Irena menelan ludahnya dengan perlahan, melirik Ezra yang duduk di sebelahnya. Sedangkan di depan mereka ada Avin dan juga Gerhana.
Ntah keperluan apa pagi-pagi kedua pasangan pengantin baru itu sudah berkunjung ke apartemennya.
Gerhana juga membawakan sarapan untuk mereka yang sekarang sudah terjajar rapi di atas meja pantry. Sedangkan wanita itu menyiapkan makanan untuk Avin.
"Lo gak mungkin nginep di sini kan?" Pertanyaan Avin yang dingin dan sinis itu kembali membuat Irena gugup setengah mati.
Gadis itu melirik Ezra yang tampak santai dan mengambil sarapannya. Sekarang mereka sudah siap dengan pakaian kantor.
Dan ternyata paper bag kecil yang Ezra bawa sedari semalam itu merupakan kemeja dan juga celana bahan untuk dirinya pergi ke kantor. Yang niatnya akan ditaruh di mobil, namun tidak sengaja terbawa.
"Gak. Gue cuma numpang mandi aja," sahut laki-laki itu dan mulai mengawali makannya.
Avin terlihat menaikkan sebelah alisnya, sebelum kembali menatap Ezra dan juga Irena yang hanya bisa menundukkan kepalanya.
"Numpang mandi?" tanya Avin sinis. "Emang kenapa kamar mandi di rumah lo?" tanyanya lagi dan menatap tajam Ezra.
Sedangkan laki-laki itu menelan makanannya kemudian meneguk minum sedikit sebelum membalas tatapan Avin.
"Gue gak pulang. Abis ngerjain bahan pertimbangan, juga beberapa berkas untuk dikirim ke pabrik produksi hari ini," jelas Ezra yang ntah memang benar atau tidak. Namun semalaman Irena menemani laki-laki itu yang sibuk dengan layar laptopnya.
Sedangkan Irena hanya rebahan di sofa sambil sesekali memperhatikan Ezra yang sangat fokus dan beberapa kali menaikkan kacamatanya yang sedikit merosot ke pangkal hidungnya.
Avin tampak mengangguk dan fokus kembali dengan makannya. Kemudian menatap Irena yang sedari tadi diam.
"Geno tahu, dia di sini?" Avin bertanya dan Irena mendongak, dengan salah tingkah. Kemudian kepalanya menggeleng pelan. Avin hanya menghela napas kemudian mengangguk.
Sedangkan Gerhana sedari tadi hanya memperhatikan Irena. Mungkin dirinya akan bertanya secara pribadi dan privasi dengan sahabatnya itu nanti. Untuk menanyakan kejadian tadi yang sempat dia saksikan.
Tidak ada percakapan selama sarapan selesai. Irena melangkah ke kamarnya untuk mengambil tas kerjanya. Dan kembali, menatap Avin yang berdiri di hadapan Ezra yang sedang mengancingi lengan kemejanya.
Penasaran dengan apa yang kedua laki-laki itu bahas, Irena mendekat namun lengannya segera ditahan oleh Gerhana. Kemudian kepala sahabatnya itu menggeleng seakan memberitahu jika Irena tidak boleh mendekat.
Irena hanya menghela napas, kemudian melangkah menuju stool untuk duduk di sana. Dengan tatapan yang tentu saja masih memperhatikan Avin dan juga Ezra.
KAMU SEDANG MEMBACA
Simple Heartbreak
Fiksi UmumCERITA 7 • • • Pilihan Irena cuma satu. Terus berjuang ... atau rela berkorban. Tapi mau sampai kapan dirinya harus mengorbankan segalanya hanya untuk Selena? Kembarannya. Sampai dia harus terjun dari lantai lima belas gedung Selena, atau sampai dia...