"Apa!? Kau tinggal dengan mereka sekarang!?"
Ringisan kecil keluar dari mulutnya. Untuk pertama kali ia mendengar suara tinggi Hyeju tepat di telinganya.
"Ya, dan aku sudah memutuskan dengan matang" Haerin duduk dengan nyaman diatas kardus yang tidak tahu berisi apa.
Tatapannya terus tertuju pada orang dihadapan yang tampak frustasi. Hari ini ia memutuskan untuk berhenti dari pekerjaannya, namun siapa sangka hal tersebut malah membuat Hyeju kesal.
Kegelisahan terlihat jelas dari tingkahnya yang sedari tadi berjalan ke sana kemari. Entah apa yang ia pikirkan, namun Haerin kini harus sesegera mungkin pergi mencari tempat tinggal baru.
Langkahnya terhenti saat teman kerjanya tersebut menarik kembali tubuhnya untuk tetap berada di gudang.
"Ingat saat aku dulu pernah berbicara tentang pengedar narkoba dan menyuruhmu untuk terus berhati-hati?" Tanya Hyeju menatap matanya dengan serius.
Haerin memiringkan kepala, berusaha mengingat perkataan tersebut.
"Aku mengatakan hal tersebut bukan tanpa alasan, Haerin" Terlihat bahu gadis yang lebih tua terkulai lemah.
"Saat pertama kali aku mendengar mu tinggal diflat itu hal itu membuatku terkejut. Aku berpikir kau mungkin sudah mengetahui seluk-beluk tentang tempat tinggal mu sendiri, jadi aku menyuruhmu untuk berhati-hati"
Haerin masih tak mengerti dengan ucapan Hyeju.
"Haerin, kau tinggal di dalam sarang pengedar narkoba. Dan kau harus tahu, gadis yang selalu kau lindungi itu adalah anak dari bandar narkoba dan penjual organ manusia ilegal"
Kakinya seketika melemah, detak jantungnya berpacu kencang saat mengetahui fakta yang baru saja ia dengar. Ia masih tak menyangka dengan penuturan Hyeju tersebut.
Apa mungkin itu alasannya mengapa Hanni terus menerus meminta untuk menjauh darinya, tapi mengapa dia tak pernah membicarakan hal tersebut kepadanya secara langsung.
"Tapi-tapi kenapa kau bisa mengetahuinya?"
"Karena aku juga terlibat didalamnya" Hyeju melipat kedua tangan didepan dadanya, berusaha bersikap tenang karena sebenarnya ia juga takut membicarakan ini kepada Haerin.
Namun sebelum semuanya terlambat, ia harus memberitahu gadis tersebut sesegera mungkin.
"Hanni bukan dari keluarga sembarangan. Ayahnya memiliki antek-antek yang tak terhitung jumlahnya, mereka bisa melakukan apapun kepadamu bahkan bisa saja membunuhmu kapan saja jika kau berurusan dengannya"
"Pria itu bisa sangat kejam bahkan pada putrinya sendiri. Apa kau ingin mengetahui alasan mengapa Hanni buta? Ya, itu adalah ulah ayahnya sendiri dan-"
Hyeju menggantung kalimatnya, hatinya sakit saat memikirkan kejadian mengerikan yang pernah ia lakukan dulu. Mengingat hal tersebut membuatnya semakin menyesal dan merasa bersalah.
Seharusnya ia tak pernah melakukan hal tersebut kepada gadis kecil malang itu. Seharusnya ia tak pernah menuruti keinginan pria jahat itu. Jika waktu bisa terulang kembali, lebih baik dirinya terbunuh daripada merenggut kebahagiaan dari orang yang tak bersalah.
"-Dan akulah yang membuatnya buta. Aku memukulnya dengan balok kayu saat dia masih berusia 9 tahun, aku terus memukulnya di bagian punggung hingga dia tak sadarkan diri..
Aku terpaksa melakukan hal tersebut karena ayahnya mengancam akan membunuhku. Aku masih labil saat itu karena aku benar-benar membutuhkan pekerjaan untuk menghidupi adik ku dan itu adalah kejahatan pertama yang ku lakukan. Aku benar-benar menyesal"
Haerin mengepalkan kedua tangannya, menatap tak percaya Hyeju yang berdiri dihadapannya.
Ia tidak tahu harus beraksi apa. Emosinya tak menentu saat mendengar penjelasan panjang tersebut.
Semua fakta mengerikan dari Hanni terungkap begitu saja dalam waktu tak kurang dari 6 menit.
Katakan saja Haerin cengeng, terhitung sudah beberapa kali ia meneteskan air mata dalam minggu ini. Meratapi kisahnya dan Hanni yang bahkan tidak lebih baik.
Ia berusaha untuk tak terlibat dalam masalah apapun, namun nasib terus menerus mendorongnya untuk terlibat dalam masalah yang besar dan begitu rumit.
Haerin tak bisa berbuat apa-apa lagi, ia hanya seorang gadis lemah.
"Haerin, aku benar-benar peduli kepadamu. Tolong menjauhlah dari Heeseung dan Sunoo, mereka benar-benar berbahaya untuk mu. Aku akan membantumu untuk melarikan diri dari kota ini"
"Lantas apa bedanya mereka dengan kau!?" Amarahnya memuncak, berusaha untuk tak menyerang Hyeju.
"Kau harus percaya kepadaku, aku sangat peduli padamu. Mereka bisa saja mem-"
Ucapan Hyeju terpotong saat pintu gudang terbuka. Menampakkan wajah khawatir Miyeon dan beberapa anggota polisi.
"Atas nama Kang Haerin?"
Haerin menelan gumpalan di tenggorokannya. Belum sempat dirinya menenangkan diri, kini ia harus dihadapkan lagi dengan salah satu hal yang sangat ia takutkan.
"Bisakah anda mengikuti kami ke kantor?"
.
.
.
.
.
.Karena belum bisa ngasih bab yang panjang, jadi sebagai ganti dan janji authornya untuk double update saja..
Btw, jangan lupa streaming mv nj^^