu subuhnya ia bergegas kembali ke ruangan itu, tapi tidak ditemukan apapun, gadis itu pergi, mungkinkah dapat bertemu kembali?
Gadis itu serius dengan ucapannya, setelah sembuh ia akan pergi, bahkan kepergiannya meninggalkan kesan luka bagi seorang laki-laki yang saat ini tatapannya kosong, seperti ada yang hilang dari jiwanya, sosok yang ingin ia jaga nyatanya tak perlu penjaga juga tak perlu tau dimana adanya.
***
Hari ini Alfa bangun dengan lengkuhan yang lebih segar dari biasanya. Suasana disini sangat tenang dan damai. Setelah shalat subuh tadi Alfa tidak tidur tetapi ia mengambil mushaf dan murajaah hafalannya, menghafal itu mudah namun mengikat hafalan itu yang susah.Ingatannya tiba-tiba tertuju kepada sang ibu, sedang apa sekarang?
Apakah ibunya merasa kehilangan dirinya?
Ia sangat penasaran namun belum saatnya ia kembali menemui sang ibu, biarkan waktu yang menjawab.Kak Elisa adalah anak pertama dari adik ayahnya, saat ini sedang bertugas di salah satu sekolah menengah pertama, Elisa adalah guru muda, mengajar mata pelajaran matematika.
Di umurnya yang 25 tahun menjadikannya gadis tangguh yang sudah memiliki penghasilan sendiri.
Alfa bangga memiliki kakak sepupu seperti Elisa, tidak pernah meminta apapun dari orang tua, malah ia yang memberikan sebagian rezekinya kepada orang tua.
Sayangnya Elisa belum minat menikah, sudah terhitung lima orang yang datang meminangnya namun tak seorang pun dapat mengetuk pintu hatinya.
Alfa keluar dari kamar menuju dapur, Elisa sudah berangkat sejak setengah jam yang lalu, jadi Alfa sendirian disini.
Mengambil piring dan membuka tudung saji, Elisa sudah masak nasi goreng untuk adik sepupunya ini, bukankah sudah cocok menjadi seorang istri?
Setelah makan Alfa mengunci pintu kosan lalu ia memesan ojek muslimah untuk mengantarkannya ke kampus.
Sudah cukup ia membolos selama seminggu ini, masa depannya harus terarah, tidak boleh ia sia-sia kan usaha ayahnya yang menjadi donatur sarjananya.
Mengingat tentang ayah, apakah ayahnya sudah pulang? apakah ayahnya mengkhawatirkannya?
Ditengah pikiran-pikiran yang mengganggu tiba-tiba dari arah belakang ada yang menabraknya, tubuh jakung dengan tatapan sengit, seperti mengajak berkelahi.
"Lu bisa gak jangan berdiri di tengah jalan," ucap lelaki itu penuh emosi.
Alfa mencoba tenang, tidak memperdulikan lelaki yang menurutnya terlewat gila, memilih langsung pergi dari hadapannya. Tapi sepertinya ketenangan Alfa mulai terusik karena berurusan dengan lelaki itu.
"Budeg lu ya?"
•
•
•
•
•To be continue...
*Jadikan Al-Qur'an sebagai bacaan utama*