U: 21 - How?

405 57 6
                                    

Seeing how gatherings separate, 
yet only you, I don't forget.
⎯不忘 Bu Wang, Wang Yibo.

⎯⎯⎯❁❁❁⎯⎯⎯

⎯⎯⎯❁❁❁⎯⎯⎯

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

⎯⎯⎯❁❁❁⎯⎯⎯

Wang Yibo tidak pernah merasakan ketakutan luar biasa selama dua puluh lima tahun ia menginjakkan kaki di bumantara. Rasa itu hanya sebatas angin lalu yang tak pernah ia hiraukan, paling-paling muncul sebentar lalu beranjak pergi karena ia bisa mengatasinya sendiri. Yibo juga tidak pernah merasakan kesedihan yang teramat sangat, selain ditinggalkan oleh kakeknya yang menutup mata beberapa waktu silam.

Yibo sangat percaya diri bahwa ia  termasuk dalam jajaran pria pemberani yang tidak memiliki ketakutan pada apapun. Tapi, kini ia benar-benar begitu takut hingga tidak ingin beranjak dari tempatnya duduk.

Orang tua Zhan sudah meminta Yibo dengan lembut untuk istirahat, atau setidaknya mencuci mukanya yang begitu kusut. Namun, Yibo hanya menggeleng, tetap menggenggam tangan Zhan Ge-nya dengan erat, takut pria itu akan hancur berkeping-keping jika ia melepaskannya.

Firasat Yibo sudah tidak baik semenjak Zhan jujur padanya melalui telepon satu minggu lalu. Ia ingin segera terbang ke Beijing, namun pekerjaan menjeratnya di Henan. Alhasil Yibo benar-benar kalap ketika tahu bahwa Zhan sudah lebih dulu terbaring di rumah sakit seperti perkiraannya.

Itu juga terjadi pada Yibo. Pertama kali ingatan tentang kehidupan yang sebelumnya hadir, Yibo kerap merasakan hal serupa Zhan. Berujung pada dirinya yang harus dirawat selama satu minggu penuh tanpa penyakit yang bisa dokter ketahui. Namun, kini kasusnya berbeda. Zhan belum membuka mata sama sekali sejak ia tiba di rumah sakit. Keadaan pria itu stabil, bahkan bisa dikatakan sehat. Tapi, kelopaknya tidak kunjung terbuka bahkan ketika Yibo sudah berharap pada Sang Pencipta.

“Yibo,” Suara mama Xiao mengalun lembut di pendengaran, terdengar begitu halus sehingga Yibo bergidik karenanya. “Kembalilah dulu, kamu juga butuh istirahat.”

Ia tersenyum mendengarnya. Mama Xiao selalu penuh akan kasih sayang, dan itu menurun pada putra semata wayangnya. Dan Yibo tidak pernah kekurangan hal itu sama sekali sejak mereka memutuskan untuk bersama.

Kepalanya menggeleng lembut, berusaha menolak tawaran tanpa berucap sebuah kata karena ia tahu suaranya akan pecah.

“Mama akan menjaganya untukmu.” Bujuk Mama Xiao lagi. Kini wanita itu memberikan elusan hangat pada pundak Yibo yang luruh. “Untuk kita.”

Yibo masih terdiam, kembali menatap wajah Zhan yang tidak mengurus tetapi pucat pasi. Bibirnya mengering, tidak ada lagi pelembab beraroma ceri yang selalu Yibo gemari. Tulang selangkanya juga mengintip dari balik baju rumah sakit, tak lupa dengan liontin balok yang terukir namanya. Kemudian ia membutuhkan satu kecupan panjang, menghantarkan doa ingin prianya segera bangun.

[✓] Unforgettable ❁ YiZhanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang