Simple Heartbreak ~ 9

101 12 0
                                    

Bingung dan hanya diam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bingung dan hanya diam. Itulah yang sedang dialami oleh Irena saat ini. Gadis dengan sweeter lilac dan celana jeans abu-abu, juga topi rimba hitam masih menatap ke arah depan, di mana Dokter Elshinta duduk sambil memberikannya senyuman lebar. Seperti biasa.

"Kamu mau kan?" tanya Dokter Elshinta, dengan kening sedikit mengerut karna melihat Irena yang hanya diam dan tidak menyahuti apa-apa setelah dia mengajak gadis itu untuk datang ke acara ulang tahuk anak gadisnya.

Irena menghelakan napasnya. "Begini, Dok." Gadis itu menatap Dokter Elshinta dengan lekat, begitu juga dengan wanita di hadapannya. "Apa alasan Dokter ngajak aku? Sebelumnya makasih udah undang aku. Tapi ... kayaknya kita gak terlalu dekat, apalagi harus bertemu dengan anak Dokter," jelasnya dan menggelengkan kepala.

Dokter Elshinya tersenyum. Tidak ada raut wajah marah ataupun kecewa saat mendengar ucapan yang Irena lontarkan.

Gadis di hadapannya ini memiliki kepribadian keras dan sulit untuk didekati. Sebenarnya.

"Bukankah kita udah setuju untuk berteman?" tanya wanita berjas putih itu, alisnya sedikit menaik namun senyumnya tidak pudar dari wajah cantiknya.

Irena kembali menghelakan napasnya. Kasar. "Aku ke sini cuma mau gantiin uang mojito waktu itu. Gak lebih, dan sepertinya aku juga udah gak bisa sering-sering datang lagi ke sini," ungkap gadis itu yang kali ini berhasil melunturkan senyum Dokter Elshinta.

"Kenapa?" tanya wanita itu penasaran dan bingung. Merasa tidak setuju jika Irena pergi begitu saja, dan berkata tidak akan datang lagi ke Mental's We Clinic.

Gadis itu lagi-lagi menggelengkan kepalanya. Kemudian mendorong selembar uang biru kepada Dokter Elshinta.

"Maaf waktu itu aku gak bawa uang jadi Dokter yang harus bayar dulu minuman aku," kata Irena. "Aku gak bisa datang lagi ke sini, karna ...."

Keduanya saling menatap. Dokter Elshinta dengan tatapan sendu dan terlihat sedih. Sedangkan Irena dengan tatapan tidak enak dan merasa berat.

"Aku gak mau ada orang lain yang tahu aku pernah dan selalu datang ke sini. Apalagi saudara atau kerabat." Gadis itu menggeleng. "Omongan mereka bisa menusuk aku, dan aku gak mau mereka menyebarkan fitnah hanya karna aku."

Dokter Elshinta segera menarik tangan Irena, saat gadis itu ingin menurunkan tangan dari atas meja. Menggenggamnya dengan lembut.

"Gak ada yang tahu kamu datang ke sini. Saya yang urus nanti," kata Dokter Elshinta dan menatap Irena dengan tatapan memohon. Seakan berkata, jika Irena tidak bisa pergi begitu saja meninggalkannya.

"Aku suka datang ke sini. Dokter menjadi teman baik aku akhir-akhir ini." Gadis itu mengangguk pelan. "Tapi aku gak tahu takdir apalagi yang bisa mempermainkan aku selanjut, Dok." Kemudian Irena menggelengkan kepalanya. "Aku capek, aku merasa lelah karna terus disudutkan. Aku gak mau ambil masalah besar yang gak tahu akhirnya bakal kayak gimana."

Simple HeartbreakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang