"Kamu mau pilih yang mana?"
Gadis kecil dengan rambut pendek sebahu dan poni yang menghiasi jidatnya itu menoleh. Menatap laki-laki yang berdiri di sampingnya.
Dia baru saja tertangkap basah telah menangis di taman sekolah dasarnya. Meskipun sudah jelas-jelas tertangkap basah, namun dirinya tetap melanjutkan tangisnya. Hingga laki-laki yang sempat menawarkan permen gagang berwarna merah itu ikut berjongkok di depannya.
Hanya diam dan mengamati. Itulah yang laki-laki kecil itu lakukan. Dengan memakai seragam yang berbeda dengannya, tentu saja dia tidak tidak mengenal siapa laki-laki itu.
"Hey."
Mata sipit Irena kecil mengerjap dan kembali menatap laki-laki yang tadi menepuk pipinya pelan sebanyak satu kali.
"Aku nawarin. Kamu pilih yang mana?" Kedua tangan laki-laki itu menjulurkan dua permen gagang. Yang satu berwarna merah dan yang satu berwarna biru.
Irena kecil mendongak, menatap laki-laki yang tersenyum di hadapannya. Mereka masih berjongkok, dengan kedua pipi Irena kecil yang masih basah. Namun tidak lagi menangis.
"Ak-ku. Gak makan permen," kata Irena kecil membuat wajah laki-laki dengan model rambut middle-parted hair itu terdiam, dan sedikit kecewa. Namun sedetik kemudian, dia segera tersenyum kembali.
"Yaudah kalau gitu." Lengan laki-laki itu merogoh saku celananya setelah berdiri sejenak, dan kembali berjongkok di hadapan Irena. "Kalau coklat kamu suka kan?" tanyanya sambil menyodorkan sekotak coklat kecil yang sempat dia beli saat di sekolah. Niatnya akan dia berikan pada adeknya yang bersekolah di sini.
Irena kecil menganggukkan kepalanya, dan tangannya bergerak perlahan meraih coklat yang laki-laki kecil itu sodorkan. Membuatnya tersenyum senang karna pemberiannya akhirnya diterima.
"Mau aku kupasin gak bungkusnya?" tanya laki-laki itu setelah mengantongi dua permen miliknya ke dalam saku seragamnya.
Irena kecil mengangguk lagi dan memberikan coklat yang awalnya ingin dia kantongi, dan dia simpan.
"Oh iya. Nama kamu siapa?" tanya laki-laki kecil itu lagi sambil mencoba membukakan bungkusan coklat milik Irena kecil. Gadis kecil itu pikir mungkin laki-laki di hadapannya saat ini memiliki umur yang sama dengannya.
"Ca—"
"Nana."
Keduanya menoleh. Menatap gadis kecil dengan rambut sepinggang yang mengayun saat dia berlari. Kemudian berdiri di pinggir keduanya yang masih berjongkok.
"Ayo pulang. Mami udah jemput kita," kata gadis kecil dengan surai hitam panjang itu, kemudian tatapannya mengarah pada laki-laki yang menyodorkan coklat pada Irena. "Nana gak boleh makan coklat. Nanti Mami marah," ujarnya lagi kemudian menjauhkan coklat yang laki-laki kecil itu sodorkan, hingga terjatuh ke atas rumput.
KAMU SEDANG MEMBACA
Simple Heartbreak
General FictionCERITA 7 • • • Pilihan Irena cuma satu. Terus berjuang ... atau rela berkorban. Tapi mau sampai kapan dirinya harus mengorbankan segalanya hanya untuk Selena? Kembarannya. Sampai dia harus terjun dari lantai lima belas gedung Selena, atau sampai dia...