Simple Heartbreak ~ 25

31 4 0
                                    

Berada di ruangan serba putih yang di dalamnya terdapat meja kerja dengan beberapa barang yang menghiasi atas meja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Berada di ruangan serba putih yang di dalamnya terdapat meja kerja dengan beberapa barang yang menghiasi atas meja.

Ada papan nama, komputer beserta keyboardnya, rak berkas, bingkai foto yang terbalik menghadap lawan arah darinya, dan juga boneka kucing yang melambaikan tangannya.

Di depannya saat ini duduk seorang pria paruh baya yang umurnya mungkin sudah menginjak lima puluh tahunan ke atas, namun tidak membuatnya untuk segera pensiun.

Pria tersebut tersenyum, menatap Irena yang sedari tadi memperhatikannya sambil sesekali menunduk dan memainkan jari-jari tangannya.

"Saya kira kamu gak akan datang lagi ke sini?"

Irena kembali menatap pria bersnelli putih itu dan menghela napas pelan. "Terpaksa," sahutnya yang tentu saja seperti berbisik.

Dirinya memang kembali datang ke psikiater yang ada di Wirdana Hospital. Karna Irena tidak mungkin mendatangi Dokter Elshinta lagi. Apalagi ketika mengingat jika Dokter mentalnya tersebut merupakan Ibu kandung dari salah satu laki-laki yang harus dia jauhi saat ini.

Dokter Gunawan namanya. Beliau tersenyum dan mengangguk. Kemudian memperhatikan berkas di hadapannya, yang Irena bawa dari Dokter Elshinta. Surat rujukan tentu saja.

"Jadi ...." Dokter tua itu kembali menatap Irena. "Apa keluhan kamu?" tanya beliau dan membuat Irena kembali menghela napasnya kasar.

"Banyak," sahut gadis itu. "Tapi aku gak bisa terlalu terbuka dengan Dokter," katanya mengingatkan dan Dokter Gunawan mengangguk.

"Tidak masalah. Hanya belum bisa terbuka," sahut Dokter tua itu dan Irena mengangguk pelan.

"Tapi aku boleh tanya?" Irena semakin menatap Dokter Gunawan lekat, begitu juga dengan Dokter tua di hadapannya, namun bedanya Dokter Gunawan memberikan hiasan kerutan di kening keriputnya.

"Tanya apa tuh?" tanya Dokter Gunawan memperhatikan Irena.

Gadis itu menarik napas. Dirinya harus memastikan jika Dokter mental di hadapannya saat ini tidak memiliki kekerabatan apapun dengan Dokter Elshinta ataupun Ezra.

"Dokter Gunawan ... saudara Dokter Elshinta bukan?" tanya gadis itu, penasaran dan menunggu jawaban yang akan diucapkan Dokter pria paruh baya di hadapannya.

Dokter Gunawan tersenyum, kemudian menggelengkan kepalanya. "Saya senior Dokter Elshinta sewaktu kuliah psikologi dan juga lanjutan untuk sampai gelar Dokter," jelas beliau dan membuat Irena menghela napas lega tanpa sadar.

Gadis itu merasa ada setitik rasa bahagia, karna mendengar ucapan Dokter Gunawan barusan. Untunglah Dokter mental di hadapannya saat ini tidak memiliki kekerabatan apapun dengan Dokter Elshinta.

Irena kembali menatap Dokter Gunawan. "Kalau begitu, sampai di sini dulu, Dok. Lain kali aku datang lagi," ujar gadis itu yang hanya diberikan anggukan kepala oleh Dokter Gunawan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 7 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Simple HeartbreakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang