Mendengar ucapan sebelumnya dari Putri Roro, membuat Raden Bandung sangat murka dan kesal. Ia merasa harga dirinya sebagai seorang Raden dan juga bangsawan yang dihormati diseluruh Keraton Pengging, telah jatuh dari kehormatan nya saat Putri Roro menampar nya dan juga mengulur setiap waktu untuk menjawab lamaran nya. Raden Bandung sudah tak sabar mendengar ucapan dari Putri Roro mengenai lamaran pernikahan yang sejak lama ia dambakan sejak perang hebat antara Keraton Boko dan Keraton Pengging, hingga jatuhnya Prabu Boko menjadi sakit karena menuai kekalahan yang teramat pedih baginya, melebihi kematian itu sendiri. Namun, Prabu Boko merasa bahwa kekalahan ini tak dapat diterima, saat ia hendak menyerang Raden Bandung, kekuatan nya terpental karena dengan hancurnya pelindung terakhir di Keraton Boko, membuat kekuatan Raden Bandung jauh lebih kuat daripada Prabu Boko.
Kini kekuatan terbesar dimiliki oleh Putri Roro, sebagai pewaris tunggal dari Prabu Boko, sebagai Raja dari Keraton Boko. Putri Roro yang kini memegang kuasa penuh atas Keraton Boko setelah jatuh sakitnya Prabu Boko, di hadapkan dengan posisi yang sangat berat karena ia harus memilih antara ayahnya ataupun Keraton nya. Ia merasa bahwa ia tak bisa memilih diantara dua jurang yang sangat mematikan jika ia salah pilih. Pilihan semakin berat saat Raden Bandung memberikan pilihan untuk tidak mengambil kuasa Keraton Boko dan menyembuhkan Prabu Boko, namun dengan syarat ia harus menikah dengan nya. Jika ia menolak, maka Raden Bandung tak akan segan untuk menghancurkan Prabu Boko serta Keraton nya dan memperbudak rakyat Keraton Boko.
Kemurkaan ini semakin tinggi saat Putri Roro seakan tak ingin memberikan jawaban nya, bahkan setelah syarat demi syarat yang ia ajukan kepada Raden Bandung, ia tetap besi keras memaksa Putri Roro untuk menikahi nya.
"Culke aku, culke, culke jareku raden, culke aku, iki dudu unggah-ungguh sawijining raden utawa bangsawan!"
(Lepaskan aku, lepaskan, Lepaskan tangan ku Raden! Lepaskan aku. Ini bukanlah sikap terhormat dari seorang Raden atau Bangsawan) Ucap Putri Roro sambil berusaha melepaskan cengkraman Raden Bandung yang sangat keras terhadapnya.Namun, betapa keras usaha Putri Roro untuk melepaskan cengkraman Raden Bandung seakan tak ada hasilnya. Melainkan lepas, cengkraman nya semakin kencang dan semakin membuat tangan Putri Roro semakin sakit.
Raden Bandung menatap wajah Putri Roro disampingnya dengan tatapan yang jauh lebih menyeramkan karena ia semakin marah dengan Putri Roro.
"Apa mblenjani ayahan uga kalebu sipat pakurmatan teka putri kayak kose, jelas wae dudu, meneng!!, aja akeh omong!!"
(Apakah menunda jawaban juga merupakan bagian dari kehormatan Putri seperti mu? Yang jelas tidak!! Diam!! tak usah banyak bicara!!) Bentak nya untuk kesekian kalinya dan kali ini, suaranya semakin kencang hingga membuat Putri Roro memejamkan matanya karena takut akibat teriakan suara dari Raden Bandung.Dengan cepat Raden Bandung menarik tangan Putri Roro dan keduanya melesat menembus langit dan udara senja menentang hukum waktu menuju Candi Prambanan tempat dimana Raden Bandung pernah memenuhi syarat pertama yang diajukan oleh Putri Roro beberapa ratus tahun silam, tempat dimana Arga dan Regina serta yang lainnya tengah diterror oleh kekuatan supernatural dari Putri Roro.
Putri Roro jatuh tersungkur di lantai kayu dan mendapati Chelsea masihlah pingsan dan tak sadarkan diri. Cahaya dari selendang itu masih bersinar, namun saat Raden Bandung tiba dan menapakkan kakinya dan membuat getaran disana, cahaya dari selendang itu padam, diikuti dengan Putri Roro yang bangkit dari lantai seraya menatap tajam Raden Bandung dengan tatapan ingin menamparnya lagi.
"Apa sing kowe arep lakoni neng kene, yagene kowe gawa aku mrene, culke aku, culke aku utawa-"
(Apa yang anda ingin lakukan disini? kenapa anda membawa ku kemari?! Lepaskan aku! Lepaskan aku! atau-) Belum selesai Putri Roro bicara seraya mengangkat tangan nya untuk menampar Raden Bandung lagi, Raden Bandung segera berdiri dan menatap langsung wajah Putri Roro dengan sangat tajam dan tegas, hingga ia dan Putri Roro hanyalah berjarak beberapa sentimeter saja."Utawa apa?! apa sing kowe arep karepake, apa?! kowe bisa apa?! Roro Jonggrang elinga, nasib keratonanmu lan romomu ana ing tanganku!!, becike kowe nundhukake mustikamu lan ngakoni kekalahanmu, rabi karo aku!!"
(Atau apa?! apa yang akan kamu lakukan?! Apa?! Kamu bisa apa?! Roro Jonggrang! ingatlah, nasib Kerajaan dan Romo mu berada ditangan ku! Baiknya, kamu menundukkan kepala mu dan mengakui kekalahan mu, menikahlah dengan ku) Lanjut Raden Bandung seraya menangkap tangan Putri Roro yang sudah terangkat tinggi dan siap untuk menamparnya.Hal ini membuat Putri Roro sempat terdiam sesaat memikirkan nasib ayahnya, Prabu Boko yang benar adanya ditangan Raden Bandung, karena penawar dari sakitnya hanya dimiliki oleh Raden Bandung. Namun, bagaimanapun juga, ayahnya tak menginkan Putri Roro untuk menikahi Raden Bandung. Tapi, sebagai seorang Putri mahkota tanggung jawabnya begitu berat dan besar baik kepada dirinya, ayahnya, serta Keraton Boko dan juga rakyat nya.
"Tekan patiku aku ora bakal rila kawin karo wong kayak kowe Raden!! ora bakalan!!"
(Sampai aku mati, aku tak akan rela menikah dengan orang seperti anda, Raden! Tak akan pernah!) Jawab Putri Roro dengan tegas tanpa rasa takut walau ia sebenarnya tahu, jawaban nya ini akan memancing kemurkaan dari Raden Bandung yang semakin besar dan semakin keras dari pada sebelumnya.Namun, urusan hati tak bisa dipaksakan terlebih mengenai rasa yang tak bisa di dorong oleh rasa terancam atau tak nyaman. Putri Roro berusaha menjadi bijaksana atas pilihannya dengan berani mengambil keputusan walau yang ia korbankan adalah dirinya demi menyelamatkan ayahnya serta Keraton nya yang sangat ia banggakan dan ia jaga sejak lama.
Putri Roro segera membuang muka dan melihat Chelsea yang tergeletak tak jauh dari tempat ia berdiri bersama Raden Bandung. Ia segera membungkuk dan melepaskan selendang sakti kuning miliknya, ia segera memegang tangan Chelsea dan dengan kekuatan nya, ia mengangkat Chelsea dari lantai dan hendak membawa pergi Chelsea dari ruangan itu. Namun, kali ini Raden Bandung menahan nya dengan menanyakan keputusan nya.
"Arep ngendi kowe gawa lunga wong kuwi?"
(Ingin kemanakah kamu bawa orang itu pergi?) Tanya nya tanpa berusaha menahan tangan Putri Roro dan hanya memperhatikan nya.Putri Roro dengan segenap kekuatan nya, mengangkat tubuh Chelsea yang tak sadarkan diri dan dengan kekuatan nya ia berjalan meninggalkan Raden Bandung di ruangan itu dan dengan kekuatan nya juga, ia kembali menyalakan seluruh lampu yang ada di dalam ruangan itu.
"Dudu urusan kowe raden, luwih becik raden manahake kepiye yen aku nolak kekarepan kowe.."
(Bukanlah urusan kamu, Raden. Baiknya Raden pikirkan bagaimana jika saya menolak permintaan Raden) Jawab Putri Roro seraya berjalan meninggalkan Raden Bandung di dalam ruangan itu tanpa banyak kata dan kali ini, Raden Bandung tak menahan nya namun ia mengikuti dan memperhatikan dimana Putri Roro menyembunyikan Chelsea yang kini tak sadarkan diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
👑PRAMBANAN👑
Romance👑BUKU KE 1 DARI PRAMBANAN TRILOGI👑 🎖️Spotlight Bulanan di Romansa Indonesia pada bulan Agustus 2024 kategori "Dangerous Love" atau "Cinta yang Berbahaya"🎖️ Kekacauan terjadi ditengah pertunjukkan drama di salah satu situs bersejarah di Indonesia...