PUPUH 23

17 2 0
                                    

Cahaya terang yang membutakan itu ialah sebuah mobil. Sebuah mobil yang aku tahu betul milik siapa. Mobil itu segera berhenti tepat beberapa langkah dari tempat kami berdiri. Aku segera menatap mobil itu saat pintu nya terbuka dan menampilkan Rachman dan Farras beranjak turun dari mobil dengan wajah gelisah dan takut secara bersamaan. Aku menatap wajah Farras yang juga sama takutnya seperti kami semua. Dhafin yang panik segera menghampiri Farras dan Rachman serta menjelaskan apa yang terjadi sementara Raka, aku dan Regina segera pergi ke sisi mobil untuk tidak menganggu obrolan Dhafin dengan Rachman dan Farras, begitupun dengan Pandu yang turut bergabung dengan ku.

"Ar... Makasih ya sudah menyelamatkan ku dari tombak tadi... jika kau tak melihatnya, mungkin aku sudah-" Tak perlu ia selesaikan omongan nya, aku sudah tahu lanjutan nya dan aku segera menepuk bahu nya pelan.

"Sama-sama... senang aku masih bisa menolong mu" Jawab ku dan ia balas tersenyum sambil menatap jubah ku yang masih berkibar laksana bendera.

"Apakah tidak menyusahkan berlarian dengan itu?" Tanya Pandu yang cukup menghibur kita dan membuat kita tertawa mendengarnya, begitupun Regina ikut tertawa.

"Tidak... biasa saja, aku kan Pangeran... sudah biasa dengan jubah ini haha" Sahutku dan yang lain-nya lanjut tertawa mendengar ucapanku.

Kami ber-empat segera menatap langit tepat diatas panggung dan merasakan angin kencang menerpa kami laksana puting beliung hendak menyerang. Menatap petir yang bergemuruh kesana kemari seperti pemandangan yang sangat mengerikan untuk disaksikan. Bahkan dari kejauhan, aku masih dapat melihat pak Pratama yang tergeletak tak sadarkan diri tepat diatas panggung dan menambah kesan kengerian dan horror disaat bersamaan tentang kekacauan di Prambanan kala senja yang indah segera berganti menjadi petaka yang sangat mengerikan untuk siapapun yang menyaksikan.

Kami pun menghela nafas lega, namun tentunya kami harus membawa pergi pak Pratama dan menyelamatkan Alya serta Mira setelah sebelumnya mereka tercekik oleh selendang Putri Roro di dalam Candi utama, seketika aku tersadarkan akan hal itu. Alya dan Mira!

Aku segera berjalan menghampiri Rachman dan Farras serta Dhafin yang masih berbincang, dengan tatapan serius aku menghentikan obrolan mereka.

"Kita bisa lanjutkan obrolan ini setelah semuanya aman... sekarang, kita masih harus menyelamatkan pak Pratama, Alya dan Mira... mereka benar-benar sudah sekarat!" Ucapku dengan cepat dan membuat mereka berhenti bicara dan segera menatap ku dengan serius.

"Dimana Alya dan Mira, Ga? biar aku yang membawa mereka" Sahut Dhafin dan aku mengarahkan nya untuk ke Candi utama bersama ku nanti, sementara Farras dan Rachman akan menjemput pak Pratama dan akan segera dibawa kerumah sakit.

Sebelum itu, akupun turut meminta kepada Farras dan Rachman untuk segera membawa Regina pergi dari Prambanan menuju hotel untuk menyusul Deta dan Chelsea. Farras selaku pemilik mobil setuju, namun wajah Rachman tak setuju namun tak memiliki pilihan lain selain meng-iya-kan dan dengan cepat semuanya bersiap-siap.

"Regina, kamu masuk kedalam mobil yaa, Rachman dan Farras akan membawa mu kembali ke Hotel untukmenyusul Deta dan Chelsea, sementara aku, Raka, Pandu dan Dhafin akan menyelamatkan Mira dan Alya serta pak Pratama terlebih dahulu" Kata ku sambil memegang tangan nya dengan tenang dan berusaha meyakinkan nya.

"Tidak! aku tidak mau! Arga, ini drama ku... aku ketua drama disini, ini menjadi tanggung jawab ku..biarkan aku yang bertanggung jawab jangan kamu!" Sahutnya sambil berusaha menahan air matanya yang saat ini sudah menetes.

"Tidak, tidak apa... biarkan ini aku dan yang lainnya yang mengerjakan... kumohon, masuklah kedalam mobil... ya? untuk ku?" Jawab ku sambil tersenyum dan menatapnya dengan hangat.

👑PRAMBANAN👑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang