❝Seeing how gatherings separate,
yet only you, I don't forget.❞
⎯不忘 Bu Wang, Wang Yibo.⎯⎯⎯❁❁❁⎯⎯⎯
⎯⎯⎯❁❁❁⎯⎯⎯
Yibo mendesah lelah, membiarkan kepulan hangat dari napasnya mengudara menuju angkasa. Ini sudah hari terakhir, dan ia tidak sama sekali menikmati keindahan Kanada akan alamnya. Dua hari setelah mendarat, Yibo diterpa kabar tak enak akan rumor kencan dari pria Xiao. Hingga pada hari ketujuh, bayang-bayang akan pria yang selalu didambanya dengan wanita lain selalu saja terbayang.
Ia tidak pernah menyangka akan berada pada titik ini, berdiri seorang diri tanpa siapapun di samping. Mungkinkah ini dosa yang harus ia terima ketika tidak berdiri di sisi Wei Wuxian dulu kala?
Pada satu sisi, ia bangga menjadi pengagum rahasia Xiao Zhan. Pria tiga puluh satu itu tampak bercahaya ketika di negara asing, menunjukkan seolah dirinya adalah bintang Tiongkok masa kini yang digemari seluruh kalangan. Yibo tidak tahu dari mana Xiao Zhan berada pada titik itu, tetapi kala namanya banyak diperbincangkan oleh media barat, hatinya begitu berbunga dan turut bahagia atas pencapaian pujaan hatinya.
Xiao Zhan dalam pandangan Yibo adalah sosok pria dewasa yang panas. Dengan lesung pipinya yang akan tampak ketika senyum, pria itu bak jelmaan dari Dewa yang mampu membuat umatnya bertekuk lutut. Dan dihadapan Xiao Zhan, Yibo tidak keberatan jika ia harus tunduk.
Ada satu sisi yang menarik bagi Yibo, dan mungkin kebanyakan orang, bahkan penggemar dari pria Xiao itu tidak akan tahu. Ia jatuh cinta secara telak pada galaksi yang dipantulkan dari manik Xiao Zhan. Cahaya itu seolah hidup ketika mereka bersitatap, dan Yibo seolah tersihir tanpa sadar ketika pantulan dirinya yang jernih tergambar jelas dalam manik sang lawan.
Xiao Zhan yang menatapnya dengan seribu bintang adalah sosok sempurna yang pernah Yibo temui dalam hidupnya. Dan disisa kehidupan yang sekarang, nanti, atau kapan pun, Yibo ingin egois untuk menjerat tatapan itu.
Tetapi, kala ingatannya kembali pada Xiao Zhan dan wanitanya, Yibo kembali ditampar kenyataan. Memaksanya tersadar dan tidak berharap pada angin lalu. Pria yang ia nanti selama lima tahun tidak lagi seorang diri, dan mau tidak mau Yibo harus melangkah mundur setapak demi setapak.
Yibo sudah terbiasa dengan rasa sakit akibat ditinggalkan, ia sudah pernah merasakan ini ketika menjadi Lan Wangji, ayahnya, ibunya, bahkan Wei Wuxian-nya pernah berpamitan untuk menutup mata. Dan pada kehidupan yang sekarang, harusnya Yibo bisa menerima dengan lapang kendati hati meronta-ronta.
Dalam benaknya, lebih baik ditinggal dengan orang lain daripada ditinggal mati.
⎯⎯⎯❁❁❁⎯⎯⎯
Badannya seolah remuk tak tersisa, tenaganya juga seolah habis tersedot ke inti bumi. Yibo benar-benar menganggap dirinya telah mati ketika kaki baru saja singgah di hotel. Jadwal gala premiere di Amerika Utara telah usai, tapi penderitaannya akibat jet lag tak kunjung pergi.
Ada rasa lega yang tak terlampau banyak kala tak harus menghabiskan dua puluh jam di udara dan pulang ke China, tetapi penerbangannya menuju Paris justru menjadi gerbangnya menuju lelah yang tak berujung.
Setelah menyelesaikan dengan gala premiere Hidden Blade harusnya ia libur, agensi memberi kelonggaran atas kerja kerasnya selama ini. Tetapi, sebagai seorang brand ambasador, Yibo tidak memiliki waktu untuk sekadar menghirup udara dengan bebas ketika harus menghadiri Paris Fashion Week di minggu pertama bulan Maret.
Harapan untuk menghabiskan seharian dengan bergelung diri di dalam selimut seketika usai, persiapannya sudah di depan mata, dan Yibo hanya memiliki waktu satu hari untuk melepas penat sebelum kembali menghadiri acara itu. Sejujurnya ia telah menolak untuk datang, tetapi melihat pemberitahuan bahwa jadwal kepulangan Zhan diundur, Yibo meminta manajer untuk segera merombak jadwal.
Yibo tidak terlalu menaruh banyak perhatian pada pria Xiao itu, keduanya tidak lagi memiliki banyak pesan atau panggilan untuk saling dibagikan. Entah Yibo atau Zhan, keduanya seolah sedang menghindari sesuatu yang tidak terlihat. Meskipun demikian, dalam lubuk terdalam hatinya, Yibo berharap dapat mendengar kabar dari sosok itu barang satu kata pesan.
Kakinya masih berdiri pada dua ambang pilihan, bertahan atau mundur. Yibo tidak rela jika harus melepaskan lima tahun penantiannya dengan sia-sia, melambaikan tangan pada Xiao Zhan dan berpaling membawa luka di hatinya.
Tetapi, ketika pria yang dinantinya tidak berkehendak yang sama, Yibo akhirnya benar-benar memutuskan. Ia tidak ingin menahan Zhan, juga dirinya. Yibo harus melangkah, seorang diri atau mencari pengganti.
⎯⎯⎯❁❁❁⎯⎯⎯
Entah mendapatkan percikan keberuntungan dari mana, Yibo diberi kelonggaran oleh agensi untuk menikmati waktunya di Kota Cinta. Dua hari setelah ajang fashion show selesai, ia harusnya telah mendarat di China. Tapi ia masih menginjakkan kaki di bawah menara Eiffel yang menjulang tinggi pada hari ke-empat.
Yibo benar-benar menikmati liburannya kali ini. Off camera benar-benar sesuatu yang ia harapkan sejak berlabuh di dunia entertainment. Menyusuri jalanan setapak seorang diri ditemani senandung yang mengalun pada telinga, juga beberapa kicauan burung dengan terpaan angin ringan sungguh melegakan hati seorang Wang Yibo.
Jalan yang ia tempuh sejauh ini tidak mudah, dua puluh lima tahun menjadi salah satu diantara banyaknya manusia di bumi juga cukup sulit. Yibo bukan termasuk orang yang pandai bergaul, ia lebih banyak menutup diri dari hiruk piruk, memilih membentengi diri agar tidak terlalu merepotkan. Ia hanya akan membuka diri kepada keluarga, juga satu pria yang dulu selalu menjadi tambatan hatinya. Bahkan ketika ada objek yang menarik untuk dipandang, Yibo akan melirik sebentar sebelum kembali melanjutkan langkah.
Seberapa luasnya dunia, hanya sosok itu yang mampu melumpuhkannya. Hanya sosok itu, sosok yang saat ini berdiri sepuluh langkah darinya. Dan Yibo tidak cukup percaya diri ketika ada senyum yang terlontar di depan sana.
"Yibo!"
Namanya dilantunkan secara nyaring, serupa tengah menyadarkannya dari lamunan yang tak kunjung pergi. Sosok itu berlari dengan kegirangan, menghampirinya dengan lambaian tangan yang terlampau kuat. Sampai-sampai Yibo merasa takut bahwa telapaknya akan terlepas begitu saja.
Dan ketika sosok itu telah sepenuhnya berdiri di hadapan, Yibo dapat mencium aroma familier yang menenangkan. Seolah mampu meredakan sekelumit masalah yang bertengger di pundaknya. Aroma yang selalu ia rindukan dipenghujung malam sebelum menutup mata, aroma yang pada akhirnya tak dapat ia genggam sekalipun dalam pandangan. Sebab pada asanya, Yibo telah memilih untuk mundur secara perlahan.
[]⎯⎯⎯❁❁❁⎯⎯⎯
Jujur, hal tersulit ketika nulis menurutku adalah waktu mempertemukan dua tokohnya yang kalau sebelumnya hubungannya rumit.. dan ini sedang terjadi, terlebih ini semi canon
Menurutku ini sedikit memaksa, dan kalau menurut kalian begitu, tolong dimaafkan
See u!
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Unforgettable ❁ YiZhan
Fanfic[END • Season 2 in Smile Flower] Lan Wangji pernah bertanya kepada Wei Wuxian, "Aku juga penasaran, kenapa ingatanmu sangat buruk?" Lalu ia bersyukur karena Semesta memberinya kehidupan lagi dengan Wang Yibo sebagai namanya. Namun, ia tidak mengerti...