18.run ale run

20 4 2
                                    

Umi terduduk di Pantry memandangi Ben yang masih membersihkan pecahan kaca dari Mug yang dibawanya....

... Mauliate cinta pertamaku.....

Apa maksudnya itu tadi?... Jantungnya berdebar kencang... Kenapa sekarang aku dikelilingi mereka...? Kaum kaum terkutuk yang kudengar dari mulut mulut tokoh agama dan cibir ibu ibu di tengah masyarakat... Yang kupaham sejak semula dari pesan buku buku dan orang tua bahwa mereka tersesat sekarang seolah olah datang dan mengeroyok ku?

Apa salahku pada mereka?  Kesal Umi dalam hati....

Ben membuang serokan sampah berisi pecahan kaca itu ke kotak sampah di pojok dapur... Lalu kembali dengan cangkir berisi teh hangat....

"Shock? " Senyumnya seraya memandangi si perempuan....

"Bertanya tanya... " Ucap Umi galau...

"Umi yang guru... Umi yang lebih memahami maksud dari kalimat yang kuucapkan... " Lanjut Ben kemudian...

Umi terkekeh sarkas "tentu saja aku mengerti Pak Ben.... Yang aku gak ngerti kenapa tiba tiba aku seolah-olah dikeroyok... Kalian.... " Ujarnya tak tega berkata kata

"Homo? " Senyum Ben hangat, Umi sejenak berjengit.... "Yeah... Itu lah.... " Timpal si perempuan tidak nyaman....

"Dan kenapa Umi merasa... Dikeroyok? " Timpal Ben Taktis

Umi terdiam mendengarnya....

"Sejak Umi kehilangan Dimas.... Abah sakit.... Bukannya homo homo ini yang selalu ada buat umi? Ale took care of your grandson... Ate ngurusin taneman? " Lanjut Ben kemudian

Umi tertawa pelan "tapi itu karena aku belum tau... Itu karena kalian menjebakku.... " Timpalnya kesal...

"Buat apa? " Lanjut Ben...

"Buat berpikir bahwa kalian baik... Kalian gak akan ngerusak apa apa... ? " Timpal Umi defensif

"Dan apa yang kami rusak? " Lanjut Ben...

"Masa depan anak anak seperti Matahari... Seperti Pascal...? " Kesal Umi lagi

Ben menarik napas panjang "hidup kami sulit mi.... Apa kami cukup bodoh, jahat dan tega untuk merusak anak anak itu? " Dinginnya

"Tapi mereka meniru.... " Sengit umi lagi

"Dan kami sebagai orang indonesia yang seumur hidup di antara masyarakat indonesia cukup bodoh untuk ciuman dan pelukan di depan anak anak? " Lurus Ben kemudian...

"Kamu gak ngerti Ben... Matahari look up to Ale... Dia idolanya... Dia pahlawannya... " Resah Umi dengan nada memohon...

"Dan Matahari bisa terus mengidolakan Ale tanpa harus menjadi seperti Ale.... Ale ngerti apa yang pantas dan apa yang tidak.... " Sahut laki laki tampan di hadapan Umi itu

"Look... Mi.... Kita mungkin berbeda pandangan.... Tapi aku bisa pastikan... Kami bisa pastikan... Bahwa kami gak akan berusaha merubah apa apa yang sudah Umi tentukan... " Ujar Ben dingin

Umi hanya terdiam mendengar kata kata Ben...
"Lebih baik sekarang kita istirahat... Mudah mudahan besok pagi kita semua mendapatkan ilham bagaimana cara menyelesaikan kekacauan ini tanpa menyakiti siapa siapa" Ujar Ben seraya meneguk habis kopi hitamnya dan meninggalkan Umi terduduk sendiri di Pantry itu

.... Dimas...... Pikir umi sesaat di kepalanya

"Kamu meninggalkan Matahari sebagai amanah untuk Umi... Umi janji umi akan jaga dia baik baik" Lirih perempuan itu berairmata

*********
"Kapan Ale balik? " Ujar Ndalu yang memandangi Ibunya di meja makan kediaman mereka di daerah Fatmawati....

"Lagi banyak urusannya dia... Biarin dulu lah... " Timpal sang Ibu yang masih mengupas pisangnya..

Pria Pohon dan Matahari yang terburu buru : Ayat 3Where stories live. Discover now