Part:5

45.5K 5.1K 294
                                    

Double Up nih, makanya Vote dan komen dong, biar lebih semangat gitu heheh..
...

Sekarang hari Sabtu, itu artinya hari ini Leo bisa bersantai dan berleha-leha di kamarnya seharian.

Lihatlah sekarang bahkan pukul 9 pagi, tapi dia masih nyenyaknya tidur dengan memeluk gulingnya tanpa merasa terganggu dengan cahaya matahari yang masuk dari celah-celah kamarnya. Bahkan saat maid membuka gorden kamarnya, dia tetap nyenyaknya tidur tanpa terganggu sedikitpun.

Maid itu menghampiri Leo dengan ragu ingin menbangunkannya, karena dia ingin mencuci seprei kasur Leo. Tapi saat melihat Leo masih nyenyaknya tidur, dia mengurungkan niatnya karena takut kena amuk oleh tuan mudanya itu.

"Kenapa?" Tanya Aidan melihat seorang maid keluar dari kamar Leo dengan tergesa-gesa.

"Ahh i-itu tuan muda, saya ingin membangunkan tuan muda Leo untuk mencuci seprainya, tapi karena takut dimarahi jadinya saya keluar" jawab maid itu jujur membuat Aidan mengangguk.

"Biarkan saja, biarkan dia membersihkan kamarnya sendiri nanti" ujar Aidan dan melangkah hendak menuju ruang keluarga, tapi dia berhenti hendak menutup pintu kamar Leo yang masih terbuka.

Aidan mengintip kedalam sebentar dan malah membuka pintu itu semakin lebar, kemudian turun ke bawah melalui lift. Entah apa maksud Aidan itu, tapi melihat gaya tidur Leo yang tidak elit membuat Aidan gemes ingin menonjoknya, jadinya dia buka saja pintu kamar itu. Aneh ya hhaha.

Sedangkan Leo yang merasa sudah sangat puas tidur, duduk dan meregangkan badannya. Kemudian melanjutkan membersihkan dirinya berniat ingin pergi ke supermarket nanti, membeli camilan untuk menemaninya meraton film di kamarnya. Dia akan membuat kamarnya seperti bioskop supaya lebih terlihat jelas.

Ahh membayangkannya saja Leo semakin bersemangat dan memakai pakaian yang terlihat santai setelah selesai mandi tadi.

Setelah dirasa siap, Leo turun ke bawah melalui lift dan mengangkat panggilan di ponselnya.

"Halo"

"Lo dimana Leo?" Tanya Rian

"Di rumah, kenapa? Aldi baik-baik aja kan?"

"Dia gapapa, kuy lah main"

"Ke mansion gue aja, kita nonton bareng di kamar gue"

"Gue sekarang mau beli camilan nih di supermarket, kalian ikut nggak?"

"Biar gue jemput" ujar Leo dan memperhatikan keluarganya yang sedang berada di keluarga juga sedamg menantapnya. Tatapannya bertemu dengan Darel, kemudian dia memutuskan tatapan mereka, bersikap acuh dan melanjutkan langkahnya keluar dari mansion itu.

"Waahh boleh deh, kita tunggu ya"

"Woke"

Leo mematikan sambungan telponnya dan hendak membuka pintu mobilnya sebelum seseorang memanggil dan menghampirinya.

"Bang Leo" panggil Darel mengejar Leo tadi.

"Hmm" balas Leo malas dan menatap Darel yang hanya setinggi telinganya itu.

"E-el ikut sama abang ya" ujar Darel menatap Leo berharap.

Mendengar itu Leo menghela nafasnya pelan dan memegang bahu Darel, menatapnya intens. Sedangkan Darel sudah bergetar ketakutan, dia belum terbiasa dengan tatapan abangnya itu.

"Lo belum belajar ya dari kejadian kemarin"

"Kita nggak boleh dekat, kalau lo nggak mau lihat mereka nyakitin gue lagi" ujar Leo supaya Darel mengerti

I'm Not Leonard (Tersedia Versy E-book)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang