13.The Ego has landed

22 4 0
                                    

"Dan kau gak biarin aku kerja hari ini? " Ujar Ben ngos ngosan di bawah tubuh Ate yang berkilauan.... Si Muda menyentuh lembut pipi brewokan Ben....

"Biar tulang mengerti.... Tulang gak perlu kemana mana... " Lanjut si tampan hangat seraya mengecup dahi laki laki yang lebih tua

"Kemana mana gimana.... Kau duniaku amang..." Timpal Ben mengusap dahi basah Ate....

"Jadi kalo gitu Gracias surganya? " Lirih Ate... Bibirnya mengecup pelan jemari Ben.... Pria yang lebih tua merasakan letupan api dalam kalimat si laki laki sewarna tembaga itu...

Ben terdiam sementara Ate memakai boksernya dan berjalan meninggalkan kamar tidur....

Ben menarik napas panjang dan berdiri mengejar Ate..... Si bongsor berjalan menuju Pantry dan menyalakan kompor

"Hasian.... " Lirih Ben kemudian....

Ate berbalik sesaat dan tersenyum pahit "aku lapar... Mau mi instan? " Tawarnya kemudian

"It's not just lapar kan Baby? " Ben memeluk Ate dari belakang dan mengecup tengkuknya perlahan....

"It's.... Just... Insecure.... Yeah.... Insecure... " Jawab Ate kemudian .... Tangannya menggenggam erat jemari Ben yang bermain main di sela jemarinya....

"Akupun insecure.... " Lirih laki laki yang lebih tua...

"Takut kau terhanyut kembali pada cinta pertamamu? " Lembut Ate kemudian.... Dibawanya jemari ben ke bibirnya dan dikecupnya dalam dalam....

"Dia bangkit dari kematian after all Hasian... Ada banyak rahasia.... Ada banyak hal yang janggal... " Keluh Ben

Ate tertawa ketika Ben mempererat pelukannya... Dirasakan bibir Ben mengecup kepala belakangnya dalam  dalam

"Dia gak benar benar mati kan tulang? " Lirih sang laki laki muda...

"I know.... Cuma kenapa dia harus pura pura mati? Itu menakutkan.... " Sahut si setengah baya kemudian.... Air di Panci sudah mendidih... Ate mendorong pelan tubuh laki laki di belakangnya dan menyuruhnya untuk duduk di meja

"Gak akan tenang kalo ngobrolnya sambil laper.... Mi kuah... Telur setengah matang.. Dengan banyak sekali Caisim dan rawit? " Tawar Ate dalam senyuman manisnya

Ben yang terduduk di kursi mengangguk seketika... "Kau begitu mengerti aku... mana mungkin ku pergi... " Tawanya ringan

Ate hanya tersenyum sekilas

Kalau saja ini hanya tentang mie instan tulang.....

********

"Bagaimanapun mas harus makan.... " Ucap Ale dingin seraya membantu Jati terduduk di ranjangnya....

"Apa kamu gak apa apa? " Lirih Jati memandangi si muda yang sedang mengaduk bubur untuk makan si tampan yang sedang lemas itu

"Kalo aku kenapa napa sementara mas juga lagi kenapa napa gak kelar kelar nanti problemnya, ganteng... " Senyumnya terpaksa

"Le"... Lirih Jati seraya menyentuh pipi ranum si cungkring... Jendela yang terbuka menampilkan langit sore membiaskan matahari keemasan di wajah Allegro.... Mata besarnya tampak lelah... Tapi senyum terbaik tak pernah hilang dari wajahnya.... Wajah manusia baik yang Jati khianati....

" Mulutnya fokus makan dulu ya mas, please... Habis ini kita perlu ngomong banyak... " Lanjut pria mungil itu masam

"Apa Ale mau meninggalkan Mas? " Lirih Jati perlahan...

Allegro terdiam... Mata terlukanya memandangi si tampan yang masih terduduk lemas itu... Kemudian perlahan dia menarik napas panjang....

"Ale sekarang mau nyuapin mas.... Dan tentang meninggalkan.... Well... Ale akan tetap disini... Tapi kalau mas Jati mau pergi... Ale gak akan bisa apa apa... Mas tahu kemana mas harus pulang... " Lirihnya Arif... Perlahan tangannya menyuapkan bubur ke bibir tipis laki laki lemas yang terduduk di ranjang itu....

Pria Pohon dan Matahari yang terburu buru : Ayat 3Where stories live. Discover now