❝Seeing how gatherings separate,
yet only you, I don't forget.❞
⎯不忘 Bu Wang, Wang Yibo.⎯⎯⎯❁❁❁⎯⎯⎯
⎯⎯⎯❁❁❁⎯⎯⎯
Suara tapak kaki yang bertemu dengan jalanan mengudara bersama burung-burung kecil di atas sana. Berbagai gelak tawa serta obrolan dari lalu lalang manusia juga turut terdengar, menemani angin sepoi-sepoi yang menyapa wajah para insan dengan syal tebalnya yang bertengger pada leher.
Udara Paris tidak begitu dingin, tetapi mendung tak kunjung beranjak dari atas kepala sehingga menutupi birunya langit di penghujung sore. Kendati demikian, para pejalan kaki tak sama sekali menyurut, terlebih kala kelap-kelip warna kekuningan perlahan muncul dari menara setinggi tiga ratus meter di depan mata.
Yibo tak sama sekali berkedip, bukan memandang menara kebanggan Paris. Melainkan mengunci manik sejernih purnamanya pada Xiao Zhan yang tengah menggosokkan telapak pada cup kopi dalam genggaman. Napas pria itu mengepul hangat dan melayang bersama uap kopi, dan entah kenapa Yibo mendadak tidak lagi merasa kedinginan.
Mereka telah duduk di atas rerumputan yang sedikit basah akibat lembab hampir setengah jam, tapi obrolan ringan tak sama sekali terurai selain saling berbagi kabar selepas Zhan menghampiri. Seolah ada tembok di antara keduanya, dan Yibo tak sama sekali berniat untuk menghancurkannya.
Ia memilih untuk diam, menikmati selagi bisa. Merekam semua pergerakan pria yang lebih tua dalam manik, dan menyegelnya bersama ingatan pada kehidupan yang lampau. Ia pernah kehilangan Xiao Zhan dua kali, dan untuk yang ketiga, Yibo mungkin tidak akan keberatan. Sehingga diam-diam ia tersenyum kecil, bersyukur dapat menjadi salah satu alasan Zhan tersenyum dalam lima tahun ke belakang.
“Apa?”
Kelopak Yibo berkedip dua kali, terkejut dengan suara Zhan dan juga pandangan pria itu yang sepenuhnya menatap dirinya. Yibo menggeleng, masih dengan tarikan simpul pada sudut bibir. Kemudian tarikan itu sedikit merekah ketika menyadari bahwa pendaran bintang masih saja ada pada manik Zhan ketika mereka bersitatap.
Dan tiba-tiba, hujan mengguyur. Semua insan berlarian kesana-kemari untuk mencari tempat berteduh. Yibo beranjak dengan menarik tangan Xiao Zhan, mengajaknya segera berlari meninggalkan pelataran Eiffel.
Yibo tidak sama sekali mengharapkan ini, berlari dengan tautan tangan bersama pria yang ia cintai. Sungguh kejadian yang luar biasa langka yang tak akan pernah Yibo lupakan seumur hidupnya. Terlebih ketika tatapan teduh itu menatapnya, juga tangan Zhan yang mengibaskan rambut basah miliknya di bawah kanopi pertokoan.
“Rambutmu jadi basah.” Suara Zhan mengudara, selembut rintik hujan yang tak terlalu lebat mengguyur jalanan. Tangannya begitu telaten menyingkirkan anakan rambut Yibo yang menempel di dahi, dan secara tidak langsung kulit mereka bersentuhan.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Unforgettable ❁ YiZhan
Fanfiction[END • Season 2 in Smile Flower] Lan Wangji pernah bertanya kepada Wei Wuxian, "Aku juga penasaran, kenapa ingatanmu sangat buruk?" Lalu ia bersyukur karena Semesta memberinya kehidupan lagi dengan Wang Yibo sebagai namanya. Namun, ia tidak mengerti...