23. regrets

26 4 3
                                    

Jati terdiam di beranda memandangi bulan besar yang menggantung di langit, makan malam sudah lama usai para tamu kembali melanjutkan aktifitas masing masing.... Terasa luka di sudut hati si tampan...

Allegro sudah telepon bahwa Bapak baik baik saja... Mereka akan tinggal 2-3 hari di Bali untuk kemudian kembali ke Jogja... Ini seharusnya menyenangkan karena akhirnya janji yang terucap tujuh tahun lalu berhasil Bapak tepati tapi harga itu.... Harga yang harus dibayar Jati terasa sangat mahal

Aku cinta Allegro... Aku mau dia saja yang ada di sisiku... Tapi aku lemah... Aku lelah.... Dan dari segala kelemahanku sebagai manusia aku berdosa ... Aku mengkhianatinya....

Dia membenciku dan aku gak punya muka untuk memintanya kembali....

Aku tak sadar mengangkat bahuku.... "Tidak ada yang datang...maka tidak ada yang pergi kan? " Lirihku... Airmataku berjatuhan lagi....

Jika ini hukumanku.... Biarlah aku jalani...

Aku mencintai Allegro... Dan aku akan membiarkannya bahagia... Walau tanpaku....

"Mas Bengong..... " Sebuah suara mengagetkan Jati..... Dia berbalik dan melihat pria tanggung yang tersenyum masam di hadapannya

"Hei Nak.... Mau kubantu beres beres...? " Timpal si Tampan memandangi Pascal yang baru saja datang

"Beres beres untuk apa? " Lirih bocah yang lebih muda

"Kau akan tinggal bersama ibumu kan? Beberapa hari di Jogja untuk terus mengikutinya kemanapun dia pergi...? Akhirnya menghidupi kehidupan normal? " Lanjut Jati Patah hati...

Pascal tersenyum "emang mas Jati gak akan kesepian? Emang Pascal gak boleh temenin mas Jati? " Ujarnya seraya menghambur memeluk sang kakak

Jati perlahan mengelus kepala si muda " Datang itu sepasti pergi cah bagus.... mas Jati bisa menerima keberadaan Pascal... Mas Jati juga harus siap sama ketidakberadaan Pascal... Mas Jati sayang Pascal... Dan mas Jati harus support kebahagiaan Pascal..." Ujarnya perlahan

"Aku udah menemukan kebahagiaanku mas.... Dan aku gak akan menukarnya dengan apapun" Si muda tersenyum lebar memandangi laki laki yang lebih tinggi...

Jati tersenyum dan mencolek hidung sang adik "maka pergilah... Mas Jati juga akan selalu bahagia melihatnya dari jauh... " Ujarnya tergetar dengan pandangan patah hati...

"Berapa jauh? 10 meter... 15 meter? " Cengir Pascal seraya melepaskan pelukannya

Dahi Jati mengernyit "apa maksudmu nak? "

Pascal terkekeh "bahagiaku di sini bersama mas tersayangku... Aku akan Jaga mas sampai kapanpun... Dan aku gak akan menukar ini... Menukar kita dengan apapun... Ibu Rahayu boleh sesekali berkunjung... Tapi nggak ....aku gak akan ikut dia" Senyum Pascal lebar seraya membuka pelukannya...

Jati terdiam kemudian mengejar pelukan si muda... Tangisnya pecah..... Pascal menepuk nepuk bahu laki laki yang lebih tua... Dia gak akan pergi... Mas Jati amat membutuhkannya sekarang....

********

"Matahari sudah tidur... " Lirih Abah ketika Umi membawa mangkuk mengepul dari dapur...malam itu di rumah mereka di daerah gowongan

"Dan apa yang dia katakan? " Ujar Umi seraya menaruh mangkuk yang dibawanya ke meja makan

"Iya... Enggak.. Hooh... Yes... No... Gak banyak" Jawab Abah seraya terduduk di meja makan

"Aku pengen sayur sop... Dan kupikir kau perlu sedikit hangat di perutmu " Timpal Umi seraya menyendokkan nasi ke piring Abah yang hanya tersenyum ringan

Pria Pohon dan Matahari yang terburu buru : Ayat 3Where stories live. Discover now