Jujur saja, Irena tidak benar-benar menyuruh Ezra datang ke apartemennya untuk menemaninya yan memang menjadi susah tidur.
Gadis itu tidak suka kopi. Dan jarang juga meminum kopi, jika tidak pada masa lembur di kantor yang mengharuskannya membuka mata sampai tengah malam atau pagi tiba lagi.
Bahkan Irena sudah kelimpungan sendiri, hingga air matanya keluar dan mengalir dari ujung matanya. Bergerak kanan-kiri hanya untuk membuatnya tidur.
Dan saat gadis itu ingin melangkahkan kaki menuju pantry untuk sekedar mengambil minum. Bel apartemennya berbunyi, dan dengan langkah ringannya Irena melangkah. Melihat seseorang dari lubang kecil yang ada di tengah pintunya.
Kening gadis itu segera mengkerut, ketika melihat Ezra yang berdiri di balik pintu apartemennya dan membunyikan bel berulang kali.
Dengan perlahan Irena menurunkan knop pintu, menariknya hingga pintu bercat abu-abu itu terbuka. Menampilkan Ezra yang menatapnya kemudian kedua sudut bibir laki-laki itu tertarik saat melihat Irena yang hanya menatapnya datar namun juga bingung.
"Kak Ezra ngapain?" tanya gadis itu dan mengerutkan kening, menghalangi pintu agar Ezra tidak masuk ke apartemennya.
Ezra tampak menaikkan sebelah alisnya mendengar pertanyaan Irena barusan. "Kamu lupa?" tanyanya dan gadis itu mengerutkan kening. "Kan kamu sendiri yang bilang mau ditemenin langsung di apartemen?"
Irena lantas menggelengkan kepalanya dengan cepat. "Nggak jadi. Itu cuma bercanda," sahutnya dan berharap sekali Ezra segera membalikkan badan serta melangkah pergi dari apartemennya.
Namun kenyataan saat mendengar suara perut Ezra yang berbunyi membuat gadis itu menatap pada perut laki-laki itu dan menatap Ezra yang sudah meringis pelan.
"Yaudah aku pulang dulu," kata laki-laki itu dan berniat ingin pergi dari sana.
Irena yang melihat itu langsung menahan Ezra dengan berdiri di hadapan laki-laki yang membawa tas kerjanya dan juga satu paper bag kecil yang ntah isinya apa.
"Mau aku bikinin mie instan gak?" tawar Irena karna tidak mungkin dan dirinya juga tidak tega jika membiarkan Ezra pulang dalam keadaan lapar.
Ezra menatap pintu apartemen Irena yang kembali tertutup kemudian kembali menatap gadis di hadapannya. Kepalanya bergerak mengangguk dan Irena segera berlalu untuk membuka pintu dengan kode akses. Dan menyuruh Ezra untuk masuk.
Gadis itu segera melangkah menuju pantry untuk membuatkan dua bungkus mie instan. Sedangkan Ezra meletakkan tas kerjanya dan juga paper bag pada sofa sebelum mengambil langkah mendekati pantry dan duduk di stool sambil memperhatikan gerak-gerak Irena yang sedang memasakkannya mie instan.
Hanya sebuah mie instan, tapi membuat Ezra sangat senang karna yang membuatkannya adalah Irena.
"Pedes?" tanya gadis itu saat menyiapkan dua mangkok di atas meja pantry sambil menatap Ezra yang tersenyum ke arahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Simple Heartbreak
General FictionCERITA 7 • • • Pilihan Irena cuma satu. Terus berjuang ... atau rela berkorban. Tapi mau sampai kapan dirinya harus mengorbankan segalanya hanya untuk Selena? Kembarannya. Sampai dia harus terjun dari lantai lima belas gedung Selena, atau sampai dia...