0.34

505 87 10
                                    

Note: Dipastikan banyak Typo🙏🏻🙏🏻

Ketika aku bilang akan pulang,nyatanya aku tak benar-benar berjalan pergi kembali ke rumah. Karena aku malah membiarkan diriku berjalan mengitari hutan ini tanpa arah. Setidaknya aku tau ini bukanlah sebuah hutan yang bisa membuatku tersesat karena ketika aku berjalan makin jauh, Gedung SHIELD di ujung sana terlihat. Jadi bisa ku yakini aku tak akan mungkin pergi terlalu jauh.

"Sepertinya, mereka sudah memulai penyerangannya" Kataku, ketika melihat beberapa pesawat yang kini terbang di sekitaran gedung SHIELD dan aku melihat ada yang tidak beres disana. "Ku harap mereka semua akan baik-baik saja dan ini bisa selesai dengan baik"

Ketika hari makin sore, Aku menyadari bahwa aku kali ini sepertinya hampir tersesat. Aku mulai tidak menemukkan jalan kembali hingga suara di ujung sana tabrakan antara pesawat dan gedung itu terdengar. Aku refleks menutup kupingku dan terduduk ketika suara itu terlalu keras di telingaku. Aku memutuskan untuk kembali berjalan ke arah sungai untuk melihat bagaimana keadaan soal penghentian mesin pemusnah itu.

Langkahku tertahan ketika mendengar suara langkah dari arah yang akan ku tuju. Aku menyembunyikan diriku dibalik pohon ketika seorang laki-laki lewat di dekatku, Aku bahkan bertaruh untuk menahan nafasku ketika laki-laki itu berhenti tepat di depan pohon tempatku bersembunyi. Apa dia mungkin menyadari kehadiranku?

Ketika laki-laki itu akhirnya pergi dari sana, aku menhembuskan nafasku pelan dan kembali berjalan ke arah sungai. Tapi aku nyaris berteriak jika saja aku tidak dengan cepat menutup mulutku. Bagaimana tidak, aku kembali melihat Steve, tapi dia terdampar di sisi sungai dengan keadaan tidak sadar.

"Steve, Steve, Kau dengar aku?" aku mencoba mencari kesadarannya dengan menepuk-nepuk pelan pipinya. Aku bahkan mencari keberadaan detak jantungnya yang melemah dan deru nafasnya juga yang nyaris tak ada. "Steve, Steve" Aku mencoba kembali menepuk pipinya berharap ia masih memiliki kesadaran walau nyaris tidak mungkin karena detak jantungnya melemah ketika aku menempelkan telingaku ke dadanya.

Aku mencoba melakukan pertolongan pertama dengan melakukan CPR. Walau nyatanya itu benar-benar sulit. Karena tubuhnya itu terlalu sulit untuk di lakukan tekanan, Aku kembali menempelkan telingaku ke arah dadanya berharap ada kemajuan di detak jantungnya. "Steve kumohonn" ucapku kembali meletakkan tangannku untuk melakukan CPR lagi.

"Steve Ayolah" pintaku ketika tak kunjung mendapatkan sinyal positif darinya. Hingga aku tak punya pilihan lain, aku harus melakukan sesuatu sekarang, setidaknya untuk mendapatkan tanda bahwa masih ada harapan untuknya.

"Steve, kau bisa mendengarku" ketika Steve terbatuk dengan air yang keluar dari mulutnya, Setidaknya nafas buatan itu hanya perlu ku lakukan sekali dan berhasil untuknya.

Aku memandangnya dan kembali menegecek denyut nadinya yang syukurnya tidak selemah tadi. "Steve bertahanlah, aku akan mencari bantuan untukmu". Aku kembali panik ketika Steve yang kembali tak sadarkan diri.

"Nick!"


____


"Kau harus pulang dan membersihkan dirimu [Y/n]" Aku mengangkat kepalaku dan menemukan Nick disana, "Ya, aku sudah benar-benar kotor sekarang" Kataku melirik ke arah pakaianku yang tak hanya terdapat bercak darah tapi kini sudah bercampur dengan tanah saat aku menolong Steve tadi.

"Sam akan mengantarmu nanti" Aku melirik sekilas ke arah Sam yang ada di belakang Nick, Tapi aku memilih menolaknya dan menggeleng "Itu pasti merepotkan, kalian masih perlu istirahat. Lagipula aku sudah minta tolong pepper untuk menjemputku. Aku akan baik-baik saja" kataku.

Aku berlalu bangkit dan memeluk Nick sekilas "Aku pergi ya"

"Ada salam untuk Steve?" tanyanya. Aku memandang ruang operasinya sekilas , "Ya, mungkin sampaikan saja 'Aku bersyukur tidak menjahit lukanya untuk ketiga kalinya" kataku melihat dokter di dalam sana kembali memperbaiki jahitan itu di perutnya.

Aku tersenyum sekilas ke arah Sam dan melangkah pergi. Pepper bilang dia sudah mengirimkan Helicopter yang sudah akan sampai tepat di atas rumah sakit ini. Jadi aku berlalu pergi ke atas sana dan untung saja ketika aku sampai, helikopter itu juga mendarat dengan aman.

"Hai Sweetgirl"

"Tony? apa yang kau lakukan disini?" tanyaku cukup terkejut ketika yang ada di kursi kemudi itu ternyata Tony. Bahkan orang yang tadi membukakan pintu untukku menghilang dan hanya tersisa kami berdua. "Siap jadi Co-Pilot ku?" Tony menyodorkan satu penutup telinga ke arahku. "Aku berharap lisensi terbang yang sudah habis masa izin itu bukan masalah" kataku.

"Kau nyaman dengan baju sekotor itu?"

"ini sudah biasa, kau tidak pernah melihat bajuku saat menjadi relawan? itu jauh lebih parah daripada hanya ini" kataku. "Aku mendapat laporan kau menghapus data salah satu mobil kenapa?"

"entah apa yang terjadi pada mobil itu, Natasha dan Steve yang memakainya. Kenapa? " tanyaku. Jarang-jarang Tony mempermasalahkan soal aku yang kehilangan sesuatu apalagi itu hanya mobil, dia bahkan biasanya menyuruhku membeli mobil lain ketika salah satu merek mobil kesukaanku mengeluarkan mobil terbaru.

"Kau mau kita pergi membelinya?"

"Tidak, aku sudah buat janji dengan mereka di rumah" kataku yang mengingat bahwa sebelum aku di bawa maria, aku sedang membuat janji temu dengan brand mobil bergambar 4 lingkaran itu dan jadwalnya sore ini. "Tapi sepertinya aku akan membatalkannya saja, aku terlalu lelah untuk setidaknya menandatangani berkas-berkas pembelian" kataku membuka Handphoneku yang sempat ku matikan.

Ketika Helikopter itu kini mulai turun di halaman belakang rumahku, aku memandang dengan aneh beberapa mobil yang juga membawa mobil lain di bagian belakangnya. Aku memandang Tony dengan curiga, "Ini pasti kerjaanmu kan?" tanyaku. "Aku beli 2 model paling baru yang bahkan belum rilis" katanya sembari meninggalkanku lebih dulu dari helikopter itu. Aku memegang keningku pelan ketika melihat apa yang di belinya. Ya, mereknya sama dengan apa yang kurencanakan tapi ada apa dengan warnanya. "Haruskah warnanya seterang ini?" tanyaku tidak percaya ketika melihat salah satu mobil itu berwarna cukup cerah walau satunya itu berwarna hitam.

"Kau tidak suka?"

Kepalaku refleks menggeleng "Kembalikan saja, lagipula aku hanya perlu satu untuk membuat garasiku tidak ada tempat yang kosong" kataku. "Kau bisa memberikannya pada siapapun, aku harus pergi dah SweetGirl"

Aku memandang kepergian Tony dengan wajah tidak percaya, Tony memang aneh,benar-benar aneh.


____

0.34%

Part ini pasti ngebosenin banget kan? hehe
Selamat bertemu di esok hari🙌🏻 bismillah besok mulai PDKT🤣

Chosen You [Steve Rogers X Readers]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang