0.22

554 84 10
                                    




Aku turun ke lantai bawah dengan menenteng High Heels di tanganku. "Kau baik-baik saja?" tanyaku ketika mendapati Steve hanya diam memandangku. Aku mengikuti arah pandang Steve dan melihat penampilanku "Ada yang salah denganku?" tanyaku lagi. "Atau karena aku menenteng heels ini? Steve?" sambungku lagi ketika Steve hanya diam, benar-benar diam.

"penampilanmu mengingatkanku dengan seseorang"

Ha? Seseorang ? kenapa tiba-tiba aku mengingatkan Steve pada seseorang? "Maksudnya? mengingatkanmu pada siapa?"

"Wah, Sweet Girl Kau tampak sangat cantik hari ini" Perkataan Tony menginterupsi Aku dan Steve. Tony masuk begitu saja ke dalam rumah dengan Pepper disamping "Kau cantik sekali" ucap pepper menyusul. "Terima kasih, kau tidak datang ? ku yakin Stark Industries pasti mendapatkan undangan"

"Aku punya alasan untuk tidak datang" kata Pepper yang tentu saja membuatku iri dengan jawabannya. "Kau baik-baik saja Steve?" kini Pepper mengalihkan pertanyaannya pada Steve yang entah kenapa masih diam begitu saja. Aku ikut kembali memandangi Steve yang masih diam, Steve mengangguk dan mengalihkan pandangannya ke arah lain ketika pertanyaan Pepper mengintrupsinya. Aku mengedikkan bahuku "Aku harus pergi sekarang, kalian akan menginap disini malam ini?" tanyaku sebelum menyusul Steve pergi yang sudah keluar lebih dulu. "Ya" jawab Singkat Tony yang masih memperhatikanku dengan seksama , sementara Pepper sudah pergi berlalu menuju dapur. "Apa ada masalah dengan penampilanku?, kenapa kau seperti Steve yang memperhatikanku tanpa mengatakan hal yang sama"

"Aku hanya terkejut aku punya adik secantik ini, jadi kapan aku bisa memperkenalkanmu secara resmi?"

"Maksudmu ke dunia luar? jangan banyak omong kosong. lebih baik kau cepat menikah dengan Pepper dan beri aku keponakan" kataku tak mengindahkan ucapannya "Aku bisa memberikan secepatnya padamu jika kau mau"

Aku tertawa sambil mendorong Tony pergi "Kau mengatakan omong kosong lagi Tony, sudahlah aku mau pergi"

"Hati-hati dengan Steve."

Aku kembali berbalik ketika perkataan Tony kembali keluar, Aku menaikkan sebelah alisku meminta Tony memberikan penjelasan atas perkataannya. "Mungkin dia tertarik padamu"

"Kau mengatakan omong kosong untuk yang ketiga kalinya Tony malam ini." kataku tertawa "kau tau dia bilang penampilanku mengingatkannya pada seseoarang. ku yakin itu tentang wanitanya di masa lalu" sambungku.

"tapi dia kini hidup di masa sekarang, kita tidak akan tau"


_____


"Kau tidak mau turun?"

"Ya?" Pertanyaan Steve membuatku tersadar bahwa kini mobilku sudah terparkir tepat di depan sebuah gedung privat di dalam sebuah wilayah yang dilindungi oleh pepohonan yang cukup rindang walau ini malam hari. Aku memang masih memikirikan perkataan Tony tadi, seharusnya itu tidak usah ku pikirkan karena itu benar-benar tidak mungkin. perkataan Tony tadi adalah hal yang mustahil dan karena aku hari ini memilih menggunakan Supir membuatk pikiranku menjadi lebih leluasa dalam memikirkannya.

Aku menarik Heels yang memang belum ku gunakan dan memasangnya di kakiku. "Kau bisa menggunakan itu?"

"Apa? Heels? Steve aku ini kan perempuan" kataku tak percaya dengan pertanyaan yang Steve ajukan, maksudku walaupun aku selama ini terlihat hanya menggunakan Sneakers atau bahkan hanya pergi dengan Flat shoes yang membuatku ketika berjalan di sampingnya tampak sangat kecil, tapi aku tetap anak dari seorang Howard Stark, masa menggunakan Heels saja tidak bisa?

Steve pergi keluar lebih dulu, aku menerima uluran tangannya yang tiba-tiba menyambutku ketika keluar dari mobil. "Terima kasih" kataku sembari melepas tangannya. Aku tidak mau membiarkan perkataan Tony dan perlakuan Steve padaku yang selama ini ku anggap biasa saja jadi sesuatu yang ku anggap berlebihan. Seperti perlakuannya barusan, jika saja Tony tidak mengatakan hal tadi aku akan menganggap hal tadi itu hal biasa, tapi sekarang aku jadi memikirkannya Ah Sial!

Aku melangkahkan kakiku memasuki gedung tersebut dengan Undangan di tanganku, "Silahkan lewat sini". Sebelum memasuki ruangan dimana jalan itu di tunjukkan aku bisa melihat bahwa itu merupakan ruang utama dimana acaranya akan dilaksanakan, Aku juga sudah bisa melihat bahwa acara itu sudah ramai. Aku lebih dulu menyapa pemilik utama acara ini siapa lagi kalau bukan Menteri kesehatan dan layanan masyarakat. Berjabat tangan dengannya "Akhirnya yang ku harapkan datang juga"

"saya minta maaf atas konfirmasi kehadiran saya yang sangat terlambat, ada beberapa hal terjadi hingga saya tidak bisa menerima laporan baru dari kantor. Saya harap anda bisa memaklumi hal ini"

"Tentu saja" katanya, Aku bisa melihat bola matanya menatap lurus ke arah belakangku sekarang, aku yakin dia pasti kenal dengan Steve hingga membuat tatapannya tampak ingin tau tentang kehadirannya "Saya harap anda bisa menerima teman saya hari ini" kataku merujuk pada Steve. "Tentu" jawabnya, aku masih bisa merasakan bahwa sebenarnya dia masih penasaran dengan Steve, pertanyaan di benaknya sudah pasti bagaimana aku yang 'bukan siapa-siapa' bisa datang bersama dengan Steve. Tapi aku lebih memilih untuk pamit pergi dan mencari meja dimana aku seharusnya duduk.

"Maaf jika acara ini membuatmu tak nyaman" kataku ketika aku dan Steve baru saja duduk di meja kami. Steve yang tadi sedang mengedarkan pandangannya kali ini menatapku "Tidak masalah, lagi pula ini-"

"Ini sudah tugasku" selaku bersamaan dengan perkataannya. Aku sudah bisa menebak apa yang akan di katakannya. "Kau tidak bosan mengatakan hal itu berulang? aku bahkan sudah hafal dengan apa yang akan kau katakan"

"Aku hanya terus mengingatkanmu untuk tidak terus bertanya-tanya tentang apa yang ku lakukan padamu"

"karena itu adalah tugasmu kan, melindungiku, dan hal-hal lainnya yang kau lakukan adalah bagian dari tugas. Oke aku mengerti" kataku Final, jangan sampai aku kembali berdebat dengan Steve di acara seperti sekarang. Aku memilih menikmati makanan yang baru saja di letakkan di meja ku, dan mengambil secangkir anggur dari pelayan yang sama. Aku menyesap anggur itu pelan, rasanya sudah sangat lama aku tidak merasakannya. Karena ya sejujurnya aku bukanlah seseorang yang punya rasa toleril yang tinggi dengan segala jenis minuman yang memabukkan.

Tapi sepertinya malam ini aku membutuhkannya, untuk setidaknya membuat tubuhku mulai lemah dan aku bisa dengan cepat mengemukakan alasannku untuk pergi dari sini. Steve menahan tanganku ketika aku hampir kembali menyesap Wine kedua yang di tuangkan untukku. Aku jelas masih bisa melihat bagaimana Steve menggeleng dan menjauhkan gelas itu dari tanganku "Hanya satu gelas saja wajahmu sudah sama merahnya dengan bajumu hari ini. Kau mau pulang dalam keadaaan tidak sadar?"

"Ini bagian dari tugasmu juga?" tanyaku menatapnya. Steve tentu memandangku bingung , mungkin ia mengiraku sudah masuk ke dalam tahap mabuk "Memperhatikanku?"

"Tapi ku rasa ya, kau sudah terlalu sering memperhatikanku. Makanan yang ku makan, uluran tanganmu, obat yang kau siapkan , rasanya aku tak perlu memikirkan ucapan Tony lebih lanjut dan berakhir salah paham dengan semuanya" sambungku panjang.

Steve kembali menggeleng "Kau pasti sudah benar-benar mabuk. Apa sebaiknya kita pergi saja sekarang?"

"Kita bahkan belum pergi ke lantai dansa itu" aku kembali meneguk Wine pada gelas yang berhasil lolos dari tangannya dan aku cukup tau bahwa aku sudah mulai tidak menyadari apa yang ku lakukan setelahnya karena yang kusadari Steve berakhir membawaku pulang dengan menggendongku pergi dari sana.





_____


0.22%


Jadi menurut kalian, kejadiannya itu doang atau gimana?























Semoga yang Vote banyak, biar aku bisa update lagi. hehe (Makasih buat semua yang udah mau baca cerita ini dan kasih Vote dan juga komennya).

Chosen You [Steve Rogers X Readers]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang