Haerin menghela nafas berat, berjalan menyusuri gang sempit untuk menuju tempat tinggalnya yang terdiri dari flat kumuh bertingkat.
Matahari masih malu-malu untuk menampakkan diri, sekali lagi Helaan nafas panjang terdengar dari sela bibir gadis muda itu saat menatap tangga dengan penerangan seadanya kini terpampang jelas di hadapan.
Rasa lelah karena bekerja shift malam membuat tubuhnya terasa pegal dan lemas, kini ia harus di hadapkan beberapa anak tangga untuk mencapai flat nya di lantai tiga. Seharusnya Haerin beberapa bulan yang lalu menyewa flat di lantai dasar saja.
Butuh belasan menit untuk akhirnya sampai di lantai yang ia tuju, harus melewati beberapa jemuran tetangga nya untuk sampai di depan pintu paling ujung dimana flat nya berada.
Mengambil kunci didalam tas usang nya, tatapannya tak lepas pada gantungan pintu bodoh yang tergantung dari pintu kediaman tetangga disebelahnya saat ia tengah membuka kunci pintu flat.
Apakah itu sebuah jimat? Mengapa mereka menggantung boneka kelinci yang sudah mulai menghitam di gagang pintu? Itu adalah pertanyaan pertama sejak ia pindah ke flat ini 3 bulan yang lalu.
Haerin juga tak berniat untuk bertanya pada tentangannya itu, mungkin ia akan di cap aneh karena menanyakan sesuatu yang tidak penting.
Di tambah lagi ia tak pernah bertemu dengan tetangganya tersebut karena jam kerja yang mengharuskannya tertidur di siang hari agar bisa menjalankan pekerjaannya dengan maksimal di malam hari, dan tak ada waktu baginya untuk hanya sekedar bersosialisasi dengan orang lain.
Jika kalian bertanya apa pekerjaan Haerin, ia bekerja di sebuah minimarket kecil tak jauh dari flatnya tinggal.
Pekerjaan yang pertama dan terakhir yang ia dapatkan, karena ternyata cukup sulit untuk mencari pekerjaan di kota besar ini.
Merelakan hidupnya menjadi manusia nokturnal agar bisa mencukupi segala kebutuhan hidup.
"Aku lupa berbelanja" bisik nya saat melihat isi lemari pendingin telah kosong, hanya ada 2 kaleng soda dan setengah kantung kripik kentang yang tak sempat ia habiskan saat menonton film kemarin.
Tapi tidak apa-apa, dia akan membeli beberapa makanan saat bangun sore nanti.
Duduk di kursi reot meja makan sebelum membuka kaleng soda untuk ia nikmati, menepuk-nepuk pundaknya yang terasa pegal karena tadi ia harus membantu mengangkut kardus-kardus berisi minuman untuk stok di minimarket.
Mungkin dengan tidur bisa membuat tubuhnya kembali bugar, Haerin lantas melempar kaleng soda ke tempat sampah sebelum membuka jaket parasut nya dan merebahkan tubuhnya di atas ranjang.
Setidaknya ranjang tersebut masih nyaman untuk ia tiduri terbukti saat matanya mulai memberat, siap untuk berselancar di alam bawah sadar.
Tok! Tok! Tok! Tok!
Ketukan keras berturut-turut terdengar nyaring memenuhi ruangan sempit tersebut, matanya kembali terbuka lebar hingga tubuhnya dengan refleks berjalan menuju pintu.
Sedikit kesal karena jam istirahatnya terganggu ntah oleh siapa.
"B-bisakah kau membantuku... Tolong~"
Haerin terdiam di tempat saat kini gadis dengan tinggi yang hampir sama dengannya tengah berdiri dihadapan, wajah gadis tersebut sembab dengan luka lebam di mana-mana, terutama bagian wajah.
Tampak menyedihkan saat air mata mengalir dengan deras darinya dan tangan yang meronta-ronta tampak mencari sesuatu untuk ia gapai.
"Apa yang terjadi?" Itu pertanyaan tenang Haerin, memegang tangan gadis itu dengan lembut berharap itu bisa menenangkannya.
Tampak mata gadis asing itu menatap tak awas kemanapun saat ia melontarkan pertanyaan, hingga saat gadis itu berhasil menggapai pundaknya ia baru mengetahui bahwa gadis ini.... Buta?
"T-tolong ibuku tidak ingin b-bangun dari tidurnya" ucap gadis tersebut bergetar menahan tangis.
........
Siapa yang suka kapal meow meow cung☝️?
Authornya☝️