Haerin meletakan kardus terakhir di gudang, sedikit meregangkan tubuhnya yang terasa sakit.
"Ini kardus terakhir, bu Cho" ucapnya menepuk tumpukan kardus berisi bahan pangan yang tersusun rapih.
"Bagus Haerin" Miyeon mengacungkan jempolnya, masih fokus pada buku catatan untuk mendata barang-barang yang baru saja tiba.
"Aku pulang dulu bu Cho, selamat tinggal" Haerin mengambil jaketnya yang tergantung di gagang pintu gudang.
"Hati-hati dijalan!" Mendengar teriakan bos nya sebelum ia benar-benar pergi dari ruangan pengap itu.
"Aku pergi dulu Hyeju" ucapnya saat melewati teman satu shift nya yang tengah menata minuman kedalam lemari pendingin.
"Hemmmm" hanya respon gumaman yang ia dapat, sepertinya gadis bermata serigala itu terlalu fokus pada pekerjaannya.
Sinar matahari pagi menyapa kulitnya saat Haerin keluar dari minimarket. Pekerjaan tambahan di awal minggu membuatnya pulang sedikit melebihi batas waktu dari jadwal biasanya.
"Apa yang akan ku beli untuk sarapan?" pikirnya saat kini melewati kedai-kedai makanan yang mulai buka.
Hari ini ia memutuskan untuk tidak memasak karena malas, ditambah tubuhnya mulai terasa lelah karena harus bolak-balik membawa kardus ke gudang tadi.
Orang-orang mulai tampak sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing, sesekali meminta maaf karena menabrak bahu para pejalan kaki yang asik pada ponsel mereka.
Haerin melihat beberapa kedai makanan hingga tatapannya jatuh pada sebuah toko yang dihiasi bunga-bunga terpajang diluar di sebrang jalan.
Tidak, tatapannya tidak terfokus pada keindahan bunga-bunga disana melainkan pada seorang gadis yang berdiri di depan toko itu dengan beberapa tangkai mawar merah di genggamannya.
Ia sedikit menyipitkan matanya, memastikan dengan benar bahwa gadis itu adalah orang yang menggangu pikirannya akhir-akhir ini.
Dan yeah ia benar, itu adalah Hanni.
Ntah mengapa senyumnya tiba-tiba mengembang saat melihat gadis diseberang jalan yang tengah menawarkan bunga-bunga kepada orang-orang yang lewat di hadapannya.
Namun tiba-tiba senyumnya turun saat melihat beberapa remaja laki-laki mengganggu gadis itu dengan menendang tongkatnya, dan dengan sengaja menyenggol tubuh kecil Hanni hingga jatuh.
"Hei!" Haerin tidak tinggal diam, berlari secepat mungkin menyebrangi jalanan ramai, tak peduli pada beberapa mobil yang hampir menabraknya.
"Apa yang kalian lakukan!?" Ucapnya sedikit berteriak membuat remaja laki-laki berseragam sekolah itu menatapnya aneh dan pergi meninggalkan nya.
"Apa kau baik-baik saja?" Tanya Haerin membantu Hanni berdiri, mengambil tongkatnya dan mengumpulkan bunga mawar yang berserakan.
Sayangnya beberapa tangkai bunga rusak karena orang-orang yang lewat menginjaknya.
Sedikit mendengus kesal pada orang-orang yang bahkan acuh pada kejadian yang baru saja terjadi, seperti mereka tak memperdulikan keadaan sekitar.
"Apa yang terjadi!? Yaampun, apa-apa ini!?" Seorang wanita tua dengan riasan mencolok berlari keluar dari dalam toko bunga. Terkejut menatap tangkai-tangkai bunga yang rusak.
_______________
Wangi aroma roti croissant hangat dan coklat panas yang baru saja ia beli menyapa indra penciuman.
"Jangan terlalu dipikirkan, aku telah membeli bunga yang rusak tadi" ucap Haerin mengunyah rotinya, melihat sekilas Hanni yang masih terdiam dengan sebungkus roti ditangannya.
"Terimakasih, sekali lagi" ucap gadis tersebut sedikit menunduk kepalanya.
"Tak masalah... Sekarang makanlah"
Matahari sudah mulai meninggi. Melihat kota yang sibuk pada siang hari terasa aneh bagi Haerin, jadi ia memutuskan untuk mengajak Hanni duduk di taman kota yang tidak terlalu ramai.
Beruntung lokasi taman tak terlalu jauh dari toko bunga tempat gadis lain bekerja.
Melihat burung-burung merpati yang hinggap di tanah sekitar tempat kedua gadis itu duduk, sesekali Haerin membagi roti pada hewan bersayap di sekitar kakinya.
"Jadi kau bekerja di toko bunga?" Tanya nya memecahkan keheningan.
"Iya" jawab Hanni singkat akhirnya mau memakan croissant nya.
"Sejak kapan?" Tatapan Haerin kini pada gadis disampingnya, sedikit tertegun saat melihat profil samping Hanni yang tampak mempesona dibawah sinar matahari.
Ntah ia baru menyadarinya atau karena pertemuan mereka yang tiba-tiba dan singkat seperti angin berlalu, namun kali ini ia bisa melihat wajah Hanni dengan jelas.
Cantik
Satu kata yang terlintas dibenak Haerin.
"Hey! Kau masih disinikan?" Hanni meletakkan tangannya pada paha gadis yang duduk disebelahnya, memastikan bahwa ia tidak sendiri disana.
"Hah? I-iya?" Ia sedikit menggeser tubuhnya menjauh karena terkejut dengan sentuhan yang tiba-tiba, tidak bermaksud untuk membuatnya tersinggung.
"Aku bertanya tadi, apa kau juga bekerja?" Tanya Hanni sekali lagi. menarik tangannya menjauh.
"Ya... Ya, aku bekerja di minimarket tak jauh dari sini" jawab Haerin kaku, meminum coklat yang kini telah mulai mendingin.
"Benarkah?"
"Iya, tapi aku bekerja saat malam hari"
"Pantas kita tak pernah bertemu sebelumnya" Hanni melipat bungkus roti yang masih tersisa setengah, mengantungi nya kedalam saku mantelnya.
"Yeah sepertinya aku harus kembali bekerja, terimakasih atas sarapannya dan bantuan mu untuk kesekian kalinya... Aku tidak tahu apa yang akan terjadi jika kau tidak ada tadi" Hanni memegang erat tongkatnya.
"Sampai jumpa dilain waktu" ucapnya terakhir kali, meninggalkan Haerin yang masih duduk diam di tempatnya.
Hatinya tiba-tiba menghangat saat melihat punggung Hanni yang perlahan menjauh dari taman.
Perasaan aneh dan sedikit menggelitik perutnya adalah hal baru untuk Haerin, ia tidak tahu perasaan apa itu.
.
(。・ω・。)ノ♡