Sepertinya terjun dari lantai lima belas kantor Selena bisa langsung membawanya ke atas. Namun, apakah itu tidak akan membuat Papi dan Mami malu.
Dan Irena menyakinkan diri. Besok. Jika Kevano berhasil melancarkan tindakan bajingannya pada malam ini. Dia akan pergi ke laut. Yang jauh dari rumah. Menenggelamkan diri dan terbawa arus.
Dan kematiannya akan diumumkan sebagai terseret arus hingga tidak bisa ditemukan.
Ya. Irena menjatuhkan pilihannya ke sana. Pilihan yang tidak akan membuat kedua orang tuanya malu. Dan pilihan terbaik untuk menyembunyikan fakta ... jika dia memang telah merenggut nyawanya sendiri.
Percayalah. Dalam kepala Irena saat ini sudah terlukiskan rentetan peristiwa di mana dirinya yang melihat hamparan laut luas berwarna biru dengan ombak yang menggulung ke arahnya. Serta dia yang mulai berjalan semakin mendekati gulungan ombak yang sedang tidak bersahabat itu. Berenang semakin ke tengah. Mengindahkan panggilan dari orang-orang dan juga penjaga pantai.
Tidak peduli pada mereka yang mulai panik, dan terus berenang ke tengah laut hingga melewati garis pantai yang sudah dibuat oleh penjaga di sana.
Perlahan. Irena berdiam, gaya bebasnya berubah menjadi gaya batu. Melihat kabur ke arah lautan dalam.
Sebentar lagi. Napasnya mulai sesak. Sebentar lagi, kepalanya mulai pening. Dan ... Irena menutup mata. Menyambut malaikat Izrail yang seakan mentertawainya karna telah melakukan bunuh diri.
Brak.
Tapi sepertinya itu bukan ajal yang telah diberikan untuk Irena. Kepalanya menoleh, ketika mendengar suara pintu dibuka dengan secara kasar.
Kevano yang sudah berhasil menurunkan kerah bajunya hingga terlihat bahunya yang telanjang itu berdecak sebal dan berdiri. Menatap Ezra.
Laki-laki itu masih menggunakan kemeja kerjanya dengan celana hitam bahan dan dasi yang mulai berantakan. Rambut Ezra juga tidak kalah berantakan, seakan dia memiliki beban banyak yang sedang dia pikirkan.
Rahang Ezra berubah mengeras, apalagi saat melihat Irena yang masih diam dalam posisinya yang masih merapat ke dinding. Dengan kerah kaosnya yang sudah terbuka ke samping memperlihatkan bahunya dan sobek.
Kemudian tatapan Ezra beralih menatap Kevano yang memasukkan kedua tangan ke saku celana sambil tersenyum miring.
"Pahlawan?" Kevano menaikkan sebelah alisnya. Seakan mengejek tindakan Ezra sekarang.
Ezra mengadikkan kedua bahunya, kemudian berjalan masuk ke kamar mandi, mendekati Kevano hingga jarak mereka hanya sebatas penggaris tiga puluh sentimeter.
Ujing sepatu kulit yang dipakai Ezra, juga ujung sepatu sneakers milik Kevano sudah saling bersentuhan.
"Ternyata benar, lo emang brengsek," kata Ezra dan Kevano hanya tertawa mendengarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Simple Heartbreak
General FictionCERITA 7 • • • Pilihan Irena cuma satu. Terus berjuang ... atau rela berkorban. Tapi mau sampai kapan dirinya harus mengorbankan segalanya hanya untuk Selena? Kembarannya. Sampai dia harus terjun dari lantai lima belas gedung Selena, atau sampai dia...