Chapter 5

6.1K 474 2
                                    

"Kita tetap pergi ke rumah ibuku dulu kan?" Jeonghan menatap suami palsu nya. "Hari ini adalah hari ulang tahunnya."

Seungcheol mengendarai mobil Mercedes-benz silvernya dengan tenang, ia masih ingat rumah keluarga Yoon. Rumah yang kecil, sempit, dan sederhana. Seungcheol paling mengingat letak rumah itu karena rumah Jeonghan berdekatan dengan rumah Seokmin.

Seungcheol masih ingat bagaimana dulu Seokmin suka mengajaknya untuk berkali-kali bersepeda di depan rumah Jeonghan agar Seokmin dapat melihatnya duduk dan membaca buku di teras rumah keluarga Yoon.

"Kita sampai," Jeonghan turun dari mobil sambil membawa kado untuk ibunya.

Jeonghan dengan sangat bersemangat memanggil nama ibunya sambil mengetuk pintu rumahnya. Seungcheol dapat melihat ibu Jeonghan membuka pintu dan memeluk anaknya dengan bahagia.

Ini adalah pertama kalinya Seungcheol melihat seorang ibu begitu rindu dengan anaknya. Di dunia ini tidak ada orang yang rindu pada Seungcheol…

"Seungcheol," ibu Jeonghan memanggil pria itu dengan lembut, "Ayo masuk ke dalam. Pesta sudah dimulai."

Pesta itu sangat sederhana. Tidak ada yang memakai pakaian mahal, tidak ada pemain musik, dan tidak ada koki. Dekorasi pesta hanyalah balon-balon warna-warni dan bunga-bunga dari plastik saja. Namun Seungcheol dapat merasakan kehangatan pesta itu. Kelihatannya setiap orang disana benar-benar dekat satu dengan yang lain. Seungcheol tidak pernah menghadiri pesta yang seperti ini sebelumnya.

"Ah, Seungcheol!" Seokmin memanggil Seungcheol dari jauh, "Ayo makan ramyeon denganku!"

Seungcheol melangkah mendekati Seokmin dan menatap ramyeon itu dengan bingung. Kelihatannya Jeonghan dan ibunya sama-sama suka menaruh paprika di makanan mereka. Seungcheol kemudian menolak ajakan Seokmin dan menepuk pundak sahabatnya itu.

"Kapan kau akan melamar Jisoo?" tanya Seungcheol.

"Secepatnya," Seokmin berbicara sambil mengunyah ramyeon miliknya, "tapi… Keluarga Hong belum menyukaiku. Kurasa saat ini aku hanya bisa terus mengembangkan bisnisku dan menunggu sahamku melonjak naik agar keluarga Hong memandangku sebagai pria yang tepat untuk Jisoo."

"Kau sangat mencintai Jisoo ya," Seungcheol memandang wajah Seokmin yang terlihat serius, "Cinta itu… seperti apa rasanya?"

"Hm, kau terus memikirkan dirinya, selalu saja ingin bertemu dengannya, kau benar-benar tidak ingin orang itu pergi dari kehidupanmu, kau merasa ia adalah orang yang paling sempurna dimatamu," Seokmin tersenyum bahagia, "Kau merasa hari-hari bersama orang itu tidak pernah membosankan dan jantungmu jadi berdetak lebih kencang jika hanya dengan memikirkannya."

Seungcheol mencerna semua kalimat itu dengan serius. Perasaan-perasaan itu bukan perasaannya untuk Jeonghan bukan?

Sudahlah, lagipula Jeonghan juga sudah terlanjur membenci dirinya, Seungcheol juga merasa kalau si licik itu punya banyak akal bulus. Apalagi Jeonghan baru saja mempermainkan dirinya dan membeli banyak sekali baju yang melebihi budget seorang Choi Seungcheol yang kaya raya.

"Terimakasih semuanya karena sudah datang ke pesta ulang tahun saya," ibu Jeonghan berpidato di ruang makan, "Tahun ini adalah tahun yang sangat indah bagi saya. Anak saya, Jeonghan telah menikah… ini adalah hal yang sangat berarti bagi saya. Jeonghan, Seungcheol, ayo maju ke depan. Kita harus mendengar cerita bagaimana Seungcheol melamar Jeonghan bukan?"

"Ah," Jeonghan menatap Seungcheol dengan sinis, "Karena kau yang melamar, lebih baik kau yang bercerita bukan? Ayo jangan malu-malu, cepat ceritakan kepada mereka....'sayang'. "

Kata-kata sayang dari Jeonghan terdengar seperti caci maki ditelinga Seungcheol. Semua orang di pesta kecil itu sudah bersorak-sorai karena tidak sabar mendengar cerita Seungcheol, namun Seungcheol hanya tersenyum licik. Mungkin ini adalah saat yang paling tepat untuk membalas perbuatan Jeonghan kepada dompet Seungcheol yang terasa lebih tipis.

"Saat itu Jeonghan sedang mengalami masa-masa yang agak labil," Seungcheol menepuk pundak Jeonghan sambil tersenyum sinis, "Jeonghan suka sekali marah-marah dan melempar-lempar barang. Saya sempat takut ia akan melempar cincin pernikahan juga."

Suara tawa dapat terdengar di seluruh ruangan. Jeonghan mencubit Seungcheol sambil berbisik kesal, "Apa-apaan kau?"

Seungcheol mengacak-ngacak rambut Jeonghan, "ya, dia ini mempesona. Tapi sayang ia punya kebiasaan yang sangat aneh."

"Aku tidak punya kebiasaan aneh,"
Jeonghan tertawa sambil menepuk-nepuk pundak Seungcheol, "iya kan suamiku tercinta?"

"Jeonghan sangat suka kentut saat gugup," Jeonghan menatap Seungcheol dengan wajah prihatin, "ya, ia kentut terus saat aku melamar kepadanya."

"Aku tidak kentut saat gugup," Jeonghan menyangkal pernyataan Seungcheol sambil terbatuk-batuk, "mungkin Seungcheol salah menafsir bau itu. Karena Seungcheol sendiri… sering lupa mandi."

"Jeonghan juga punya sedikit keanehan lain—"

"YAKK!!!"

Ibu Jeonghan melerai mereka berdua, "itulah pengantin baru… selalu bertengkar. Tapi ini adalah hal yang bagus. Sangat bagus. Dan…....ya normal."

"Bagaimana kalau ciuman saja untuk berbaikan!" Teriak seseorang dari belakang.

Sebelum Seungcheol dan Jeonghan dapat berkata apa-apa. Seluruh tamu sudah ramai berteriak, "ciuman, ciuman, ciuman."

"Sudah lakukan saja dengan cepat," Seungcheol menarik badan Jeonghan sambil mencium pipi kanan Jeonghan. Jeonghan ingin memukul alien dingin itu tapi ia tidak bisa melakukannya di depan umum.

"Itu bukan ciuman!" teriak para tamu, "cium bibirnya!"

Jeonghan kemudian menatap Seungcheol dengan kesal. Ia kelihatannya tidak ingin dicium lagi oleh pria yang paling dibencinya ini.

Namun Seungcheol tidak punya waktu untuk menanggapi perasaan Jeonghan, ia harus bersandiwara dan penontonnya sudah berteriak-teriak meminta ciuman. Jika Seungcheol tidak mau mencium Jeonghan, mungkin semua orang akan berpikir mereka tidak saling mencintai.

"Kau sudah dicium dua kali harusnya satu kali lagi bukan masalah bukan?" Seungcheol berbisik ke kuping Jeonghan.

Kemudian tanpa banyak menunggu, bibir mereka bertemu lagi. Kali ini Jeonghan benar-benar ingin cepat-cepat melepaskan bibirnya dari bibir Seungcheol. Ia benar-benar ingin segera pergi ke tempat yang sepi dan meninju bibir Seungcheol dengan kepalan tangannya.

Berani sekali dia menganggap mencium bibir Jeonghan itu hal yang biasa? Ciuman itu adalah suatu hal yang indah, romantis, dan berarti! Ciuman harusnya dilakukan dengan orang yang disayangi!

"Bibirmu kering," Seungcheol berbisik ke kuping Jeonghan sambil tersenyum dingin, "rasanya tidak enak."

Jeonghan kemudian menginjak sepatu Seungcheol. Suara Seungcheol yang menahan sakit dapat didengar oleh para tamu. Mereka semua memandang Jeonghan dan Seungcheol dengan histeris.

"Oh ya kebiasaan anehku bukan kentut saat gugup," Jeonghan tersenyum kepada Seungcheol, "masa kau lupa kalau aku suka menginjak kaki orang saat gugup, suamiku tersayang?"

Seungcheol mengerutkan dahinya sambil menahan rasa sakit di kakinya. Kelihatannya ia telah memilih kehidupan berumah tangga yang sedikit ekstrim.

"Oh ya, kapan kalian akan berbulan madu?" tanya salah satu tamu.

Seungcheol mengerutkan dahinya, kelihatannya bulan madu mereka tidak akan menjadi hal yang menyenangkan hati Seungcheol. Pernikahan pura-pura ini merepotkan sekali.










TBC










marié Choi Seungcheol [JEONGCHEOL/CHEOLHAN]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang