Simple Heartbreak ~ 19

63 13 1
                                    

Tidak bisa fokus, dan pikiran yang berkelana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tidak bisa fokus, dan pikiran yang berkelana. Membuat Irena pusing sendiri dan hanya bisa menyembunyikan wajahnya di balik layar monitor yang masih menyala hingga memancarkan cahaya yang mengenai wajahnya.

Gadis itu mencengkeram erat rambut-rambutnya yang sudah berantakan karna dia acak-acak sedari tadi.

Nena dan Teh Pipit yang melihat tingkah gadis itu hanya bisa saling melirik. Kemudian Teh Pipit menyenggol lengan Geno yang sibuk mengetik di keyboard laki-laki itu.

Geno menoleh, mengerutkan kening kemudian mengikuti arah kode yang Teh Pipit berikan padanya.

Laki-laki itu kemudian berdiri, melangkah mendekati meja kerja Irena yang berada di seberangnya. Di sebelah meja Gerhana yang orangnya sedang mengambil cuti saat ini.

Tangan Geno menyentuh bahu gadis itu, membuat Irena tersentak kaget dan segera menoleh. Menatap Geno dengan wajah yang memelas.

"Kita ngomong di luar," kata laki-laki itu dan menggenggam lembut lengan Irena, menariknya pelan menuju tangga darurat. Di mana tempat itu merupakan salah satu tempat yang sepi. Dan aman hanya untuk saling mengobrol berdua.

Geno menghentikan langkahnya pada dua tangga yang berbeda di bawah Irena, sehingga membuat tingginya dengan gadis itu hampir sama.

Laki-laki itu tersenyum dengan kedua tangan yang bergerak untuk merapikan helaian rambut Irena yang sangat berantakan. Tidak lagi sama dengan tatanan rambut saat gadis itu baru saja sampai kantor tadi pagi.

"Ada apa? Cerita aja," ujar Geno lembut dengan tatapan yang memperhatikan Irena, sedangkan gadis itu hanya diam.

Tidak ada jawaban dari Irena, membuat Geno menaikkan sebelah alis, kemudian mengelus rambut gadis itu saat dirinya berhasil merapikan kembali helai rambut kekasihnya.

"Gak mau cerita sama aku?" Geno bertanya, nampak kecewa dan kemudian Irena menghela napasnya.

Kaki gadis itu melangkah turun satu tangga, kemudian kedua tangannya segera melingkar dipinggang Geno. Memeluknya dan menyandarkan sebelah pipinya di dada bidang kekasihnya.

Laki-laki itu hanya tersenyum, membalas pelukan Irena dengan lembut dan mengelus punggung serta rambut gadis itu.

"Ada masalah?" tanya Geno lagi dan dia merasakan kepala Irena bergerak naik dan turun, hanya dua kali gerakan. Namun Geno sangat paham, jika sekarang kekasihnya sedang dalam masa berpikir keras. "Cerita aja," katanya lagi.

Irena mendongakkan kepalanya, namun tidak melepaskan pelukan Geno sama sekali, ataupun mengendurkannya.

"Kayaknya aku gak bisa ketemu Ibu kamu hari Sabtu nanti. Kamu gak papa?" Irena menatap Geno yang menunduk untuk menatapnya.

Tampak terlihat raut kecewa dari laki-laki itu, namun secepat mungkin Geno segera mengubah ekspresinya. Tangannya bergerak untuk membuat Irena kembali dalam posisinya. Tidak mendongak dan Geno hanya berdeham.

Simple HeartbreakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang