Dengan menghilangnya Raden Bandung, Putri Roro, Prabu Boko, Arga, Pandu, Dhafin, Raka serta Regina ke angkasa, membuat komplek Prambanan kembali seperti sedia kala. Cahaya mentari nan hangat serta indah kembali menyinari senja di Prambanan. Angin lembut kembali mendesir mengikuti alunan nada sore hari yang indah. Langit yang semula terbelah dan berwarna merah pekat, kini berubah menjadi warna langit senja jingga ke-ungu-an yang melukiskan keindahan tiada tara bagi anak senja yang menyukai matahari terbenam.
Keadaan Prambanan yang tadinya sempat porak poranda seperti habis dihancurkan oleh badai dan beberapa pohon terbakar serta tanah yang terbelah akibat Prabu Boko, kini semuanya kembali seperti sedia kala dengan kehijau-an rumput yang dapat menyegarkan mata yang lelah setelah seharian bekerja ataupun memiliki kesibukan yang berat. Semuanya kembali seperti sedia kala seperti tidak terjadi apapun. Semuanya hampir se-indah sebelum kekacauan terjadi namun, sesuatu yang tak bisa kembali seperti semula ialah pak Pratama serta Alya dan Mira yang saat ini sudah dalam keadaan sekarat dan mungkin akan segera mati dalam waktu singkat.
Farras dan Rachman yang sama-sama terkejut sekaligus takut dengan keadaan barusan, segera pergi berlari menuju pak Pratama di panggung dan berusaha untuk menyelamatkan nya dan membawanya ketempat yang lebih nyaman dan mereka berusaha untuk memanggil tenaga medis, begitupun dengan Deta dan Chelsea yang saat ini sudah kembali lagi ke Komplek Prambanan dan segera pergi mencari Alya dan Mira yang masih berada didalam Candi utama. Mereka ber-empat merasa kebingungan dan tak tahu harus apa dengan kekacauan serta kejadian yang baru saja terjadi, seakan itu semua hanyalah mimpi dan mereka baru saja terbangun. Namun, laksana mimpi meninggalkan sisa kenangan, kejadian ini menyisakan pemandangan mengerikan saat kemudian mereka sadar bahwa ini semua nyata. Bahkan terlalu nyata untuk dapat disangkal hanya sekedar bayangan ataupun mimpi.
Deta dan Chelsea yang sudah sampai di Candi utama sesuai dengan arahan Rachman dan Farras dari Arga sebelumnya, kini melihat Alya dan Mira tergeletak tak sadarkan diri di dalam Candi dan hampir tak bernafas sedikitpun. Chelsea dan Deta yang panik segera berjalan mendekati mereka dan memperhatikan kalau sebenarnya mereka masih hidup, hanya saja nafas mereka sangat sulit.
"Astaga Tuhan, Alya... Mira... apakah kalian bisa mendengar ku ? Alya... Mira?" Tanya Deta dengan panik sambil berusaha untuk tetap menyadarkan Alya dan Mira yang sepertinya sudah mulai kehilangan kesadaran dan sebentar lagi mungkin akan pingsan.
Disisi lain, Chelsea yang melihat potongan selendang kuning itu pun tampak gelisah dan takut, dengan tangan gemetar ia segera mengambil sobek-an dari selendang itu dan memperhatikan-nya dengan seksama sambil terus berusaha meyakinkan dirinya, bahwa itu bukanlah potongan selendang yang sempat membuatnya histeris dan pingsan di belakang panggung sebelum kejadian mengerikan itu terjadi. Saat ia menyentuhnya dengan gemetar, kembali pandangan tentang kejadian sebelumnya muncul tepat dihadapan nya dan kali ini membuat ia kembali menjerit histeris.
"TIDAKKK!!!" Teriak Chelsea seraya melempar potongan selendang itu seraya menangis dan melemparnya jauh-jauh dan menutupi wajahnya dengan tangan.
"Kamu kenapa? itu apa? Chelsea?" Tanya Deta yang kini semakin khawatir dengan keadaan ketiga teman nya yang sama-sama seperti mengalami kejadian mistis yang tak ia ketahui bagaimana cara menyembuhkan nya.
"Ia disini... ia ada disini... ini semua salahnya! ini ulahnya!" Jawab Chelsea yang kini membuat Deta semakin binggung dan takut.
"Apa maksudmu? siapa yang disini? siapa yang kamu bicarakan?"
"Dia... dia dengan pakaian seorang Putri dari Keraton Jawa... dia yang membuatku pingsan... dia disini! potongan kain kuning itu adalah selendang nya"
"Siapa? Putri dari Keraton? Chelsea, apa yang kamu bicarakan?"
"Deta... mereka sudah disihir dan di jerat... kita tak bisa menolong mereka... kita harus mencari Farras dan Rachman... kita harus segera membawa mereka pergi dari sini"
Dengan demikian, saat Deta hendak menyentuh tangan Alya seketika Deta merasa seperti ada listrik yang menjalar ke tubuhnya dan membuatnya cukup terserang oleh sengatan itu. Deta menjerit histeris dan dengan cepat Chelsea menarik Deta keluar dan membawanya menuju panggung untuk menemui Farras dan Rachman yang saat ini masih mengurusi pak Pratama yang terlihat sekarat.
Saat Chelsea dan Deta sampai, Farras dan Rachman sudah berdiri mematung dengan wajah tegang dan takut. Muka mereka turut menjadi pucat dan gemetar penuh rasa takut. Di tengah keadaan ini akhirnya Chelsea memutuskan untuk tidak bertanya melainkan melihat langsung, baik ia dan Deta sama-sama menutup wajah mereka dengan tangan dan menahan teriakan mereka saat melihat pak Pratama sudah tewas dengan keadaan yang cukup membuat siapapun yang melihatnya takut.
"Aku bukan pembunuh! ini bukan salah ku!" Teriak Rachman dengan panik.
"Aku tak tahu... ia sudah seperti itu sejak kami datang... ini bukan salah kami... kami bukan pembunuh!" Timpal Farras dengan histeris dan keduanya sama-sama menatap dengan wajah takut dan gelisah akan pak Pratama yang sudah meninggal dengan keadaan yang mengenaskan.
"Ini bukan salah kalian.. ini salah Putri Keraton itu" Kata Chelsea dengan wajah takut namun penuh dengan amarah nya.
"Apa? siapa?" Tanya Rachman dengan binggung.
"Kalian pasti tahu dan melihatnya kan? sosok itu... sosok cantik nan jelita dengan pakaian laksana Putri dari Keraton Jawa dengan bunga melati menghiasi rambutnya... ia mengenakan selendang" Jawab Chelsea dan semua pandangan tertuju pada Chelsea.
"Maksud mu, ada sosok supernatural?" Tanya Farras binggung namun ia tampak memikirkan apa yang tengah dikatakan oleh Chelsea.
Chelsea kemudian menjelaskan apa yang terjadi sebelum ia pingsan di belakang panggung bersama dengan suara yang ia dengar dan apa yang ada disamping Mira dan Alya didalam Candi utama itu. Ia turut menjelaskan bahwa Arga dan Regina turut terlibat dan Chelsea menuduh bahwa ini semua ulah Arga dan Regina yang membawa serta memanggil sosok itu untuk datang ke acara ini. Ia juga mengatakan bahwa ini semua sudah tidak benar dan mereka harus segera melapor kepada tenaga medis dan pihak berwajib namun ketakutan telah menguasai Rachman dan Farras.
"Tidak! aku tidak mau! lebih baik kita pergi dan tinggalkan mereka saja!" Ucap Rachman dengan wajah takut dan gemetar.
"Kau gila? ia adalah dosen kita! penanggung jawab acara ini! bagaimana bisa kita meninggalkan mereka? dimana Arga dan Regina serta Raka dan yang lain-nya?" Tanya Deta dengan wajah serius pada Farras dan Rachman.
"Dimana Arga?" Sahut Chelsea dengan kesal seakan ingin menampar Arga dengan sekuat tenaga.
"Mereka hilang... mereka sudah tidak di dunia ini... mereka terbawa oleh raksasa itu ke angkasa bersama dengan Putri yang kamu jelaskan tadi... dan satu orang laki-laki bangsawan nan rupawan membawa mereka pergi ke angkasa" Jawab Farras gemetar karena Farras dan Rachman sama-sama memperhatikan itu namun mereka tak bisa berbuat apapun saat mereka hendak pergi, Raksasa itu menghadang mereka.
"MEREKA APA?!" Teriak Deta dan Chelsea secara bersamaan dan keduanya jatuh pingsan tak sadarkan diri saat mendengar hal tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
👑PRAMBANAN👑
Romance👑BUKU KE 1 DARI PRAMBANAN TRILOGI👑 🎖️Spotlight Bulanan di Romansa Indonesia pada bulan Agustus 2024 kategori "Dangerous Love" atau "Cinta yang Berbahaya"🎖️ Kekacauan terjadi ditengah pertunjukkan drama di salah satu situs bersejarah di Indonesia...