Setelah aku tertawa kecil pada diriku yang bisa dengan jujurnya menunjukkan bahwa aku tersipu oleh omongan Regina, aku tertawa bersama Regina dan untuk sesaat aku dapat melihat wajah Regina sudah jauh lebih tenang daripada sebelumnya dan kini ia kembali tersenyum seraya memegang tangan ku dan balas tertawa kecil kepadaku.
"Terimakasih ya Arga... aku tahu kamu tak akan pernah membuatku kecewa sejak pertama kita bertemu... aku senang dapat bertemu dengan mu, Arga" Ucap Regina dengan suara lembut yang biasa aku dengar saat ia sedang memuji seseorang.
"Sama-sama ya... aku juga senang dapat mengenal mu" Jawabku seraya menatap nya.
Rambut panjang Regina tergerai cantik tertiup angin sore yang membuatnya semakin cantik dan mempesona bagaikan seorang bidadari yang turun saat pelangi tengah menghiasi langit setelah hujan. Aku tak pernah bosan melihat kecantikan paras Regina yang begitu mempesona, namun sejauh yang aku tahu, Regina sedang tidak ingin memiliki kekasih karena ia ingin segera menyelesaikan kuliahnya dan segera melanjutkan studinya ke Belanda. Hal ini tentu membuat aku sangat menghormati keputusannya, dan seluruh rekan dramanya pun turut memberikan dukungan yang baik sehingga drama ini dapat berjalan dengan baik.
Aku tak pernah menyangka dapat bertemu atau mengenal seseorang seperti Regina, yang begitu rendah hati dan juga baik dan gigih dalam upaya nya dalam mengejar impian. Regian juga yang selalu memotivasi ku dan teman-teman lainnya untuk selalu semangat dalam mengejar impian kita walau seberat atau sejauh apapun langkahnya.
"Arga, aku ingin bertanya... namun aku ingin kamu menjawab dengan jujur ya" Tanya Regina dengan wajah serius.
"Apa? kamu ingin bertanya apa?" Sahutku seraya menatapnya dengan tatapan penasaran.
"Apakah kamu juga merasakan yang aneh tentang dua orang yang barusan kita temui dibelakang panggung? maksudku, apakah kamu juga merasakannya?" Tanya nya dengan wajah yang terlihat sedang berpikir, "Karena benar apa kata mu, aku tak pernah ingat memberikan Pandu kain itu untuk pertunjukkan drama ini" Lanjutnya.
"Akupun demikian, seakan mereka memang tidak berasal dari sini... dan secara tiba-tiba ada disana... namun, tadi bukannya kata mu... Chelsea tergeletak disana? namun kemana dia?" Jawab ku.
"Itu sesuatu yang aku tidak tahu, tapi jujur aku melihat Chelsea pingsan dan tergeletak disana... namun, saat dua orang asing itu tiba... Chelsea turut menghilang"
"Hmm... menurutmu, siapakah mereka? apa ya tujuan mereka datang kesini?"
"Entahlah, namun aku tak tahu mengapa saat melihat mereka, aku mimisan... berarti sesuatu yang kuat dan besar berada disekeliling mereka"
Aku mengangguk paham, tapi memanglah benar bahkan aku turut merasakan kekuatan itu saat berada disekitar kedua orang asing itu. Namun, siapakah mereka?
Jauh dari tempat Arga dan Regina di taman dekat belakang panggung, Alya dan Mira yang sudah berganti pakaian tengah berjalan bersama mencari Regina untuk mengabari masalah konsumsi yang sudah diambil, namun mereka tak menemukan Regina ataupun Arga dimanapun. Hingga mereka akhirnya memutuskan untuk mencarinya mengitari komplek Candi Prambanan, seraya berjalan mencari Regina dan Arga mereka berbincang dan sesekali tertawa.
Mereka merupakan sahabat yang jauh lebih mirip seperti saudara daripada sahabat karena persahabatan mereka yang sangat lengket. Regina pun tak bisa memisahkan mereka untuk tugas yang berbeda, karena Alya jauh lebih pemalu daripada Mira. Sehingga jika Mira memegang peran maka bagaimana dengan Alya yang akan menjadi kru belakang panggung pasti akan membuat mereka merasa iri, dan Regina tak ingin hal seperti itu terjadi. Terlebih, ibu nya Mira membuka katering sehingga jauh lebih pas jika Alya dan Mira bersamaan mengurusi konsumsi untuk drama.
Akupun menyetujui karena saat casting, Mira terlihat kurang serius dan jauh lebih banyak bercanda sehingga membuat aku harus memilih rekan lain yang bisa serius dalam menjalankan karakter yang akan di perankan. Regina menerima usul ku dan akhirnya ia menetapkan keputusan bahwa Alya dan Mira akan bekerjasama di belakang panggung.
Alya dan Mira menyusuri seluruh komplek Candi Prambanan dan saat mereka tiba didepan Candi terbesar, alangkah terkejutnya mereka melihat pintu Candi itu terbuka lebar dan terlihat seseorang tergeletak tak berdaya disana.
"Itu... itu manusia kan?" Tanya Mira dengan suara gemetar menahan takut.
"Kurasa? baiknya kita cari tahu... siapa tahu itu pengunjung atau orang yang membutuhkan bantuan?" Jawab Alya sambil melangkah mendekati pintu Candi tersebut.
"Al tunggu, kamu yakin? tak kita biarkan saja?" Ucap Mira sambil menahan tangan Alya agar tak berjalan lebih dalam menuju Candi tersebut.
"Aku yakin... ayo, kamu dibelakang ku saja" Jawab Alya dan mereka berdua melangkah perlahan menuju sosok yang tergeletak itu.
Angin berhembus perlahan menambah rasa takut mengiringi setiap langkah yang mereka ambil, namun sebagaimana rasa penasaran jauh lebih kuat daripada takut, maka langkah mereka terus maju menuju sosok itu.
Saat mereka tiba, alangkah terkejutnya mereka melihat sosok itu adalah, Chelsea yang tergeletak tak berdaya dan wajahnya tertutup rambut pirangnya yang panjang. Terlihat juga selendang serta kain nya turut tergelar berantakan seakan ada seseorang yang menaruh nya dengan sengaja didalam sini.
"Astaga Tuhan! Chelsea... Chelsea bangun... astaga Chelsea" Kata Alya seraya berusaha membangunkan Chelsea.
"Chelsea... Chelsea... kumohon... Chelsea" Sahut Mira sambil menepuk pelan pipi Chelsea.
Setelah beberapa saat, akhirnya Chelsea sadar dan segera menangis dan bertanya kepada Alya dan juga Mira dimanakah ia berada. Chelsea melihat selendang kuning yang dikenakan oleh Alya membuatnya teriak histeris dan hal ini menarik perhatian Regina dan Arga yang sebenarnya cukup jauh, namun karena suara Chelsea sangat kencang membuat Regina dan Arga turut mendengar suara teriakan Chelsea.
Regina dan aku segera berjalan cepat menuju arah datangnya suara teriakan itu, dan saat sesampainya disana alangkah terkejutnya melihat Chelsea sudah menangis kencang seraya memeluk Alya sementara Mira tampak takut mendekati Chelsea. Aku pun turut berjalan naik menuju Chelsea yang masih bersimpuh di lantai.
Regina turut memeluk Chelsea dan berusaha menenangkan nya namun Chelsea tetap menangis keras dan seakan tak ingin diganggu untuk beberapa saat.
"Chelsea, apa yang terjadi? kenapa kamu disini? bukannya kamu ada di belakang panggung? kamu kenapa?" Tanya Regina dengan panik sambil berusaha memeluk dan menenangkan Chelsea.
Namun Chelsea tak menjawabnya, ia terus menangis dan kini berbalik memeluk Regina dan melepaskan Alya. Seakan Chelsea juga merasakan apa yang sebelumnya dirasakan juga oleh Regina. Regina memeluk Chelsea dengan erat, walaupun belum lama mereka habis bertengkar namun bagaimanapun juga, Chelsea merupakan teman nya dan saat ia sedih Regina tetap tidak bisa meninggalkan nya seorang diri.
"Alya, tolong kamu cari pak Pratama dan katakan kalau Chelsea ada disini dan sedang tidak baik-baik saja" Kata ku dan Alya segera berjalan meninggalkan Mira, aku, Regina dan Chelsea didalam Candi.
Saat Alya tengah berjalan cepat menuju ruang ganti untuk mencari Pak Pratama, ia melihat sesuatu yang bersinar dan sangat terang berasal dari dalam ruangan belakang panggung, saat ia mendekati ruang belakang panggung, cahaya itu bersinar jauh lebih terang dan bercahaya berubah menjadi kemerahan... saat ia hendak mendekati, cahaya yang begitu terang kini diikuti oleh suara gemuruh yang begitu besar hingga membuat Alya sangat terkejut dan...
KAMU SEDANG MEMBACA
👑PRAMBANAN👑
Romance👑BUKU KE 1 DARI PRAMBANAN TRILOGI👑 🎖️Spotlight Bulanan di Romansa Indonesia pada bulan Agustus 2024 kategori "Dangerous Love" atau "Cinta yang Berbahaya"🎖️ Kekacauan terjadi ditengah pertunjukkan drama di salah satu situs bersejarah di Indonesia...