19.written by the hands of gods

27 4 3
                                    

"Abah bawa Gudeg suwir Pasar Kranggan... Makan yuk " Senyum Laki laki tua yang baru saja datang sementara Jati menyapu front office hostel pagi itu

Si muda memandangnya kesal.... "Gak ada rasa bersalah ya.... " Kesal Jati seraya berjongkok menyapu kolong kolong sofa

"Jati masih kesal? " Senyum Abah hangat... Si Muda menolehkan pandangannya seraya mencibirkan bibirnya

"Jati masih kesal..." Ulang si muda masam

Abah terkekeh mendengarnya...."kan yang terjadi kemarin itu bukan salah aja... Kamu juga ambil bagian lho... " Ujarnya seraya terduduk di sofa lobby....

Jati berdiri kemudian mengkertakkan badannya... "Ya itu... Makanya Jati kesel... Gara gara Jati labil.... Jati kehilangan Ale... " Manyunnya...

Abah terbengong memandangi si muda "jadi putusnya beneran? " Gumamnya tak percaya

Jati memutar matanya "kan ngewenya juga benar" Gumamnya pahit....

"Benar benar eksepsional" Cengir Abah kemudian

"Buaya timur tengah" Kesal Jati yang segera berdiri meninggalkan abah dan berjalan menuju dapur

"Aku bantu apa ti? " Teriak abah kemudian....

"Jangan Flirtang Flirting... Abah laki orang dan aku masih mau berkabung tentang Ale... " Teriak Jati asal...

Abah sedikit tertawa mendengarnya....

Kami kembali membuat kesalahan bodoh... Kesalahan bodoh yang anehnya saat itu membuatnya terasa lengkap... Jati dan dirinya selalu punya perasaan itu... Perasaan sendirian... Perasaan dibuang.... Panji sempat kembali dan Panji selamanya pergi.... Luka yang sempat terobati meradang kembali... Sejenaknya bersama Jati adalah usaha lari dari luka dan tampaknya luka itu kembali menangkapnya.....

Teringat sejenak pembicaraannya dengan Matahari sesaat di beranda kelas sebelum jam masuk sekolah tadi pagi

"Apa itu artinya Papa Le membenci Baba? " Mulai si kecil

"Itu? " Balik Abah bertanya, si kecil mengangguk sedih

"Iya... Tinjuan waktu itu... " Lanjut Si Kecil

"Baba pikir... Papa Le waktu itu hanya marah... Salah paham kecil lah... " Senyumnya berusaha menenangkan Matahari

"Baba sih... Nyolong" Ujar si kecil kesal

Jantung laki laki yang lebih tua sejenak mencelos... Apa ini?... Apa Matahari ngerti yang beginian.... ?

"Nyolong Gimana sayang? " Timpal si Tua gagap mencoba mengklarifikasi....

"Kalo Baba mau berteman juga sama Papa Jati... baba harusnya bilang sama Papa le... Papa le pasti boleh kalo Abah sekali sekali main sama om Jati... Atau Ya kalian main bertiga aja... Sama sama gembira ... Sama sama adil... Gak ada yang merasa ditinggalkan... " Cerocos si kecil panjang lebar ....

"Main? " Dahi Abah berkerenyit

"Iya.... Main ... Jalan jalan.... Main PS..... Yang gitu gitu lah" Lanjut Si Kecil Polos.....

"Hehehehe.... Iya tentu saja Nak... Baba udah tua... Banyak lupanya.... " Senyum laki laki setengah baya itu seraya mengelus rambut si kecil....

... Gantian... Main bertiga..... Tentu saja ini dalam kacamata polos si kecil..... Bukan definisi mesum kepala tuanya

"Baba minta maaflah sama Papa Le... Mungkin ini semua bisa diperbaiki.... " Lanjut Matahari serius...

"Siap Jenderal.... Baba akan perbaiki ini semua... Baba janji... " ujar laki laki yang lebih tua tepat saat Bel sekolah berdering ....

Pria Pohon dan Matahari yang terburu buru : Ayat 3Where stories live. Discover now