Chapter 13

4.5K 390 10
                                    

"Akhirnya kau jawab juga telepon dariku! Aku sangat khawatir! Kau tidak menjawab teleponku selama dua hari terakhir! Seharusnya kau sudah pulang dari bulan madumu kemarin malam ! Kenapa kau terlambat pulang? Apa kau tahu betapa marahnya Tuan Minki?"

Suara sopran Seungkwan menerjang gendang telinga Jeonghan. Suara Seungkwan terdengar sangat keras, tapi ia sudah terbiasa mendengarnya.

"Maafkan aku Kwan," Jeonghan menghela napasnya, "ada hal penting yang harus aku kerjakan selama dua hari terakhir ini."

"Hal penting apa yang membuatmu lupa untuk menjawab teleponmu,huh?" Seungkwan terdengar marah sekali di ujung sana, "ayo jawab. Apa hal penting itu lebih penting daripada pasienmu di rumah sakit?"

"Mereka pasien operasi plastik," Jeonghan tertawa hambar, "mereka tidak begitu membutuhkan seorang dokter. Sekarang sudah malam, bisakah kita hentikan percakapan ini?"

"Oh ya?" Seungkwan terdengar kesal, "aku memang hanya seorang dokter nutrisi, tapi aku selalu menghormati pasienku!"

Jeonghan tidak ingin menunda-nunda lagi, lebih baik langsung ke intinya saja, "aku hamil," kata-kata Jeonghan akhirnya meredamkan amarah Seungkwan.

Seungkwan terdiam sebentar, lalu akhirnya berteriak juga, "Oh my gosh! Selamat ya! Maafkan aku karena sudah marah kepadamu... Aku tidak akan seperti itu lagi. Aduh, kau cepat juga ya hamilnya... Kau beruntung sekali."

Beruntung? Jeonghan menatap pria dingin yang ia nikahi. Pria itu sedang mengendarai mobil Mercedes Benznya. Seungcheol tidak terlihat senang, tapi tidak terlihat sedih juga.

"Ya, aku memang beruntung," Jeonghan memaksakan dirinya untuk tersenyum.

"Besok kan hari libur... jadi istirahatlah dulu," Seungkwan terdengar bahagia.

"Matikan ponsel itu," Seungcheol berhenti menyetir, mereka sudah sampai di rumah.

Jeonghan mematikan ponsel itu, kemudian keluar dari mobil itu bersamaan dengan Seungcheol.

Di balik pagar, tampak rumah dua lantai dengan balkon minimalis. Rumah yang berdiri di lahan seluas 890 meter persegi ini adalah rumah Seungcheol. Hanya ada tiga warna yang dapat Jeonghan lihat di rumah itu; hitam, putih, dan abu-abu. Unsur besi, kaca, dan kayu hitam memberi kesan yang dingin pada rumah modern ini. Tapi kalau dipikir-pikir, rumah memang mencerminkan pemiliknya. Rumah yang dingin itu sangat mirip dengan Seungcheol.

Suaminya yang dingin itu telah membuat Jeonghan kesal beberapa hari ini. Pria itu tampak tidak peduli dengannya. Suami yang baik seharusnya tersenyum hangat dan berempati saat pasangannya mual atau lelah. Seungcheol tidak melakukan kedua hal itu. Seungcheol terlalu sibuk dengan sahamnya.

Kemudian ada satu hal lagi yang membuat Jeonghan kesal beberapa hari ini. Seungcheol sering merebut ponselnya. Lihat saja. Ia melakukannya lagi. Seungcheol merebut dan memasukan ponsel itu kedalam saku celananya.

Jeonghan membutuhkan ponsel itu! Kalau Tuan Minki menelpon dan ia tidak menjawabnya, dirinya pasti akan segera diceramahi.

"Kenapa selama dua hari ini kau selalu mengambil ponsel dari tanganku?" Jeonghan terdengar kesal, "Kembalikan ponselku!"

Businessman muda itu membuka pintu rumahnya dan masuk ke dalam. Pria itu tidak menanggapi permintaan Jeonghan. Tidak ada satu katapun keluar dari mulut Seungcheol.

marié Choi Seungcheol [JEONGCHEOL/CHEOLHAN]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang