👑BUKU KE 1 DARI PRAMBANAN TRILOGI👑
🎖️Spotlight Bulanan di Romansa Indonesia pada bulan Agustus 2024 kategori "Dangerous Love" atau "Cinta yang Berbahaya"🎖️
Kekacauan terjadi ditengah pertunjukkan drama di salah satu situs bersejarah di Indonesia...
Matahari semakin turun menandakan waktu semakin sore, perlahan langit yang semula terbelah oleh cahaya merah terang kini berubah menjadi kejingga-an terubah oleh cahaya mentari senja. Angin berhembus begitu lembut dan tenang, tanpa mengisyaratkan sesuatu yang tersembunyi ataupun terselubung. Semakin mendekati waktu pertunjukkan, semakin besar pula rasa takut dan gelisah yang aku rasakan, begitu juga dengan Regina yang hilir mudik kesana kemari dengan wajah takut yang semakin tak bisa ia tutupi.
Aku tersenyum memperhatikan Regina yang tengah sibuk merapihkan selendang-selendang untuk Mira, Alya, Deta dan Chelsea. Aku menghampiri nya sambil membawakan kain songket untuk ia kenakan nanti saat ia memberikan sambutan utama.
"Regina, ingin diletakan dimana kain mu? di dekat mahkota itu atau mau aku pegang dulu?" Tanya ku sambil menatap wajah Regina, dan Regina balas menatap ku.
"Tak perlu, aku pegang saja... setelah ini aku akan berganti pakaian terlebih dahulu, bolehkah aku meminta tolong sebentar?" Tanya Regina dan aku mengangguk.
"Apapun itu" Jawab ku.
"Tolong, sambil menunggu ku berganti pakaian, kamu arahkan yang lain untuk segera berganti kostum yaa terlebih untuk yang akan tampil pertama... lebih cepat, lebih baik" Sahut Regina dan aku mengangguk.
Setelah Regina pergi sambil membawa kebaya dan juga kain songketnya, aku hendak menghampiri Pandu dan Deta untuk meminta mereka berganti pakaian, namun disaat bersamaan saat aku hendak keluar dari belakang panggung, rekan drama ku masuk dengan cepat dan menabrak ku.
"OH MY GOD! Apakah dirimu buta?! tak bisakah kamu melihat aku tengah berjalan?" Ucapnya dengan kesal, sambil berusaha mempertahankan agar nampan serta bunga yang ada diatasnya tidak berantakan.
"Maaf... maafkan aku, aku tak sengaja... Chelsea, lebih baik kamu juga segera berganti pakaian... kita akan melakukan persiapan terakhir sebelum kita tampil" Jawab ku sambil berjalan meninggalkan nya untuk melanjutkan mencari Pandu dan juga Deta.
Tak lama setelah itu aku menemukan Pandu dan Deta tengah mengambil kostum mereka dari dalam mobil, aku tersenyum melihat mereka berdua semakin dekat, karena sebenarnya sejak awal kelompok ini terbentuk, Pandu tengah jatuh cinta kepada Deta dan sebaliknya pun demikian, itu sebabnya aku dan Regina sepakat untuk menjadikan mereka sebagai karakter utama di pertunjukkan drama ini, sebagai Roro Jonggrang dan Bandung Bondowoso. Aku tersenyum dan memperhatikan mereka dari jauh, terlihat mereka begitu senang dapat menghabiskan waktu bersama.
"Apa yang kamu lakukan disini, Arga?" Ucap suara Dhafin yang dengan cepat membuat ku terkejut dan membalikan wajah ku melihat dirinya tengah membawa palu gada untuk propertinya.
"Astaga! Ampuni hamba, yang mulia... saya hanya memperhatikan Putri anda, Putri Roro" Jawab ku seraya membungkuk memberi hormat kepada Dhafin, dan hal itu membuatnya tertawa terbahak-bahak.
"Kelihatannya, mereka semakin dekat yaa... aku bahkan jauh lebih setuju ia bersama dengan Deta dari pada dengan Chelsea" Jawab Dhafin sambil ikut memperhatikan bersama ku.
"Ya, kamu benar... hmm... baiknya kamu berganti pakaian sekarang, aku akan memberitahu Deta dan Pandu untuk bergegas, setelah itu aku akan menemui kalian di belakang panggung... kalau kamu mencari Regina, ia tengah berganti pakaian juga" Jawab ku dan Dhafin mengangguk kemudian pergi meninggalkan ku, sementara aku berjalan mendekati Pandu dan Deta.
"Maafkan menggangu kebersamaan kalian, tapi baiknya kalian berganti pakaian sekarang... karena kalian sebagai peran utama akan turut hadir dalam pidato pembukaan bersama dengan Regina... oh ya, sini biar aku bantu bawakan mahkota dan kotak itu" Kata ku seraya mengambil kotak dan mahkota dari tangan Pandu.
Pandu dan Deta tersenyum dan keduanya segera bergegas untuk berganti pakaian, sementara aku memutuskan untuk kembali ke belakang panggung, untuk membantu mewakili Regina jika ada pertanyaan lanjut mengenai apa yang harus dilakukan atau yang di tanyakan oleh anggota kelompok.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Beberapa waktu berlalu dan aku melihat Chelsea tengah masuk ke belakang panggung seraya membawa nampan perak yang sudah bertabur dengan bunga, dupa serta cermin perak untuk properti. Aku pun menaruh beberapa properti yang masih tertinggal di luar dari belakang panggung untuk mempermudah mereka mengambilnya saat tengah tampil. Disaat bersamaan saat aku tengah mencari jubah untuk aku kenakan, aku melihat Chelsea, Raka dan Alya tengah mengobrol, Raka masih mengenakan kemeja dan belum berganti kostum karena ia sendiri akan muncul dibagian akhir.
"Raka, bukannya tadi kamu bilang kamu berganti kostum?" Tanya ku dan Raka hanya menggelengkan kepala.
"Tempat ganti kostumnya sangat ramai, ditambah Dhafin tengah membantu Pandu berganti kostum begitu juga dengan Mira yang membantu Deta... kamu sendiri?" Jawab Raka.
"Aku hendak mengganti pakaian, dan tengah mencari jubah lainnya, namun aku belum menemukannya" Jawab ku sambil terus mencari jubah itu.
"Ku dengar, Raka bilang dirimu merasakan ada firasat buruk untuk pertunjukkan ini ya, Arga?" Tanya Chelsea sambil menatap wajah ku dengan serius.
"Ya... bukan firasat, hanya saja perasaan ku tidak enak... apakah kamu tak melihatnya? cukup mustahil langit dapat terbelah seperti itu, ya kan? apakah kalian tak berpikir kalau sebenarnya ada sesuatu yang akan terjadi?" Jawab ku sambil balas menatap mereka satu persatu.
"Arga... Arga... kamu ini hanya berhalusinasi! tak mungkin hal seperti itu nyata! tak ada yang namanya sihir atau kutukan... lagipula, itu hanyalah sebuah fenomena alam... tak lebih!" Jawab Chelsea dengan nada merendahkan nya.
"Jaga ucapan mu, Chelsea! kamu tak tahu kemanakah lisan mu akan membawa mu... jangan sampai kamu menyinggung sesuatu yang tak seharusnya kita usik!" Bentak Regina seraya berjalan masuk dan kini ia sudah sangat cantik mengenakan kebaya merah dan kain coklat lengkap dengan selendang hijau yang menghiasi pinggangnya.
"Astaga! kalian ini hidup ditahun berapa memangnya? ini sudah abad modern! mustahil kutukan itu nyata, atau bahkan mitos dan apapun itu namanya! itu hanya omong kosong untuk membuat kalian berlaku sopan dan menghormati, sebenarnya itu tidaklah nyata" Jawab Chelsea sambil berdiri dan berjalan mendekati meja tempat pecahan cermin emas diletakan oleh petugas.
"Chelsea, apa yang dibilang Regina itu benar! jagalah lisan mu" Jawab Raka sambil menatapnya.
"Kalian ini benar-benar orang kuno! kalian masih percaya saja dengan tahayul? astaga, benar-benar kalian ini ketinggalan jaman!" Sahut Chelsea seraya berjalan untuk mengambil nampan bunga dan dupa, namun jarinya tergores oleh pecahan kaca emas, "AAWW!! Sial! benda bodoh!" Bentak nya.
"Ku bilang juga apa, itu bisa aja merupakan tegoran untuk mu, untuk dapat menjaga lisan mu!" Ucap ku namun Chelsea malah menatap tajam ku dan menarik selendang kuning cerah di sampingnya.
"Persetan dengan menjaga batasan!" Jawabnya sambil berjalan meninggalkan belakang panggung.
Aku melihatnya walaupun samar, namun aku tahu bahwa darah dari luka di jari Chelsea telah mengenai Dupa yang ia bawa sendiri. Aku hendak menarik serta mengganti Dupa itu, karena aku tahu bahwa Dupa sangatlah sakral, dan bila itu terkena darah maka baiknya tidak dinyalakan. Namun langkah ku terhenti saat pintu belakang panggung terbuka dan menampilkan Pak Pratama serta tanpa sengaja, seorang petugas menyenggol tumpukan pecahan kaca emas, dan kini kaca itu berserakan di lantai.