"Tentu saja kau boleh tinggal di apartemen ku, ku yakin Heeseung juga tak akan keberatan" ujar Sunoo dengan wajah berseri-seri.
"Terimakasih banyak, aku berjanji hanya tinggal beberapa hari saja"
"Tidak usah sungkan seperti itu, kau boleh tinggal selama kapanpun kau mau"
Haerin merasa bebannya sedikit menghilang saat kini dirinya sudah memutuskan untuk pindah ke tempat lain.
Butuh beberapa hari untuknya memikirkan hal tersebut, namun ketika teror yang ia alami semakin parah dan membuatnya paranoid. Dengan mantap ia putuskan untuk pindah.
Meskipun bukan hal yang mudah untuknya mencari tempat tinggal baru dengan harga sewa yang cukup murah, tapi itu tak membuat Haerin mengurungkan niatnya.
Setidaknya untuk saat ini ia masih bisa mengungsi beberapa hari di apartemen Sunoo, sebelum mendapatkan tempat tinggal yang ia inginkan.
Haerin segera bergegas kembali ke flatnya untuk mengemasi pakaian. Sebisa mungkin sore ini ia harus pindah dari sana sebelum orang-orang tak dikenal itu mengikuti kembali.
Namun sepertinya keberuntungan lagi-lagi tak berpihak kepadanya. Terdengar suara langkah kaki terus mengikuti saat kini ia mulai memasuki gang menuju flat.
Merasa dalam situasi bahaya, Haerin lantas berbalik menatap seorang pria dengan perawakan tinggi ramping tengah berdiri tepat dihadapannya.
Ia tak bisa mengenali wajah pria tersebut karena tertutup masker dan tudung hoodie yang dikenakan. Dengan cepat mengayunkan pisau tajam kearah Haerin, beruntung gadis tersebut bisa mengelak.
Belum sempat berlari menjauh sebuah tendangan kuat di kakinya membuat Haerin jatuh tersungkur. Tubuh kecilnya terjepit di tanah dan pria yang kini hendak menyerangnya secara membabi buta.
Ia meringis saat pisau tajam tersebut sedikit menggores leher, bahkan telapak tangan kanannya mulai mengeluarkan tetesan darah segar karena terus berusaha melawan.
Seluruh kekuatan ia kerahkan hingga pisau tersebut berhasil berbalik pada pria diatasnya, hingga menancap di bahu lebarnya membuat pria gila tersebut menggeram kesakitan.
Mendapat kesempatan, Haerin lantas mendorong tubuh pria tersebut dari atas tubuhnya. Berlari tertatih-tatih kearah flat tak memperdulikan rasa sakit dari luka baru yang ia dapat.
Butuh perjuangan untuknya sampai disana, hingga saat ia memasuki flat dengan terburu-buru Haerin mengambil 2 tas berukuran sedang dan mulai memasukkan pakaian kedalamnya.
"Ada apa?" Tanya Hanni sangat terkejut ketika mendengar pintu terbanting tiba-tiba.
Ia berpikir bahwa orang-orang itu berhasil mendobrak pintu, namun saat mendengar suara napas tersengal-sengal yang sangat ia kenali. Hanni tahu bahwa itu adalah Haerin.
"Kita harus segera pergi dari sini!"
Haerin terus mengambil pakaian yang dibutuhkan, tak lupa uang tabungan yang selalu ia sisihkan selama bekerja.
Setelah dirasa cukup, ia membawa kedua tas tersebut tak lupa menuntun Hanni bersamanya.
"Apa yang terjadi? Apa kau baik-baik saja? Kemana kita akan pergi?" Pertanyaan bertubi-tubi dari Hanni terus terlontar, sesekali kakinya tersandung saat tengah menuruni tangga.
"Diam!! Aku akan menjelaskannya nanti!!" Bentak Haerin dengan kesal. Seketika Hanni menutup mulutnya rapat dan hanya mengikuti kemanapun gadis tersebut menyeretnya.
_________________________________
"Aku akan membereskan kamar untuk kalian beristirahat, tidak akan lama aku janji" Sunoo merapihkan kembali kotak P3K, pergi meninggalkan keduanya.