"Selamat pagi."
Suzy mendongkak pada manusia jangkung didepannya "sedang apa kau disini? Minggir!"
"Tidak mau!"
"Terserah." gadis itu mengambil langkah lain namun Lagi-lagi si blonde menghalangi jalannya.
"Maumu apasih!?"
"Selamat hari Kamis. Aku punya ini untukmu." Suzy menatap datar sebungkus coklat yang terlihat mahal ditangan Rosé.
"Tidak terima kasih."
"Apa? Kau menolaknya? Kau menolak coklat ini?"
Suzy mengangguk dan melangkah menjauh "Hey, apa aku setidak menarik itu sampai kau menolakku seperti ini? Ini? Hanya coklat."
"Aku alergi coklat." ujarnya yang mulai menjauh.
Rosé menggaruk kepalanya "cara B salah."
"Hey, kau mau coklat?"
"Mau-mau!"
"Ambil lah."
"Terima kasih Rosé,"
"Ya ya ya"
Segera dia menyusul Suzy, namun langkahnya terhenti saat hampir menubruk Jennie yang sedang berjalan keluar ruangan Tata Usaha. "Hey, jangan berlarian di lorong kelas. Kau fikir kau anak sekolah dasar bisa berlarian seenakmu?"
"Nanti saja bicaranya." Rosé mengabaikan omelan Jennie dan kembali berjalan.
"Hey!"
Rosé berhenti, menghela nafasnya lalu berbalik perlahan, "Apa?"
Jennie membasahi bibir bawahnya sebelum berbicara, mencoba merangkai kata sebelum keluar dari mulutnya. "Hallo? Apa kau menghentikanku hanya untuk membuang waktu dengan memandangiku seperti itu?"
Jennie menggeleng dan kembali memasang wajah garangnya "anak nakal," setelah mengatakan itu dia pergi begitu saja.
Rosé berdecih "membuang waktuku saja."
Jennie memasuki ruangannya. Notifikasi dari ponselnya begitu ramai hingga dia harus mengaktifkan mode Silent.
"Kalian enak sekali, di rumah, tidur dan jalan-jalan. Sedangkan aku? Berada di sekolahan, terjebak dengan puluhan anak nakal dan ratusan anak cengeng..."
"MOMMMYY!!"
"Kau mendengar itu?" tanya Lisa yang sedang mencoba melewati pagar karena kesiangan.
"Ya, ayo cepatlah!" pemuda yang dia injak pundaknya mendorongnya naik hingga kini dia memasuki area sekolah.
Brukk
Pemuda itu berdiri disamping Lisa "lain kali aku tidak mau mengajakmu pergi bersama lagi Lis,"
"Yaampun Bam, aku kan hanya terlambar satu jam."
"Hanya!?"
"Iya hanya, kita tidak akan ketahuan, kalau ketahuan paling-
"Toilet sekolah akan bersih berkilau."
Kedua orang itu menoleh secara perlahan. Bambam menutup matanya dalam sedangkan Lisa hanya memberikan cengirannya "wahh Ibu Kim nampak menggemaskan dengan poni. Ini gaya rambut baru? Kapan ibu pergi ke sal- oooonnn ahhh ibu sakit!"
"Ahh Bu, kenapa aku juga kena!?"
Kim Jisoo menjewer telinga kedua anak ini "kenapa? Masih bertanya kenapa? Kalian datang terlambat dan ketahuan menerobos pagar. Ikut ke ruanganku!"
Jeweran terlepas, Lisa dan Bambam saling mendorong bahu dan mengekori guru Bimbingan Konseling itu.
"Ada baiknya melibatkan anak-anak yang tidak aktif. Agar mereka lebih memiliki kepercayaan diri dan lebih berbaur satu sama lain. Jika kita hanya melibatkan anak-anak yang mau ikut, kita seperti tidak memberikan kesempatan untuk mereka yang pendiam."
"Maksudnya?"
"Bisa jadi anak-anak pendiam itu memiliki bakat, namun mereka tidak memiliki kepercayaan diri untuk menunjukkannya. Dengan adanya sistem ini, kita bisa memberikan kesempatan mereka untuk bersinar."
Jihyo mengangguk setuju dengan penuturan ketua osis baru itu. Hingga matanya menangkap sosok Lisa dan Bambam yang berjalan dibelakang Guru BK dengan menunduk.
Jihyo menggeleng, dan disaat yang sama Lisa memberikan cengirannya dan melambai, dia juga memamerkan Vape baru nya.
Jam istirahat di perpustakaan. Rosé bertopang dagu pada tumpukan buku, mendengarkan dumelan Suzy atas dirinya.
"Kau itu anak nakal, tidak cocok denganku, kau juga sering bolos, aku tidak mau kena imbasnya. Susah payah aku membangun image baik didepan semua guru dengan mengurung diri disini, aku tidak mau semua itu hancur karena dirimu!"
Rosé mengangguk, "kesimpulannya kau juga menyukaiku tapi kau takut aku merusak hasil jerih payah mu?"
"Tidak. Lagipula kau itu kan player. Kau pasti mengatakan ini tidak hanya denganku seorang saja."
"Aku berhenti saat kau menerimaku Suzy."
"Omong kosong."
"Kau fikir aku berbohong?"
"Memangnya tidak?"
"Ya... Aku bilang jujur juga kau tidak akan percaya bukan?" Rosé kembali membuka halaman buku dan memberikan cap sekolah di halaman itu.
"Jujur soal apa?"
"Aku sudah lama menyukaimu."
Suzy mengalihkan pandangannya dengan berdesis. "Tidak mungkin."
o0oSebuah mobil Jeep berhenti digarasi sebuah rumah. Melangkah memasuki rumahnya yang sunyi ini, di ruang makan hanya ada makanan yang mungkin sudah mendingin karena tidak ada siapapun yang menyentuhnya.
Dia mendekat dan datanglah sosok perempuan berumur 40an. "Nona muda ingin makan sesuatu?"
Rosé menggeleng "apa Appa dan Eomma tidak pulang lagi?"
Dia menggeleng sebagai jawaban. Rosé menghela nafasnya "ini... Bibi bagikan saja pada supir dan pekerja yang lain. Sayang jika tidak dimakan."
"T-tapi kalau Nyonya dan Tuan pulang bagaimana?"
"Tidak apa. Bilang saja aku sangat lapar dan menghabiskan semuanya. Bibi bisa melakukan itu?"
Bibi Song mengangguk meski ragu. Roséanne tersenyum melihat keraguan itu "aku yang bertanggung jawab jika Appa marah. Okay?"
pukul 11 malam.
"Bagaimana mungkin kau tidak membuatkan majikanmu makanan? Kau mau kami kelaparan di rumah kami sendiri? Untuk apa kami menggaji kalian jika kalian seperti ini!?"
Bibi Song menunduk takut atas penuturan tegas Tuan Park.
Sedangkan sang penanggung jawab tak menampakkan batang hidungnya sedikitpun.
"Zzzzzzz"
Roseanne adalah orang yang mengakui sy sebagai teman dan menjanjikan "lo kalo ada Apa-apa cerita dong sama gue."
Eh giliran sy butuh dia dianya turu:D
Padahal masih jam 3 pagi:((
Yamaap! Emang jam jam segitu waktunya ovt gk si T^T
KAMU SEDANG MEMBACA
Can You Love Me?
FanfictionApakah pernikahan murid dan guru akan berakhir bahagia, yang mana perbedaan usia dan serta pernikahan terjadi karena perjodohan, bagaimana Jennie dan Rosé mengatasinya? apakah itu akan berhasil? Ide dari Readers:)